Home / Horor / Kematian Wulandari / Najwa terkejut

Share

Najwa terkejut

Author: BlackJoe
last update Last Updated: 2021-10-03 22:49:50

Dengan menguatkan lutut yang sudah gemetaran dan tidak ada tenaga, Najwa mencoba berlari tidak tentu arah, dalam kegelapan.

"Toloong ... tolong!" Najwa berteriak lagi namun, suaranya tidak terdengar oleh siapapun. 

Berkali-kali terjatuh, lalu mencoba bangkit lagi. Hanya ada setitik sinar terang, jauh di ujung sana. Sekuat tenaga Najwa menggerakan kaki menuju cahaya itu. 

"Najwa!" terdengar suara Mak Darmani memanggil. Najwa merasakan pipinya ditepuk-tepuk beberapa kali namun, tidak ada orang di sekitar. 

"Najwaa!" Kali ini suara itu terdengar naik satu oktaf, di telinga. Mengganggu degub jantung yang tidak beraturan. 

"Emak …." Lirih Najwa memanggil Emak. Akhirnya terdengar juga suaranya keluar dari kerongkongan.

Najwa berulang kali mengerjapkan matanya, mencoba memperjelas pandangan yang masih remang-remang. Di sisi kiri kepalanya ada emak, di sebelahnya ada bapaknya. 

"Mak, Najwa, takut!" Nada suara Najwa bergetar. Air bening itu akhirnya tumpah, menganak sungai menuruni pipi.

Mak Darmani mengelus-elus rambut Najwa dan menariknya dalam dekapannya, "enggak ada apa-apa, Najwa," ucapnya, menenangkan Najwa. 

"Kamu kenapa kok semaput (pingsan) di sebelah kamar mandi Mbok Sri?" tanya Mak Darmani dan dia menatap dengan pandangan penuh tanya. 

Najwa kembali mengingat-ingat kejadian sebelum kepalanya terasa berat dan pusing. 

"Mbak Wulandari, Mak di-dia …," kata-kata Najwa terpotong. Gadis itu langsung memeluk tubuh Mak Darmani mencari perlindungan, rasa ketakutan yang tadi dirasakannya menjalar kembali.

"Mbak Wu-Wulandari, di-dia menampakkan diri di depan Najwa!" kata Najwa terbata-bata. Matanya terpejam takut, jika sosok yang dibicarakan akan datang lagi.

"Hust, opo to (apa sih). Dia sudah meninggal tidak mungkin berkeliaran dengan menggendong bayi!" Kata Mak Darmani sambil mendekap Najwa lebih erat, gadis berambut panjang dengan mata bulat itu dapat mendengar degup jantung si emak yang berdetak lebih kencang. Berbeda ketika dirinya memeluknya saat pertama tadi. 

Mak Darmani melepaskan pelukannya, dia menyodorkan segelas air putih di meja sebelah dipan, tempat Najwa berbaring. 

"Bener yang kamu lihat itu Wulandari?" Kali ini Bapaknya yang bertanya. Najwa mengangguk beberapa kali membenarkan kata-kata Bapak.

"Jangan-jangan ada sesuatu ini," ujar Bapak lagi. Alisnya berkerut seperti sedang berpikir, atau menyimpulkan sesuatu. "Wulandari menampakkan diri sambil menggendong anaknya?"

"Wes to Pak, sudah jangan dibahas lagi. Najwa baru siuman. Besok aja Bapak coba ngomong ke Mbok Sri atau suaminya, biar diadakan pengajian atau doa bersama gitu!" Najwa kembali mengangguk-angguk dengan cepat menyetujui usul Mak Darmani.

"Iki (ini) pasti ada yang salah!" Bapak mengulangi pembicaraan. Kemudian menatap anaknya, lalu ke arah yang berlawanan. "Mbok Sri masih tidak percaya dengan yang di ucapkan warga desa, apalagi ucapan Najwa! Harus diselidiki, ada apa sebenarnya. Sampai-sampai, dia gentayangan tidak jelas."

"Yo dicubo (ya dicoba), Pak. Siapa tahu, kalau bapak yang menyampaikan, Mbok Sri mau mendengarkannya. 

"Bapak iki opo to, Bu. Pak RT ngomongae ora di gubris je, opo maneh bapak!"

(Bapak ini apa, Bu. Pak RT yang bicara saja tidak di gubris, apa lagi bapak!)? 

"Bapak iki loh! Membantu orang itu tidak ada salahnya, kita ini sedang di ganggu. Jika memang Wulan seperti itu, berarti dia mengharapkan doa dari keluarganya. Siapa tau, bapak yang menyampaikan mereka mau mendengar, bapakkan orang yang di segani oleh Mbok Sri sekeluarga!" Mak Darmani kesal dengan suaminya yang selalu kaku, di setiap keadaan. 

