Share

Rumah Ibu

Author: Ayu_Kusuma20
last update Last Updated: 2023-05-17 21:01:02

Saat adik-adikku sukses

Part 2

"Maaf Bu, Nurma gak bisa ke sana, Tedi sedang rewel."

"Emang si Hendi ke mana? suruh si Hendi jagain si Tedi!"

"Kang Hendi lagi ke mesjid Bu."

"Ya sudah, kalau si Hendi sudah pulang kamu langsung ke sana!"

"Gak bisa Bu, badan Nurma cape tadi seharian masak, lagian kan Nurma gak ikut makan bareng, emang gak bisa Mala sama Dewi yang beresin?"

"Kamu ini, adik-adikmu itu baru datang, pulang ke rumah buat istirahat dan liburan bukan buat beres-beres."

"Beresin bekas makan dan cuci piring bukan pekerjaan yang berat Bu, Nurma rasa jika mereka mengerjakan itu tidak akan membuat tubuh mereka sakit."

"Nurma, kamu gak dengar suara takbiran? ingat, besok itu hari lebaran, bukannya minta maaf sama Ibu malah bikin Ibu kesal."

Hendi yang tadi pamit berangkat untuk melaksanakan shalat isya berjamaah akhirnya pulang.

"Ibu," sapa Hendi pada Ibu mertuanya itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Ibu kenapa gak di ajak masuk ke dalam Neng, masa ngobrol di luar gini. Kan gak enak." tanya Hendi pada Nurma.

"Gak usah, saya ke sini cuma mau ngajak Nurma ke rumah. Di sana masih berantakan si Nurma main pulang aja."

Hendi melirik istrinya.

"Kenapa gak ke sana lagi Neng? beresin dulu di rumah Ibu, kan besok lebaran, pasti banyak tamu malu kalau berantakan," ucap Hendi.

"Gak mau Kang, badan Nurma capek, dari siang Nurma udah konser di dapur, lagian Tedi dari tadi masih rewel. Dari pada di sana malah bikin recok ganggu orang kota yang lagi liburan." Nurma menyinggung apa yang di ucapkan Mala tadi.

Nurma sudah sibuk di dapur Ibunya sejak adzan dzuhur berkumandang, begitu banyak makanan yang dia olah, selain memasak untuk berbuka, Nurma juga memasak beberapa makanan khas lebaran.

Ratri mendengus kesal, dia akhirnya pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Neng capek ya? maafin Akang ya! karena keadaan Akang yang masih seperti ini, Neng di perlakukan seenaknya sama mereka, doain Akang ya semoga kedepannya kita menjadi lebih baik," ucap Hendi sambil menenangkan Tedi yang masih terisak.

"Tapi, kalau Neng gak ke sana, Ibu pasti marah ya Kang, besok lebaran kalau Ibu gak maafin Neng gimana ya Kang?"

"Jagain Tedi ya Kang, Neng mau ke rumah Ibu sekarang, Neng gak mau hidup kita tambah sulit karena Ibu gak ridho sama kita."

Nurma langsung ke luar dari rumahnya dan berjalan menuju rumah Ratri, Ibunya.

Sesampai di rumah Ibunya, ketiga adiknya sedang asik bercanda ria sambil menyalakan kembang api di depan rumah, beberapa anak kecil berkumpul ikut menikmati keindahan warna dari kembang api tersebut.

Tidak ada yang sadar dengan kedatangan Nurma, ia lalu memilih masuk melalui pintu belakang.

Keadaan ruang tamu tempat mereka makan bersama masih seperti tadi, bahkan jauh lebih berantakan. Nurma tidak habis pikir dengan perilaku adik-adiknya itu, jangankan ada keinginan untuk membereskan, sekedar menggeser piring kotor pun sepertinya mereka enggan.

Nurma menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri, dia sampai tak percaya dengan perubahan sikap adik-adiknya itu.

Uang dan jabatan benar-benar bisa merubah seseorang.

Dalam sekejap ruang tamu yang kondisinya seperti kapal pecah akhirnyan kembali rapih, bukan hal yang sulit bagi Nurma melakukan ini, mungkin karena pengalamannya yang pernah menjadi TKW selama bertahun-tahun.

Setelah ruang tamu rapih, Nurma langsung berjalan ke dapur untuk mencuci piring, akan tetapi hanya satu piring dan satu gelas yang ia cuci, yaitu piring dan gelas yang di gunakan Ibunya, sementara itu dia tetap membiarkan piring-piring kotor lain yang di pakai oleh adik-adiknya tadi.

"Teh, tolong siapin kamar aku ya, aku mau istirahat, capek!" ucap Dewi sambil menyimpan mangkok yang masih berisi kuah bakso di depan Nurma.

