Terduduk di kursi roda, belum mengganti pakaian. Masih mengenakan setengah baju perang dan baju dalam yang memerah. Sang Kaisar bangun dari duduk. Mendekati pangeran, “Kenapa bisa sampai seperti ini?” menatap anaknya. Pangeran masih diam, enggan melaporkan kondisinya.
Mengeluarkan sebuah gulungan dari cincin ruang, “Terima kasih atas perhatian Kaisar, Hamba baik-baik saja. Saya tuliskan, semua kejadian di gulungan ini, silakan Kaisar baca dan periksa,” menyerahkan gulungan berisi, tentang kejadian peperangan di bagian barat.
Sekilas melirik gulungan, menggeram mengeluarkan kata, “Yu er, aku menanyakan kondisimu, bukan pencapaianmu. Apa tidak menganggapku seorang Ayah?” tekannya, menggeser gulungan ke sisi. Kasim mengambil gulungan itu.
Sebuah mayat. Tidak! Itu ada tiga mayat, mengambang di atas kolam. Badan menghadap ke bawah, leher memutih. Teriakan dayang, menyita para pelayan dan dayang di sekitar. Mereka menghampiri asal suara di sisi kolam.“Ada apa?” seorang pelayan pria sampai lebih awal. Dua dayang, belum bisa bicara, tangan menunjuk gigil. Mengikuti arah tunjukannya, pelayan pria ini ikut berteriak. Hingga orang-orang berkumpul. Mereka membuat keributan, ada juga yang melapor ke tuan mereka. “Agh! Kenapa ada mayat di sini? Pembunuh ada pembunuh!” sembur dayang lebih tua, tidak berani mendekat.“Siapa yang melakukan ini? Dasar tidak punya hati. Bukankah, ini dua dayang bersaudara?” terka salah satu dayang yang ikut melihat keramain. Pelayan pria bermunculan, menarik tiga m
Mengeluarkan pedang dari sarung kiri, menghunuskan ke Li xiao. “Berani menghina Pangeran yang agung, seluruh keluargamu mati. Tidak layak menjadi penghormatan.” Pria tua ini, tidak terima ucapan Li xiao. Di samping, ada seorang lelaki duduk di kursi roda. Memakai topeng, terlihat bibir, hidung dan bola mata. “Maaf Tuan, Tuan muda ini bodoh dan masih muda. Tolong tidak mempermasalahkannya. Dia tidak tahu, mungkin dia bukan bagian dari dunia ini,” sarkas pelayan toko. Meminta ampun, tidak mau ada keributan. Bila pihak istana mendengar. Berani membicarakan keluarga istana, takutnya toko akan ditutup. “Bukan bagian dari dunia ini? Apa dia hantu? Bedebah, orang-orang seperti kalian harus mati!” mengangkat pedang. Pelayan toko, segera bersujud. Memeluk lutut pria yang mengangkat peda
“Tentu saja, itu hanya teh biasa.”“Eigh!” kejut mereka berdua, semakin menuntut Li xiao menjelaskan lebih. Xia yu menarik-narik ujung kain pakaian. Jiu feng, menghinggap-hinggap di pundak. Sesekali terbang di depan Masternya. “Sudah-sudah, jangan ganggu aku. Biar dia mau minum sekali atau 10 kali, tidak ada efeknya. Itu hanya teh biasa. Dia minum, palingan hanya merilekskan tubuh. Ditambah, dirinya bersugesti akan sembuh. Haha, pasti dia percaya sekali khasiat teh itu. Entah, dia mau mencobanya berapa kali. Coba saja, teh bunga kemboja, rasanya sama seperti teh kalau diberi gula. Hanya sedikit wangi, tak percaya cobalah.”Sudah mengerti ocehan Li xiao, besok-besok tidak perlu mempercayainya. Mengeluarkan makanan
Tetap saja sama, racun tidak berkurang sedikitpun. Li xiao mempelajari medis tradisional. Kemampuan ini bisa mendiagnosa tubuh, cukup menyentuh nadi di tangan. Mempelajari struktur saraf, yang ada di dalam tubuh. Di saat menjalani misi, tidak mungkin membawa dokter. Jadi, mempelajari kemampuan medis tradisional. Ditambah, kacamata sensor, tidak ada duanya. Sekarang, kaca tidak ada, mengandalkan diagnosa sendiri. Menghafal tata letak organ tubuh, serta saraf dan sendi.Mata memicik, menarik jari di pergelangan, menggelengkan kepala. Di dalam hati sesak, ingin diluapkan. Mengambil bekas obat, membanting! Melampiaskan kekesalan di dalam hati.Prang!
