Share

BAB 4: Kecewa

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-01 15:45:35

“Orang-orang gila itu masih mengikutimu?” Tanya Willis begitu Olivia muncul dan duduk di hadapannya.

Samar Olivia tersenyum, “Aku akan mengatasinya secepat mungkin. Sekarang kau harus menjadi penerima beberapa senjata yang aku kirimkankan ke sini, mungkin dalam tiga hari lagi akan segera datang.”

“Itu tugas terakhirku kan?”

“Benar.”

“Kuharap kau mulai betah tinggal di sini, tokoku berjarak satu kilometer dari sini, datanglah jika ingin,” ucap Willis seraya beranjak dan tersenyum dengan tenang.

“Willis,” panggil Olivia menahan sejenak langkah Willis. Wajah Olivia terangkat, berpandangan dengan Willis. Olivia berkata, “Leary masih sangat kecil, dia pasti akan sedih jika kini harus tinggal di desa seperti ini. Kuharap kau tidak keberatan,  jika aku mengatakan kepada Leary kalau kau saudaraku dan kau bibinya Leary.”

Willis bersedekap, terdiam sejenak menimang-nimang keputusan apa yang harus dia ambil. “Baiklah, panggil saja aku bibi Willis,” jawab Willis.

“Terima kasih sudah membantuku.”

“Aku membantumu karena aku berhutang budi padamu, sampai jumpa,” jawab Willis lagi sebelum memutuskan pergi keluar dari kediaman Olivia.

Willis, dia dan Olivia pernah bertemu ketika mereka berada di Praha,  Belanda. Willis adalah seorang wanita penghibur yang di ambil dari negara konflik perang, bisa dikatakan dia seperti seorang budak penghibur orang-orang kaya untuk menemani mereka berpesta dan berjudi.

Willis yang tidak bisa keluar dari lingkaran dunia gelap itu dibuat putus asa, apalagi ketika dia terlilit hutang karena kegilaan orang tuanya yang serakah.

Olivia yang pada saat itu bertugas untuk membunuh seseorang, mendapatkan informasi akurat dari Willis yang kebetulan memiliki hutang besar pada orang yang tengah diincar Olivia.

Bisa dikatakan mereka saling memanfaatkan untuk sebuah keuntungan.

Sejak saat itu, Willis dan Olivia saling mengenal. Mereka tidaklah dekat dan hanya sebatas saling kenal, Willis sendiri bukanlah wanita yang baik, namun dia dapat dipercaya.

Suara hembusan napas berat terdengar dari mulut Olivia. Olivia mengedarkan pandangannya, melihat keadaan rumah yang serba sederhana dan jauh dari kata nyaman meski suasananya tenang.

Olivia khawatir, Leary akan banyak menangis karena tempat tinggalnya yang baru jauh berbeda dengan keadaan apartement mereka sebelumnya. Olivia harus mulai mengajari Leary berbagai hal karena kini dia masih harus sering meninggalkan Leary untuk menghabisi orang-orang yang selama ini mengganggu kehidupannya.

***

Suasana gelap dan  sunyi di sekitar rumah membuat Leary beberapa kali melihat keluar jendela. Berharap ada satu dua kendaraan yang lewat, namun anehnya sejak tadi tidak terlihat.

Keadaan di luar cukup hening dan sangat gelap, sementara di dalam rumah, cahaya lampu yang kekuningan terlihat tidak begitu jelas menerangi setiap sudut ruangan yang kecil.

Leary pikir, Inggris jauh lebih baik dari apartementnya, ternyata tidak.

Leary termenung tidak dapat menutupi kesedihannya karena kecewa karena tempat ini jelas tidak cocok untuknya.

Rumah yang Leary tempati sekarang terlihat jelek, jauh berbeda dari apartementnya. Tidak ada televisi, tidak ada taman bermain yang bisa dia kunjungi dikala Olivia sibuk pergi bekerja.

Mata Leary berkaca-kaca terlihat ingin menangis, anak itu melompat turun dari ranjang dan berlari ke dapur melihat Olivia yang berdiri dengan tongkatnya tengah memasak.

“Ibu, kapan kita pulang?” Tanya Leary menyiratkan rasa tidak sukanya dengan tempat barunya. Belum sehari penuh mereka tinggal, Leary sudah ingin pulang.

Olivia berhenti dengan kesibukannya yang tengah memasak, wanita itu memperhatikan kesedihan di mata Leary yang terlihat tidak nyaman. Leary bukanlah anak yang suka merengek dan manja, namun jika dia bisa sampai bertanya seperti ini, itu artinya Leary memang benar-benar tidak suka.

“Kita belum sehari penuh berada di sini, kenapa kau ingin kembali pulang?”

“Aku tidak suka tempat di sini,” jawab Leary dengan jujur. “Aku ingin kembali pulang, besok bisa kan?”

 “Setelah urusan ibu di sini selesai, kita akan pulang.”

“Apa pekerjaan Ibu akan lama?”

“Ibu akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin.”

Leary merangkak ke kursi dan menopang dagunya, melihat kembali keluar jendela. Tidak hanya di luar saja yang gelap, lampu-lampu yang ada di rumahnya juga tidak begitu terang. “Kenapa di sini sangat gelap? Bagaimana jika ada hantu?”

