Home / Fantasi / Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey / Bab 03 - Pejuang Sejati - Part 01

Share

Bab 03 - Pejuang Sejati - Part 01

Author: Aljum'ah R
last update Last Updated: 2025-10-04 13:56:06

Langit Archipelago Onyx memancarkan warna keemasan saat matahari mulai tenggelam di cakrawala. Kapal ekspedisi Seastorm berlayar kembali menuju Guild Petualang Samudra, membawa pulang para petualang yang telah menyelesaikan misi dungeon laut dangkal. Suasana di atas kapal terasa berbeda bukan sekadar karena keberhasilan mereka, tetapi karena sesuatu yang tak terduga telah terjadi.

Kazehaya Renzu berdiri di tepi kapal, menatap refleksi dirinya di permukaan laut yang beriak tenang. Tangannya masih terasa hangat dengan sisa energi astral yang belum sepenuhnya padam. Dia mencoba menggenggam udara, dan cahaya samar bintang masih berpendar di sekeliling jarinya.

"Aku benar-benar berubah..." gumamnya pelan.

"Renzu!" suara Mira memecah lamunannya. Ia berjalan mendekat dengan ekspresi serius. "Kau harus bersiap. Begitu kita tiba di guild, semua orang pasti akan membombardirmu dengan pertanyaan."

Rufus yang tengah duduk di peti suplai ikut menimpali. "Ya, dalam satu hari kau dari petualang terlemah tiba-tiba bisa mengalahkan Guardian Serpent. Itu bukan hal yang bisa dilewatkan begitu saja."

Renzu tersenyum tipis. "Aku pun masih berusaha memahami apa yang terjadi. Aku tidak meminta kekuatan ini, tapi sekarang aku harus belajar menggunakannya."

Mira menatapnya lekat. "Jangan cuma 'belajar menggunakannya'. Pastikan kau bisa mengendalikannya. Kalau tidak, kekuatan itu yang akan mengendalikanmu."

Begitu kapal merapat di pelabuhan, kabar tentang pencapaian Renzu sudah lebih dulu sampai di Guild Petualang Samudra. Begitu mereka masuk ke dalam aula utama, suara gemuruh langsung memenuhi ruangan.

"Hei, itu dia! Si petualang yang tadinya sampah sekarang punya kekuatan misterius!"

"Kudengar dia mengalahkan Guardian Serpent sendirian! Mustahil, kan?!"

"Jangan-jangan dia membuat perjanjian dengan iblis laut?"

Renzu menahan napas, tidak nyaman dengan semua perhatian ini. Dia melirik Mira dan Rufus yang berjalan di sampingnya. Mira hanya menghela napas panjang, sementara Rufus berusaha menahan tawa.

Dari kejauhan, seorang pria bertubuh besar dengan armor ringan melangkah maju. Kapten Darios.

"Kazehaya Renzu." Suaranya dalam dan berwibawa, membuat seluruh ruangan mendadak sunyi. "Ikut aku ke ruang kapten. Kita perlu bicara."

Tanpa membantah, Renzu mengangguk dan mengikuti Darios ke lantai atas, melewati tatapan penuh tanya dari para petualang lainnya.

Ruangan kapten adalah tempat yang jarang dimasuki oleh petualang biasa. Meja besar penuh dengan peta lautan, berbagai dokumen tentang ekspedisi, dan beberapa artefak misterius menghiasi ruangan tersebut.

Darios duduk di kursinya, menyilangkan tangan di atas meja. Ia menatap Renzu dengan tajam sebelum akhirnya berbicara.

"Duduklah."

Renzu menurut, meskipun hatinya berdebar kencang.

"Aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri," lanjut Darios. "Apa yang sebenarnya terjadi di dungeon?"

Renzu menarik napas dalam, lalu mulai menjelaskan semuanya bagaimana dia jatuh ke kedalaman, menemukan fragmen Gelang Bintang, dan bagaimana sistem misterius muncul dalam pikirannya, memberinya kekuatan baru.

Darios mendengarkan tanpa menyela, hanya sesekali mengusap dagunya seolah mencerna informasi tersebut.

Setelah Renzu selesai berbicara, Darios menghela napas panjang. "Jadi, kau memiliki sesuatu yang mungkin lebih berharga dari yang kau kira. Kau tahu apa artinya ini, bukan?"

"Ya... bahwa akan ada banyak pihak yang menginginkan kekuatan ini."