Bulu halus di tengkuk Najwa kembali berdiri membicarakan tentang Wulandari. Masih teringat jelas di ingatan wajah menyeramkannya, tawa melengking juga nada ia menyanyikan lagu nina bobo untuk sesuatu di gendongannya.

"Bu-bukan hanya Mbak Wulandari pak, tapi ada sesuatu yang dia gendong dan itu bergerak!"

Yang lebih membuat jantung Najwa hampir copot adalah sesuatu berbungkus kain putih yang ada di gendongan Wulandari itu pun bergerak-gerak, layaknya bayi yang sedang tidur dalam keadaan gelisah. Bau busuk bercampur harum melati, menerobos masuk ke dalam hidung Najwa dan bertahan cukup lama, sehingga membuatnya mual namun, tidak bisa langsung memuntahkan apa yang ada di dalam perut. 

"Kamu banyak-banyak zikir, yo, Nduk!" ujar Pak Kuswan. "Jika benar itu adalah arwah dari Wulandari, pasti ada sesuatu yang membuatnya tidak beristirahat dengan tenang, seperti yang bapak katakan tadi. Apakah ada sesuatu yang coba disampaikannya lewat penampakannya itu, tapi apa?" Pak Kuswan mencoba menebak. 

Mak Darmani kesal dengan suaminya, dia memilih berlalu dari hadapan Najwa dan suaminya menuju dapur. Selintas bayangan berkelebat di belakangnya. Mata Najwa membulat dan mulutnya menganga, ketika bayangan itu nampak jelas dalam penglihatan gadis itu.

"Pak, ada sesuatu di belakang emak!" ujar Najwa gemeteran. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kematian Wulandari   Part 42

    Malam cukup panjang untuk dilewati begitu saja, Pak Kuswan dan Mak Darmani hanya bisa berpasrah diri. Tidak henti-hentinya berdoa dan berzikir agar terlindung dari kejahatan manusia juga makhluk tuhan yang lainnya.***Pagi sudah menyapa dan keluarga Pak Kuswan memulai aktivitas seperti biasanya. Hanya saja, ada kelhawatiran yang tidak bisa mereka ungkapkan satu dengan lainnya."Pak, kapan mau jemput anakmu? Enggak enak lama-lama di rumah orang meskipun saudara sendiri! Sejak Najwa sakit, loh," Mak Darmani mengingatkan.Pak Kuswan paham maksud istrinya, dan dia mulai mencari cara agar orang tahunya dia menjemput anak bungsunya, bukan melihat Najwa. Maka dia mendatangi tetangganya yang biasa dia mintai tolong untuk menjaga sawahnya dan dia menceritakan akan menjemput anaknya bungsunya, takut merepotkan adiknya. Tidak butuh waktu seharian, berita pun tersebar dengan cepat.Mak Darmani mempersiapkan bekal selama perjalanan, agar tidak jajan sembaranga

  • Kematian Wulandari   Part 41

    Pak Kuswan mendekati Ardi dan mempertajam pendengarannya. Suara Ardi terdengar lirih, sehingga Pak Kuswan tidak terlalu mendengar."Apa, Di?" tanya Pak Kuswan."Wu-Wulandari mati karena," Tiba-tiba napas Ardi tersengal-sengal, menahan rasa sakit di dadanya."Lebih baik kamu saya antar pulang, Di! Jika tidak, akan membahayakan semua," Keputusan Pak Kuswan sudah bulat.Pak Kuswan merasa, Ardi dan Najwa adalah saksi kunci dari kematian Wulandari dan anaknya. Tapi, dia pun tidak bisa merawat Ardi seperti ini, karena akan menimbulkan fitnah.Mak Darmani menyetujui perkataan suaminya, takut jika ada sesuatu yang terjadi. Maka, Mak Darmani memberikan obat balur untuk luka yang sedang di derita oleh Ardi, seelum diantar pulang.Langkah Ardi terseok-seok, ketika dipapah oleh Pak Kuswan menuju rumahnya. Pak Kuswan meminta Ardi duduk sejenak, ketika sampai di depan rumahnya untuk mengetuk pintu dan memanggil Mak Rominah. Cukup lama menunggu, Mak Romina

