Share

Keluarga Kecil Suamiku
Keluarga Kecil Suamiku
Penulis: Maharani

Buku Raport dan Lipstick

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan dari pintu utama, Hilda terbangun dari tidurnya. Berkali-kali dia mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya sambil menajamkan kedua daun telinganya, benarkah ada suara ketukan pintu.

Tok tok tok

Ternyata benar, Hilda pikir dia sedang bermimpi, sambil turun dari atas ranjang dia melirik jam di dinding, pukul 01.30.

“Siapa yang mengetuk pintu tengah malam begini?” sambil bergumam, Hilda berjalan menuju pintu utama.

Hilda menyibak sedikit tirai jendela agar dapat melihat siapa tamu yang datang ditengah malam begini.

“Mas Firman?” ucap Hilda sedikit kaget, lalu gegas membukakan pintu untuk suaminya itu.

“Maaf ya sayang, Mas jadi bangunin kamu tengah malam begini.” Ucap Firman setelah masuk ke dalam rumah.

Hilda meraih koper yang dibawa oleh Firman, tak lupa juga mencium takzim punggung tangan suaminya. Firman merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu, sedangkan Hilda menuju ke dapur, membuatkan minuman hangat untuk suaminya. Koper suaminya diletakkan di dekat mesin cuci.

“Kok kamu bisa tiba-tiba pulang di jam segini Mas? Katanya lusa baru pulang?” tanya Hilda sambil membawakan minuman hangat.

“Kebetulan urusan dengan klien di Bali sudah selesai, dan besok ada meeting besar di kantor, jadi aku harus balik kesini malam ini juga.” terang Firman.

“Oooh. Kenapa kamu nggak kasih kabar ke aku dulu Mas? Tadi sempat takut aku tengah malam ada yang ketuk-ketuk pintu siapa. Kalau tahu kamu pulang kan aku bisa siap-siap nunggu kamu.”

“Iya maaf ya, tadi nggak sempat soalnya buru-buru kejar waktu. Ya udah aku mau bersih-bersih dulu ya, kamu juga balik istirahat lagi aja.” Ucap Firman.

“Iya mas, aku mau beresin koper kamu dulu, kamu mandi aja terus istirahat.”

Firman bangkit dari sofa lalu dengan langkah gontai menuju ke kamar, sedangkan Hilda kembali menuju dapur untuk menaruh gelas yang isinya sudah tandas. Hilda juga mengeluarkan isi koper Firman, dikeluarkannya baju-baju kotor Firman untuk dimasukkan ke dalam tempat pakaian kotor.

“Loh ini apa? Raport anak sekolah? Kok bisa ada raport di dalam kopernya Mas Firman? Loh kok ada lipstick juga disini? Ini bukan punyaku.” Hilda memicingkan mata menatap barang-barang yang bukan miliknya dan suaminya.

Kedua tangan Hilda kini sibuk membolak balikkan isi raport itu, dan betapa terkejutnya dia ketika membaca nama orang tua dari si pemilik raport, Firman Ardiansyah, itu nama suaminya. Lembaran demi lembaran isi raport dibaca dengan teliti oleh Hilda, dan disitu tertera tanda tangan Firman disetiap nilai semester.

“Kemana kamu selama ini Mas? Jangan sampai kamu bermain-main dengan aku mas. Jika sampai kau ketahuan berkhianat, jangan harap kamu akan bahagia mas.” Ucap Hilda pelan dengan jantung yang berdebar tak karuan.

Setelah selesai mengeluarkan isi koper Firman, gegas dia menuju kamar dengan membawa lipstick yang ditemukannya tadi. Sedangkan raport yang ditemukannya tadi sebelumnya disimpan sendiri oleh Hilda, sebab dia ingin mencari tahu siapa pemilik raport itu dan ada hubungan apa dengan suaminya.

“Mas, kamu udah tidur?” tanya Hilda begitu sudah di dalam kamar.

“Eemm, belum sayang, mungkin karena terlalu capek ya, jadi susah tidur ini.” Jawab Firman seraya membenarkan posisi rebahannya menghadap ke arah Hilda.

“Mas, ini lipstick siapa?” Hilda menunjukkan benda tersebut kepada Firman.

“Oh, itu mungkin itu milik temanku sayang, pasti dia mengira koper ini miliknya saat dia beres-beres barangnya.” Ucap Firman sedikit gugup.

“Hem? Kok bisa Mas? Memang Mas satu kamar dengan teman cewek?” Hilda menatap tajam ke arah Firman.

“Ck, bukan begitu Hil, mungkin dia tadi salah masukin itu lipstick saat di bandara atau saat direstoran. Ya nggak mungkin lah aku tidur sekamar sama teman cewek.”

“Memang ada berapa tim yang ikut meeting di Bali Mas? Ceweknya ada berapa? Kamu satu kamar dengan siapa?” cecar Hilda karena tak puas dengan jawaban suaminya.

“Ck, kamu nggak percaya sama aku Hil? Aku capek lho, baru pulang, tengah malam begini malah kamu nanya hal nggak penting!” kini Firman terlihat sedikit kesal.

“Nggak penting kata kamu? Seorang istri yang mencurigai suaminya karena menemukan benda asing yang berada dikoper suaminya kamu bilang tidak penting mas?! Atau kau menutupi sesuatu dariku?” Hilda menatap tajam ke arah Firman dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

“Kamu curiga denganku? Kamu curiga kalau aku selingkuh, begitu maksud kamu?” bukannya mencoba menjelaskan pada sang istri, justru kini Firman tersulut emosi.

Hilda tersenyum sinis ke arah Firman, “salah kalau aku curiga sama kamu mas? Salahnya dimana? Kamu suami aku, wajar jika aku curiga karena barang yang aku temukan dikoper kamu itu bukan milikku!”

“Ya udah kalau kamu nggak percaya, terserah kamu. Yang jelas aku nggak tidur sama temen cewek sekantor aku. Itu juga aku nggak tahu punya siapa! Aku mau tidur diluar aja, malah sumpek begini, capek-capek malah dipojokin!” Firman yang setengah emosi berlalu menuju ke kamar sebelah meninggalkan Hilda.

Hilda yang masih belum puas dengan jawaban sang suami memilih diam karena tak ingin ada keributan di tengah malam begini. Memang sudah 6bulan ini Firman sering keluar kota dengan alasan meeting dengan klien. Dan selama ini Hilda tak menaruh curiga sedikit pun, dia percaya sepenuhnya kepada Firman.

“Aku nggak akan tinggal diam Mas. Aku akan mencari tahu siapa Alifa Cantika Putri?” janji Hilda pada dirinya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status