Olivia tertawa pelan. “Ibu akan memperbaiki semua lampunya besok.”

“Bagaimana jika malam ini hantu dan monsternya datang? Aku kan takut.”

“Ibu kan sudah bilang kepadamu, pekerjaan ibu adalah membasmi hantu dan monster, jadi jangan takut apapun karena mereka sudah tidak ada. Hal yang paling harus kau waspadai adalah orang asing.”

“Aku paham Bu,” jawab Leary sambil menguap.

Olivia menyelesaikan masakannya lebih cepat dan menghidangkannya di meja.

Leary yang sempat sedih mulai tersenyum lebar mengambil sendok dan makan dengan lahap, keterbiasaannya dengan pindah-pindah tempat asing membuat Leary mudah melupakan kekecewaannya.

Suara ketukan di pintu terdengar ketika Leary dan Olivia baru selesai makan.

Olivia dan Leary saling melihat begitu suara ketukan di pintu kembali terdengar. Olivia tahu betul, jika yang datang adalah temannya, ketukan di pintu akan menggunakan pola, namun kini yang terdengar cukup berbeda.

“Ibu,” bisik Leary memanggil.

Olivia segera berdiri dan memasukan piring makanannya ke laci. “Bersembunyilah,” pinta Olivia pelan.

Tanpa perlu arahan lebih jauh, Leary melompat turun dan berlari pergi masuk ke dalam sebuah lemari kecil di dapur, bergabung dengan tumpukan buku usang yang berdebu.

Dari sikap Leary yang sigap dan tidak banyak bertanya, bisa dipastikan bahwa anak itu sudah menghadapi situasi yang seperti ini bukan untuk pertama kalinya.

Olivia berjalan keluar dengan tongkatnya, sorot matanya yang tajam melihat ke sekitar, memperhatian satu sampai dua jendela yang terlewati untuk memastikan tidak ada orang yang mengepungnya.

Olivia menarik sebuah belati di balik pot bunga imitasi dan meletakannya di bawah pegangan tongkatnya, dalam beberapa langkah kecilnya, tangan Olivia kembali menjangkau belati lain yang disimpan di bawah tumpukan buku, lalu menyimpannya di belakang tubuhnya.

Suara ketukan di pintu kembali terdengar, Olivia memutar kunci di pintu dan membukanya.

Ketengan Olivia berubah begitu dia melihat siapa tamunya yang datang.

“Lama tidak bertemu,” sapa seorang wanita cantik berambut merah dengan senyuman manisnya. Di belakang terdapat tiga pria berpakaian serba hitam mengawalnya.

To Be Continued..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembali bersama Putri yang Kau Buang   SELESAI

    Langit terlihat memerah, dalam waktu beberapa menit lagi akan benar-benar tenggelam. Leary duduk di rerumputan melihat banyaknya daun semanggi yang tumbuh subur.Gadis kecil itu terlihat merenung teringat Petri yang pernah dia beri daun semanggi.Petri, entah mengapa Leary ingin lebih dekat dengannya dan terus memikirkannya. Leary gelisah melihat Petri yang terlihat bersedih.“Apa yang kau lakukan di sini? Masuklah,” titah Chaning yang datang menyusul, sekilas pria itu melihat jauh keberadaan Ferez yang masih menunggangi kudanya di pacuan.Wajah Leary terangkat, menatap lekat Chaning yang kini disinari sinar matahari sore. Pria itu terlihat kuat, indah dan hangat, sehangat matahari sore.Leary tidak bersuara, namun anak itu terus menatap Chaning dalam diam, Leary bergumul dalam pikirannya mencoba untuk merangkai sesuatu untuk diungkapkan.“Kenapa?” tanya Chaning yang menyadari sesuatu.Leary segera berdiri. “Paman, apa boleh saya berteman baik dengan Petri?” tanya Leary terdengar seper

  • Kembali bersama Putri yang Kau Buang   Ekstra Part 6

    Ferez berjalan sendirian keluar dari kantin sekolah, beberapa saat yang lalu dia sempat pergi ke kelas Leary untuk memastikan keadaannya karena ingin tahu keadaannya. Ferez tidak menemukan keberadaannya, dia sempat berpikir Leary pergi ke kantin sekolah, namun ternyata Leary juga tidak ada.Cukup jauh Ferez melangkah akhirnya dia sampai di taman sekolah, tidak membutuhkan waktu lama untuknya mencari Leary karena kini perhatiannya langsung tertuju pada gadis kecil itu yang kini tersenyum melambaikan tangannya pada Petri yang beranjak pergi meninggalkannya.Ferez juga melihat Duke yang kini tengah berdiri di bawah pohon, Ferez tidak habis pikir dengan keputusan ayahnya yang mengirim Duke dibandingkan pengawal lainnya. Padahal Duke memiliki fisik yang mencolok dibandingkan dengan Romero.Tanpa pikir panjang Ferez segera pergi menghampiri Leary.“Ferez,” sapa Leary dengan senyuman lebar terlihat senang.“Bagaimana kelas pertamamu?” tanya Ferez seraya duduk, namun tatapannya yang tajam it