  • Kematian Wulandari   Part 40

    Mak Darmani diam dan ikut melantunkan doa, dia tahu, jika itu bukan ular biasa. Ada mahkota kecil dikepalanya jika memperhatikan dengan seksama. Pak Kuswan saja tidak melihatnya, karena terlalu sibuk memikirkan ada apa dengan semua yang terjadi dan apa hubungannya dengan keluarganya. Dia tidak tahu, saat ini sedang dilindungi oleh ular jelmaan yang pernah ditolong oleh Mak Darmani di masa lalu. Suara kikikan bercampur ratapan terdengar menyayat hati, Pak Kuswan dan Mak darmani saling memandang tau suara apa itu. Ular yang tadinya melata mendekat, kemudian membuka mulutnya lear-lebar dan terlihat sesuatu yang aneh. "Ardi!" pekik Mak Darmani. Perlahan, tubuh Ardi keluar dari mulut ular itu. Tidak ada gerakan, seperti mayat. Mak Darmani tidak berani mendekat, dia diam pada posisinya. begitupula Pak Kuswan. Mereka tidak menyangka, jika ular itu akan memuntahkan tubuh Ardi yang telah dilahapnya beberapa jam tadi. "Wulan," suara lirih terdengar dari

  • Kematian Wulandari   part 39

    Mak Darmani tidak kunjung datan, meskipun Pak Kuswan sudah selesai berzikir. Pak Kuswan memanggil istrinya untuk kedua kalinya, tapi tidak ada sahutan dari luar kamar. Tidak lama, Al-quran disodorkan pada Pak Kuswan oleh Mak Darmani yang tidak mengucapkan satu patah kata pun yang terlontar. Pak Kuswan dengan khusyuk membaca kitabullah, perlahan hingga larut malam. Bulu kuduknya terus meremang dan makin membuatnya tidak nyaman. Setelah menyelesaikan dua surah, Pak Kuswan menutup Al-quran dan membereskan tempatnya salat. 'Wes turu, to!' gumam Pak Kuswan ketika melihat anak dan istrinya terlelap. Namun, hal itu malah membuat Pak Kuswan curiga, kemudian dia melihat ular yang ada di kamar Najwa. Takut jika menghilang dan mengganggu orang lain, bahkan memakannya seperti yang dilakukan terhadap Ardi. 'Opo sing mesti tak lakuke sakiki! Soyo sui, soyo merajalela!' gumam Pak Kuswan. 'Apa yang harus dilakukan sekarang! Semakin lama, semakin merajalela!'

  • Kematian Wulandari   Part 38

    Pak Kuswan bergegas masuk ke dalam rumah dan melihat apa yan terjadi. Belum hilang rasa keterkejutannya melihat Ardi dilahap oleh ular, kini dia melihat ular itu melingkar di atas tempat tidur anaknya."Kapan ulone nang kono!" tanya Pak Kuswan."Kapan ularnya ada di sana?""Bapak mekik nyeluk Ardi, aku arep metu ndelok. Negelewati kamar Najwa lah kok ono ulo sak gede ngono!" tutur Mak Darmani."Bapak teriak manggil ardi, aku mau keluar untuk melihat. Melewati kamar Najwa, lah kok ada ular sebesar itu!"Pak Kuswan mengambil aram dan segelas air, lalu dibacakan surah-surah al-quran. Kemudian di siramkan ke tubuh ular namun, binatang melata itu hanya mengeliat kemudia melingkarkan tuuhnya lagi."Ulo kui, bar mangan Ardi. Dadi de

  • Kematian Wulandari   Part 37

    Pak Kuswan seprtinya ketakutan, apalagi baru saja Pak Irwanto mengancamnya dengan halus. Ardi memperhatikan gelagat aneh itu dan dia hanya mengatakan jika dirinya sering mendapatkan ancaman dari orang yang tidak diketahui, untuk menutup mulutnya. ardi sempat ingin mencari tahu kenapa Wulandari memutuskan untuk bunuh diri.Suara tawa dan tangisan menyatu, membuat orang yang mendengarnya bergidik. Ditambah dengan hawa dingin yang menusuk dan suasana yang terasa mencekam."Sebaiknya, kamu simpan pemikiranmu untuk saat ini! Karena tidak akan berbuah baik untukmu dan keluargamu!" pesan Pak Kuswan.Ardi tahu, jika Pak Kuswan sedang menyembunyikan sesuatu. Akan tetapi, dia tidak berani bertanya. Ardi berpikiran jika Pak Kuswan sedang merasa terancam seperti dirinya kemarin, terlebih Ardi menyadari jika Najwa tidak ada di klinik. Dia menyambangi klinik setelah kejadian yang dilakukan oleh Pak Kuswan, dan benar saja perkiraan ardi. Najwa tidak ada di klinik itu dan suasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status