Di cincin ruang, “Hebat sekali, baru di gosok masuk ke sini, ayo cari Tablet,” melangkah, memasuki halaman hendak membuka pintu. Belum terbuka, penghuni sistem keluar, Li xiao memanggilnya tablet. Memang bentuknya seperti itu.“Untuk apa kalian datang? Mau membayar hutang,” menagih langsung. Mau bayar pakai apa? Belum menyelesaikan misi atau naik level. Jangankan naik level, membuka kekuatan spiritual saja belum. Tertawa aneh, “Hehe, kami datang mau berlatih. Tenang saja, setelah aku bebas dari racun ini. Aku akan bayar dan melunasi hutangku.”Mengalihkan wajah, “Huh! Janji manis saja,” kembali memperhatikan mereka. Bila mereka bertiga tidak bertambah level, otomatis tidak bisa menjual apapun yang ada di sistem. Maka me
Menusuk tangan dan anggota tubuh menggunakan jarum, serta gambaran rempah-rempah. Mengedipkan mata, tetap sama. “Ini-ini akupuntur? Haah, untung guru menyuruhku menghafal struktur tubuh. Tunggu, titik-titik ini berbeda dengan jaringan saraf atau jaringan darah. Apa ini, bisa dijelaskan secara ilmiah dan logika? Untuk apa, aku meminta penjelasan ini. Buktinya, aku masuk ke sini, tidak bisa dijelaskan secara logika!” Di gambar buku, terdapat gambaran lengan ditusuk jarum, di titik-titik tertentu. Diteliti, titik-titik ini berbeda dari titik jaringan saraf dan darah. Mengikuti titik-titik akupuntur di gambar, dijelaskan ini titik meridian. Berada di sela-sela tulang, dan di jalur sela-sela otot. Pantas, tidak bisa disebutkan secara logika, ada juga jalurnya menembus dan menyelimuti organ.
Di suapan kedua.Brusghh!Menyemburkan teh di sendok, teh menyerbak mengenai wajah dayang. Seketika, bola mata memejam, tangan mengangkat berhenti di depan pipi. Berteriak kaget, “Agh! Sampah ini, tidak tahu kesopanan puih!” meludahkan teh yang masuk ke mulut. Pergi dari sisi ranjang, mengelap menggunakan ujung baju.Teh ini berisi air liur, memikirkan saja membuat bulu merinding. Badan bergetar menyeka jijik, Li xiao bangun di suapan kedua. Yang pertama, belum tertelan sepenuhnya. Mengusap bibir, meludahkan sisa-sisa teh. “Cui! Mau membunuhku? Kau pantas mati!”Jiu feng terbang ke udara, mengubah diri
Sekantong uang perak, tanpa dibuka tahu isi uang. Teksturnya keras, bentuknya sekrikil. Bibir melebar memperlihatkan gigi, tersadar di tempat umum. Menjaga sikap, pokoknya sangat membutuhkan uang. Namun, pria ini telah membayar. “Egmh, kau membayar karcis masuk, maka--- aku tak segan-segan menolak pemberianmu,” mengambil, memasukkan ke baju. Ini uang, mana mungkin menolak, dulu bekerja demi uang, sekarang sama. Bedanya, dulu bergelimang uang, sekarang bergelimang musuh.Xia yu mengeong keras, mencibir di pikiran. ‘Kamu memalukan, tidak tahu malu. Benar kata Dayang, jangan mendekatiku. Aku tidak mau, terlihat menjadi hewan kontrakmu.’ Meninggalkan mereka.Pemuda pemberi uang terdiam sesaat, 7 detik tersenyum. “Hah, ternyata ada orang mena