Share

Tuhan Pemberi

    Setiap hari Alex bertemu dengan berbagai macam orang juga sifat-sifat mereka yang berbeda-beda. 

    Sebagai seorang lelaki yang sudah berumur tiga puluh dua tahun kala itu. Dia bertemu dengan seorang perempuan yang bernama Jenni. 

Jenni adalah seorang perempuan buta, ia bekerja sebagai seorang pemain musik di sebuah cafe di salah satu kota. 

Kebetulan pada saat itu Alex sedang dalam perjalanan menuju kota. Sesampainya dia Dikota, keadaan cuaca pada saat itu sedang mendung. Kebetulan tempat yang dia tempuh sekitar satu jam lagi dari tempat ia berada. 

Juga dia merasa lapar. Entah ini yang dinamakan di jodohkan atau memang secara kebetulan. Dia singgah di sebuah cafe. Dia memesan makanan dan minuman kepada pelayan. 

Saat dia tengah bersantai menunggu hidangan yang dia pesan datang. Pemiliki kafe memiliki hiburan, yaitu penyanyi dan pemain musik. 

Para musisi itu memainkan musik dan juga bernyanyi. Lagu yang dinyanyikan sangatlah merdu. Dan yang paling menarik adalah musik yang dimainkan sangat mengena di hati Alex. 

"Ini pak makanannya." Pelayan memberikan makanan yang dia pesan. 

"Oh iya makasih ya pak," jawab Alex. Pelyan yang berdiri di sampingnya sedang menghidangkan makanan untuknya sambil ikut menggoyangkan badannya mengikuti alunan musik. 

"Bapa suka ya sama musiknya?" tanya Alex kepada pelayan tersebut.

"IYa pak. Saya suka sekali dengan musik yang dia mainkan. Selalu mengena ke hati, juga bisa membuat kita terbuai oleh alunan nada yang dia mainkan," jawab pelayanan tersebut. 

"Apa dia pemain musik sewaan ya pak? Untuk bekerja di sini?" tanya Alex lagi. 

"Iya pak, dia di pekerjakan di sini, sebagai pemain musik. Karena, dia ahli memainkan alat musiknya. Makanya kafe ini ramai. Itu semua karena perempuan pemain musik itu. Pasti setiap penonton selalu menunggu aksinya dalam bermain musik," ujar pelayan menjelaskan secara gamblang mengenai pemain musik tersebut. "Apa bapak suka juga dengan cara dia bermain musik?" tanya pelayan tersebut. 

"Iya pak, saya sangat suka dengan musiknya. Jatuh cinta malah. Apa saya boleh bertemu dengan dia pak?"

"Maksud bapak pemain musiknya kan?"

"Iya benar pak, saya mau bertemu dengan dia. Apa boleh ya pak?" Alex meminta untuk menemui perempuan pemain musik itu.

"Boleh pak, nanti sebentar lagi dia akan istirahat. Nanti bapak temui saja dia"

"Apa dia ... Em, maksud saya apa dia cantik?" tanya Alex to the poin.

"Dia cantik pak. Tapi, sayangnya dia buta." Jawab pelayan tersebut.

"Benarkah?"

"Iya pak. Dia mengalami kebutaan sejak umur dua tahun."

"Oh, begitu ya pak."

"Kalau begitu saja permisi ya pak, kalau mau pesan lagi tinggal datangi kasir kembali ya pak."

"Iya pak, terimakasih."

Alex tidak menyangka kalau perempuan pemain musik itu buta. Dia seolah tidak percaya mendengar perkataan pelayan yang melayani dia. 

Alex semakin penasaran ingin segera bertemu dengan perempuan pemain musik tersebut. Memastikan bahwa apa yang dikatakan pelayan itu padanya benar. 

Musik dan juga nyianyiain yang di kumandangkan sangat indah kedengarannya. Memiliki kekutan tersendiri di dalam aliran musik tersebut.

Tidak terasa setelah menunggu waktu satu jam akhirnya para pemain musik dan penyanyi istirahat. 

Seperti yang dikatakan oleh Alex kalau dia ingin bertemu dengan pemain musik itu sebentar. 

Ketika dia menjumpai para musisi itu dia menemui seorang perempuan yang memakai kaca mata hitam, duduk di sebuah kursi sendirian. Alex langsung bertanya kepadanya. 

"Selamat malam, boleh saya bertanya?"

"Selamat malam juga. Silahkan, tuan mau bertanya apa kepada saya?" tanya perempuan itu.

"Saya mau bertanya pemain musiknya tadi siap ya?" tanya Alex.

"Pemain musiknya, memangnya musiknya tidak enak ya pak?"

"Bukan, saya sangat tertarik sekali dengan pemain musik itu. Karena dia bisa memainkan musik yang sangat syahdu menyentuh hati saya." Ujar Alex menjelaskan kepada perempuan berkaca mata itu 

"Wah, senang rasanya ada yang menggemari musik itu."

"Iya saya sangat senang. Kalau boleh tau dia dimana ya?" Tanya Alex kepadanya.