Dewi, adik keduanya itu memang sangat suka dengan bakso.

"Beresin aja sendiri! Teteh bukan tukang beres-beres kamar, Teteh juga sama capek!" ucap Nurma sambil menutup kran air yang mengalir.

"Emang Teteh capek apa sih?"

"Capek apa? kamu nanya Teteh capek apa?"

"Kamu gak sadar makanan yang kamu makan tadi siapa yang masak?" sambung Nurma.

"Cuma masak kan? apalagi aku yang tiap hari setres ngadepin kerjaan di kantor, harus mikir. Belum lagi kalau deadline, ngurusin client dan lain-lain, Teh jangan ngeluarin kata-kata toxic yang bisa menyakitu mentalku, aku pulang itu buat healing, karena mentalku sudah di hajar habis-habisan di tempat kerja."

"Teteh tahu adik Teteh ini sudah menjadi orang pintar sekarang, bahkan bahasanya saja Teteh gak ngerti, tapi tolong sepintar-pintarnya kamu jangan sampai lupa dengan adab dan tatakrama."

"Attitude maksudnya? jangan bahas itu teh, kalau attitude ku jelek aku gak mungkin di terima kerja di kantorku yang sekarang."

"Terserah," ucap Nurma singkat, dia tidak ingin berdebat lagi. Karena percuma meskipun dia benar tidak akan ada yang membelanya.

Dewi kemudian pergi meninggalkan Nurma di dapur, beberapa saat kemudian Ibunya mendatangi Nurma, sepertinya adiknya itu mengadu.

"Kamu kenapa gak mau beresin kamar Dewi? sampai nyebut Dewi gak punya adab? lihat tuh adikmu nangis!"

"Dewi memang gak punya adab Bu, kalau punya, dia gak mungkin nyuruh Nurma beresin kamarnya, Dewi itu sehat, punya tangan dan kaki lengkap, masa gak mampu beresin kamar sendiri. Kalau emang mau di layani seperti nyonya kenapa gak nyari pembantu aja?"

"Kan kamu tahu Dewi baru pulang, pasti dia capek!"

"Bu, perjalanan dari tempat kerja Dewi ke sini itu gak nyampe dua jam Bu, bukan perjalanan jauh yang harus melewati dua benua, Nurma mau pamit pulang udah malam."

"Eh, itu di wastafel masih banyak piring kotor, cuci dulu,"

"Suruh Mala, Dewi sama Lukma cuci piring masing-masing Bu, kayak yang Ibu ajarkan di waktu kami kecil dulu, jangan mentang-mentang mereka sukses sekarang, sehingga Ibu memperlakukan mereka seperti raja dan ratu sedangkan aku seperti babu."

Nurma langsung ke luar dari rumah Ibunya melalui pintu dapur.

Sepanjang jalan Nurma di selimuti oleh rasa bersalah, dia merasa apa yang dia katakan pada Ibunya itu sangat lancang dan bisa melukai hati Ratri.

"Ampuni aku Bu," ucap Nurma lirih, sambil menghapus air matanya. Dia tidak mau suaminya melihat dia menangis.

"Tedi udah tidur Kang?" tanya Nurma saat sampai di rumah.

"Udah Neng, ya udah Akang mau takbiran lagi ya!"

"Iya Kang."

"Jangan lupa kunci pintunya Neng!" pesan Tedi.

Gema takbir berkumandang dari segala penjuru, membuat hati Nurma semakin sakit apalagi saat mengingat sang Bapak yang sudah kembali ke pangkuanNya saat dia masih berada di negeri orang.

"Seandainya Bapak masih ada, mungkin ada yang membelaku sekarang Pak," Nurma berbicara sendiri.

Mungkin orang lain sedang sibuk mengolah berbagai hidangan yang akan di sajikan di hari raya esok, tapi tidak dengan Nurma, tidak ada aktifitas apapun di dapur sederhana itu.

Sementara itu, di sudut masjid ada seorang laki-laki dewasa yang sedang bersedih, dialah Hendi, ia merasa tidak becus menjadi seorang suami dan Bapak. Hari raya sudah tiba di depan mata namun satu butir telur pun dia tidak mampu belikan untuk anak dan istrinya.

Hendi baru pulang dua hari lalu setelah satu bulan penuh mengadu nasib di Ibu kota dengan menjadi kuli bangun, namun apa boleh buat sang mandor tempat dia bekerja tidak amanah, uang bayaran yang harusnya Hendi terima beserta teman-temannya yang lain, di bawa kabur oleh sang mandor.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Akhir (TAMAT)

    Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma mencari keberadaan Bu Ratri

    Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Ucapan Lukman yang menyakiti Nurma

    Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma dilema

    Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma pergi dari rumah Fauzi

    Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Hal memilukan bagi Nurma

    Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status