Darios mengangguk. "Dan tidak semua dari mereka akan bersikap baik."

Sunyi sesaat, sebelum akhirnya Darios berbicara lagi dengan nada lebih serius.

"Kau tidak boleh mengatakan ini kepada sembarang orang, Renzu. Jika informasi tentang Gelang Bintang menyebar, kau bisa menjadi target dari kerajaan, guild lain, atau bahkan organisasi gelap."

"Aku mengerti." Renzu mengepalkan tangannya. "Tapi aku juga tidak bisa berdiam diri. Aku harus memahami kekuatan ini lebih jauh."

Darios tersenyum tipis. "Itu jawaban yang bagus. Mulai besok, kau akan berlatih lebih keras. Jika kau ingin bertahan di dunia ini, kau harus tahu cara menggunakan kekuatanmu dengan benar."

Esok paginya, Renzu berdiri di arena latihan guild. Para petualang lain berkumpul di sekeliling, penasaran ingin melihat langsung apakah rumor tentang kekuatannya benar adanya.

Mira, yang berdiri di seberangnya dengan tombaknya, tersenyum. "Baiklah, Renzu. Kalau kau benar-benar berubah, buktikan padaku."

Renzu menarik napas dan mengaktifkan kekuatan barunya. Cahaya biru keperakan menyelimuti tangannya saat dia mengangkatnya ke depan.

"[Star Bolt]"

Sebuah proyektil energi melesat menuju Mira, yang dengan cepat menangkisnya dengan tombaknya.

"Tidak buruk." Mira berlari ke arahnya, menyerang dengan cepat. "Tapi kekuatan saja tidak cukup! Kau harus bisa bertarung!"

Renzu nyaris tidak bisa menghindari serangan pertama, tapi insting barunya mulai bekerja. Sistem Astral memberinya peringatan sekilas sebelum serangan Mira datang, memungkinkan Renzu untuk menghindar dengan lebih baik dari biasanya.

Rufus yang menonton dari samping bersiul kagum. "Dia lebih cepat dari sebelumnya. Kelihatannya Sistem Astral itu juga meningkatkan refleksnya."

Serangan Mira semakin cepat, namun kali ini Renzu mulai melawan. [Astral Shield] muncul di depannya, memantulkan salah satu serangan Mira.

Mira mundur beberapa langkah, lalu tersenyum. "Bagus. Tapi kau masih punya banyak hal yang harus dipelajari."

Renzu mengangguk. "Aku akan terus berkembang."

Darios yang menonton dari kejauhan tersenyum tipis. "Sepertinya petualang terlemah kita tidak seburuk itu lagi."

Namun, di balik semua ini, seseorang dari bayangan sedang mengamati pertarungan tersebut dengan mata penuh niat tersembunyi.

"Menarik... Gelang Bintang telah menemukan tuannya."

Malam telah turun di Archipelago Onyx, tetapi di dalam Guild Petualang Samudra, aktivitas masih terus berjalan. Para petualang duduk berkelompok di meja-meja besar, berbincang tentang ekspedisi mereka atau bersiap untuk misi keesokan harinya. Namun, di sudut ruangan, ada sekelompok orang yang berbicara dengan suara pelan, memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

"Jadi... dia benar-benar memilikinya?"

Suara itu datang dari seorang pria bertudung hitam, suaranya rendah dan penuh perhitungan. Di depannya duduk seorang petualang senior dari guild, yang tampak sedikit gelisah.

"Ya. Aku melihatnya sendiri. Dia menggunakan kekuatan yang tak pernah dimilikinya sebelumnya. Dan aura yang terpancar darinya... itu bukan sihir biasa."

Pria bertudung itu menyipitkan mata. "Kazehaya Renzu... siapa sangka anak itu ternyata memegang pecahan Gelang Bintang?"

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya petualang senior itu dengan suara pelan.

"Awasi dia. Jangan bergerak gegabah. Jika Gelang Bintang telah memilihnya, maka kita harus memastikan dia tidak jatuh ke tangan pihak lain sebelum kita bisa mengambilnya."

Lalu pria bertudung itu berdiri, dan dalam sekejap, dia menghilang ke dalam kegelapan.

Matahari pagi menyinari guild, dan Renzu baru saja bangun setelah semalam memikirkan peristiwa di arena latihan. Kepalanya masih dipenuhi pertanyaan tentang Sistem Astral dan Gelang Bintang, tetapi tidak ada waktu untuk berlama-lama dalam kebingungan.