"Saya sendiri pemain musiknya pak" ucap perempuan tersebut. 

"Wah benarkah? Perkenalkan nama saya Alex." Alex memberikan tangannya untuk berjabat tangan. 

Akan tetapi dia tidak tau kalau Alex memberikan tangannya untuk bersalaman dengan dia. 

Seketika perempuan itu membuka kaca matanya. Dan itu membuat Alex percaya kalau dia buta.

"Ah, maaf."

"Tidak apa-apa banyak orang yang salah paham dengan penampilan saya, termasuk bapak juga. Saya mengalami kebutaan sejak umur saya dua tahun." Ujar perempuan itu kepada Alex. 

"Saya turut prihatin atas apa yang menimpa anda. Kalau boleh tau nama anda siapa?" 

"Terimakasih. O. Nama saya Jenni Rivera"

"Wah nama yang cantik," puji Alex 

"Terimakasih, nama anda juga bagus sekali." Puji Jenni kepadanya. 

Kemudian Alex mengajak dia berbincang-bincang. Alex juga menanyakan beberapa pertanyaan kepada Jenni yang membuat Alex penasaran dengan dia.

"Kalau boleh tau kenapa anda memilih bermusik? Kenapa tidak yang lain." tanya Alex pada Jenni.

"Saya memilih bermain musik karena itu yang diberikan Tuhan kepada saya, memang dulu saya tidak sadar kalau saya mempunyai bakat dalam bermusik, meskipun saya seorang yang buta. Dulu sekali saya senang sekali mendengar musik. Sehingga lama kelamaan saya mulai menirukan suara-suara alat musik. Saya ingat itu waktu umur saya sembilan tahun. Memang saya tidak sekolah karena keterbatasan yang saya miliki dan juga orang tua saya tidak membiarkan saya sekolah karena, takut saya akan dibuli atau semacamnya. Saya yang mulai menirukan suara Lat musik itu semakin mahir. Sampai akhirnya orang tua saya sadar kalau saya senang mendengarkan musik dan menirunya. Kebetulan ada gitar bekas milik orang tua saya dulu. Kemudian beliau memperbaiki kembali gitar itu dan mulai mengajari saya cara bermain musik. Meskipun awalnya saya sangat susah untuk menghafal bagaiman meniru bentuk jari yang harus ditekuk dan sebagiannya untuk mengahasilkan nada yang tepat. Tapi saya tidak pernah menyerah saya selalu berlatih dan berlatih, sampai akhirnya saya bisa memainkan alat musik itu dan mengiringi ibu saya bernyanyi satu sampai dua buah lagu. Dan akhirnya lama kelamaan saya semakin mahir dalam bermain gitar. Akhirnya saya memutuskan untuk mengamen ditemani ayah saya. Dari hasil mengamen itulah saya mendapatkan uang, kemudian saya tabung sedikit demi sedikit untuk membeli biola. Yang harganya waktu itu memang sangat mahal. Akhirnya kesampaian juga saya membeli biola itu. Saya mulai mempelajari secara otodidak. Semakin lama dan semakin terbiasa akhirnya saya bisa bermain alat musik biola. Tapi di saat saya mendapatkan potensi saya sebagai pemain musik, orang tua saya mengalami kecelakaan dan merenggut nyawa mereka. Disitu saya merasa marah kepada Tuhan saya mulai berhenti bermain musik. Saya juga sempat mencoba bunuh diri karena hanya saya seorang yang tinggal itulah yang selalu saya sesali. Tapi, saya saat sudah dalam keadaan paling rendah dalam hidup saya, dan saya hampir saja mati karena sengaja tidak makan beberapa hari. Yang membuat saya di larikan ke rumah sakit dan di rawat di sana selama beberapa Minggu. Disana saya mendapatkan kesadaran saya. Dan saya mulai mendapatkan semangat. Saat itu ada pasien lain yang menagis karena keluarganya meninggal, padahal anak mereka masih berumur satu tahun, dan itu sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Disana saya mendengar semua kesedihan mereka. Alhasil saya mulai menariknya kedalam diri saya. Bagaiman jika saya di posisi bayi yang masih berumur satu tahun itu. Bahkan belum mengenal orang tuannya. Dibandingkan dengan saya yang sudah memilki kenangan dengan orang tua saya. Alhasil saya mulai membangkitkan semangat saya. Setelah saya pulang dari rumah sakit saya mulai bermain musik kembali. Dan saya mulai kembali menghibur diri saya dengan musik ini. Sampai akhirnya saya ketemu dengan pemilik kafe ini. Akhirnya beliau mengijinkan saya bekerja disini sampai sekarang," ungkap Jenni panjang lebar kepada Alex. 

Alex hanya bisa mengangguk mendengar penjelasan Jenni. 

"Saya sangat kagum dengan anda," puji Alex kepada Jenni.

Dari sini Alex memperoleh pelajaran hidup untuknya, meskipun seberat apa cobaan pasti akan bisa kita lalui dengan mudah. Kalau kita tidak mau menyerah dan selalu berserah kepada Tuhan. Dan membiarkan dia melakukannya semua dengan indah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status