Saat dia berjalan menuju aula utama, Mira dan Rufus sudah menunggunya.

"Akhirnya kau bangun juga," kata Mira dengan tangan terlipat di dada. "Hari ini kita akan mendapatkan misi baru."

"Misi baru?" Renzu mengerutkan dahi. "Bukankah aku baru saja kembali dari dungeon?"

Rufus tertawa. "Kau bukan lagi petualang terlemah, Renzu. Sekarang semua orang ingin melihat apakah kekuatan barumu benar-benar bisa diandalkan."

Darios mendekat, ekspresinya serius. "Renzu, ikut aku ke ruang misi. Ada sesuatu yang harus kau lihat."

Di dalam ruang misi, sebuah peta besar terbuka di atas meja. Darios menunjuk ke sebuah lokasi di tengah hutan belantara di benua terdekat.

"Kami menerima laporan bahwa reruntuhan kuno di hutan ini mulai menunjukkan aktivitas yang tidak biasa. Energi mana di sana meningkat secara drastis, dan beberapa petualang yang mencoba menjelajahinya tidak pernah kembali."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey   Bab 10 - Musuh Baru - Part 04

    Menuju ibu kota Aurora - Melalui Labirin EsBadai salju semakin menggila saat Renzu dan timnya melanjutkan perjalanan menuju ibu kota Aurora. Kabut tebal menutupi pandangan mereka, sementara angin dingin menembus pakaian tebal yang mereka kenakan. Hera berjalan di depan dengan langkah mantap, seolah tidak terpengaruh oleh suhu yang menggigit.Mira menggigil, merapatkan jubahnya. "Kau yakin kita di jalur yang benar, Hera? Aku bahkan tidak bisa melihat lima langkah ke depan."Hera tidak menghentikan langkahnya. "Aku sudah melewati jalur ini berkali-kali. Percayalah, kita akan segera sampai."Rufus menepuk-nepuk tangannya, berusaha menghangatkannya. "Lebih baik kita sampai secepat mungkin. Aku rasa jemariku mulai membeku."Lyra, yang berjalan di samping Renzu, berbicara pelan. "Aku tidak suka ini. Terlalu sunyi. Tidak ada suara burung, tidak ada suara binatang... bahkan angin terasa aneh."Renzu mengangguk setuju. "Sesuatu tidak beres. Aku bisa merasakannya juga."Tiba-tiba, Hera berhent

  • Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey   Bab 09 - Musuh Baru - Part 03

    Perjalanan ke Kontinen AuroraPagi berikutnya, mereka menyelinap keluar dari kota dengan bantuan beberapa petualang yang setia pada Darios. Mereka naik ke kapal dagang yang disebut Frostwind, sebuah kapal kayu besar yang dirancang untuk menahan badai lautDi dek, Renzu berdiri di sisi kapal, menatap laut yang semakin membeku di kejauhan. Udara mulai menjadi lebih dingin seiring mereka mendekati perbatasan Aurora.Mira berjalan mendekat dan menyelubungi dirinya dengan jubah tebal. "Kau masih memikirkan pertarungan kemarin?"Renzu mengangguk. "Zael bukan lawan biasa. Dia tahu cara menggunakan energi kegelapan dengan sangat efisien. Jika kita bertemu dengannya lagi, kita butuh strategi yang lebih baik."Rufus mendekat, meniupkan napas ke tangannya yang kedinginan. "Dan itu bukan satu-satunya masalah kita. Jika Ordo Es Purba benar-benar memiliki informasi tentang Gelang Bintang, maka Kekaisaran juga pasti akan mengincarnya.""Itulah sebabnya kita harus lebih cepat dari mereka," kata Lyra

  • Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey   Bab 08 - Musuh Baru - Part 02

    Pria itu tersenyum di balik topengnya. "Namaku Zael, salah satu eksekutor Black Crescent. Tugasku sederhana: mengambil pecahan yang kau bawa dan menghapus segala rintangan yang menghalangi." Mira mengayunkan tombaknya ke bahunya. "Kalau begitu, kita tidak punya banyak pilihan selain menghancurkan kalian." Zael menghela napas. "Sangat disayangkan. Aku benci pertempuran yang tidak perlu." Dalam sekejap, dia mengangkat tangannya dan bayangan hitam menyebar dari kakinya, menciptakan pusaran energi gelap yang mulai menyelimuti area tersebut. "Bersiaplah!" Renzu berteriak. Lyra langsung menarik busurnya, menembakkan anak panah bercahaya ke arah Zael. Namun, bayangan di sekitarnya dengan mudah menyerap serangan itu. Rufus melancarkan serangan angin, mencoba meniup kabut gelap itu, tetapi efeknya hanya sebentar sebelum Zael kembali mengendalikannya. "Kalian masih terlalu lamban," Zael mencibir. "Biarkan aku menunjukkan kepada kalian perbedaan antara kita." Dalam satu gerakan cepat, di

  • Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey   Bab 07 - Musuh Baru - Part 01

    Angin di kota pelabuhan terasa dingin menusuk dikulit saat Renzu dan timnya kembali dari reruntuhan kuno. Setelah pertarungan besar melawan makhluk astral dan pengkhianatan Orfen, mereka merasakan kelelahan yang luar biasa. Namun, tidak ada waktu untuk beristirahat terlalu lama dampak dari peristiwa tersebut mulai terasa di sekeliling mereka.Mira berjalan di sisi Renzu, sesekali melirik wajahnya yang tampak pucat. "Kau yakin baik-baik saja?"Renzu mengangguk, meskipun kepalanya masih terasa berat."Aku hanya butuh sedikit waktu. Sistem Astral memberiku peringatan, tapi aku rasa aku bisa mengatasinya." "Jangan memaksakan diri, Renzu," Lyra menyela dari belakang. "Setiap kali kau menggunakan kekuatan itu secara ekstrem, efeknya selalu membuatmu melemah."Rufus menghembuskan napas keras. "Kita butuh tempat aman untuk menganalisis semuanya. Lagipula, kita masih harus mencari tahu lebih banyak tentang fragmen yang kita dapatkan."Renzu menyentuh pecahan Gelang Bintang yang menempel dadan

  • Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey   Bab 06 - Reruntuhan Kuno - Part 02

    Di dalam ruangan, terdapat altar besar dengan sebuah fragmen kristal mengambang di atasnya. Mural-mural di sekelilingnya menggambarkan kisah peradaban kuno yang tampaknya pernah berkuasa sebelum hancur oleh sesuatu yang tidak diketahui. "Ini bukan hanya reruntuhan biasa... ini adalah tempat yang menyimpan sejarah yang telah lama dilupakan," gumam Lyra. Mira menatap mural dengan serius. "Lihat yang ini," katanya sambil menunjuk pada gambaran seorang pria yang mengenakan sesuatu di pergelangan tangannya sesuatu yang tampak seperti Gelang Bintang. Renzu mendekat. "Dia... mengenakan gelang yang sama denganku." Orfen tetap diam, tetapi matanya mengamati mural itu dengan intensitas yang tidak biasa. "Menurut kalian, siapa mereka?" tanya Rufus sambil meneliti simbol-simbol aneh di sekelilingnya. Sebelum ada yang bisa menjawab, Renzu merasakan sesuatu di pikirannya. Suara itu kembali berbisik. "Temukan semua pecahan... atau dunia akan jatuh ke dalam kegelapan." Dia mengerang pelan, me

  • Kekuatan Gelang Bintang : Astral Odyssey   Bab 05 - Reruntuhan Kuno - Part 01

    Hutan belantara masih diselimuti kabut tipis saat tim ekspedisi akhirnya tiba di depan reruntuhan kuno yang menjulang di tengah pepohonan raksasa. Struktur batu yang dipenuhi lumut berdiri megah, seolah menantang waktu yang telah berlalu berabad-abad. Udara di sekitarnya terasa lebih berat, seperti mengandung sesuatu yang tak kasat mata sesuatu yang kuno dan menunggu untuk ditemukan. Renzu berdiri di depan pintu masuk utama, menatap ukiran aneh yang menghiasi dinding-dinding batu. Ada simbol yang samar-samar dikenalnya, hampir mirip dengan pola yang muncul di dalam Sistem Astral miliknya. Dia menelan ludah, mencoba meredakan kegugupan yang mulai menjalar. "Jadi ini dia... reruntuhan yang katanya tersegel berabad-abad." Rufus bersiul pelan, meneliti batu-batu raksasa yang menyusun pintu masuk."Terlihat tua dan menyeramkan, bukan?" Mira menambahkan, memegang tombaknya lebih erat. "Aku bisa merasakan energi di sini berbeda," Lyra berbisik sambil meletakkan tangannya di dinding batu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status