  • Kembali bersama Putri yang Kau Buang   Ekstra Part 5

    “Apa boleh saya duduk di sini?” tanya Leary memberanikan diri.Sekali lagi Petri menarik napasnya dalam-dalam, dan berkata, “Duduklah.”Leary memutuskan untuk duduk di samping Petri, sementara Duke berdiri menunggu di bawah pohon sambil berbicara dengan seorang anak laki-laki yang meminta tolong kepadanya karena bolanya menyangkut di dahan pohon.Leary dan Petri duduk berdampingan, keduanya terlihat terjebak dalam kecanggungan meski hatinya saling memiliki rasa penasaran dan bertanya-tanya ingin tahu kabar masing-masing.Petri melirik Leary yang kini membuka bekal makanannya di atas pangkuannya. “Kau mulai sekolah hari ini?”Leary mengangguk dengan senyuman.“Bagaimana perasaanmu?” tanya Petri lagi.“Luar biasa, saya sangat senang.”Petri ikut tersenyum meski jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa sedikit iri karena tidak bisa pergi bersama ke sekolah dengan adiknya, malahan kini mereka berdua tampak seperti dua orang asing yang sedang mengobrol.Leary mengambil roti isi yang dibuat o

  • Kembali bersama Putri yang Kau Buang   Ekstra Part 4

    Noah menopang dagunya memperhatikan gurunya tengah berbicara di depan, perhatiannya sempat teralihkan pada Petri yang tengah membaca buku. Sejak kejadian hari itu, Petri menjadi jarang sekolah, dia harus menanggung banyak tanggung jawab dan lebih mementingkan untuk belajar khusus bisnis dibandingkan dengan sekolah umum untuk anak-anak seusianya.Keadaan Darrel tidak kunjung membaik dan dia terus mendapatkan perhatian khusus, bisa dikatakan mungkin kini keadaan jauh lebih buruk. Beruntung Adelle sering datang membantu Petri dikala dia kesulitan. Kini kediaman keluarga McCwin sudah kosong tidak berpenghuni, Petri lebih memilih tinggal bersama Andrew yang sampai saat ini masih setia kepadanya meski sudah mengundurkan diri.Karena kejadian di hari itu, Petri sempat tidak sekolah selama satu bulan, dia harus mendapatkan banyak bimbingan agar bisa melewati masa traumanya.Kini, Petri yang cerdas dan selalu kompetitif dalam belajar sudah berubah, dia lebih banyak diam dan menyendiri, menja

  • Kembali bersama Putri yang Kau Buang   Esktra Part 3

    Chaning dan Liebert duduk dalam ketegangan, kehadiran kedua pria itu membuat seseorang guru yang mengurus administrasi pendaftaran sekolah sempat dibuat diam dan tersenyum canggung.Hari kemarin seseorang bertubuh tinggi besar dangan wajah bertato yang datang memberikan semua berkas keperluan, dan kini yang datang menjadi wali adalah dua pria bertubuh besar.Chaning dan Liebert berpenampilan rapi, namun aura mematikan mereka tetap saja tidak bisa dihindarkan. Terlebih, sebelumnya Russel pernah bertemu dengan Chaning yang pernah mendaftarkan Ferez.Nama Benvolio sangat begitu jarang digunakan, dan nama itu dikenal sebagai nama klan besar keluarga mafia.“Kita pernah bertemu sebelumnya, Anda orang tuanya Ferez?” ucap Russel berbasa-basi, padahal sebelumnya dia sudah dihubungi secara khusus oleh petinggi sekolah bahwa akan ada tamu penting yang akan medaftar anaknya sekolah.Chaning mengangguk samar.Russel berdeham pelan sambil menyeka keringat dingin di keningnya. “Jadi, anak atas nama

  • Kembali bersama Putri yang Kau Buang   Ekstra Part 2

    “Aku paman kandungnya, aku akan menjadi walinya,” Liebert angkat bicara ditengah-tengah sarapan pagi yang akan dimulai.Pagi ini Chaning dan Liebert tengah berdiskusi mengenai sekolah pertama Leary, nampaknya diskusi itu sedikit terganggu karena Chaning dan Liebert sama-sama ingin menjadi wali Leary.Chaning menengok seketika, pria itu mendorong piring makanan untuk Ferez. “Apa kau sudah lupa? Sekarang aku menjadi ayah angkatnya secara sah, secara garis besar aku lebih berhak menjadi walinya.”Kening Liebert mengerut samar, pria itu tampak tidak setuju dengan apa yang telah Chaning katakan kepadanya. “Ayah angkat di atas kertas, Leary masih memanggilmu paman.”“Memangnya kenapa? Saat kecil, Ferez juga memanggilku Chaning dibandingkan dengan sebutan ayah. Lagi pula, Leary lebih dekat denganku.”Liebert tersenyum miring, pria langsung bersedekap sombong. “Oh ya? Jika kalian sangat dekat, apa kau tahu keahilannya?”“Apa maksudmu? Aku lebih tahu tentang dia dibandingkan denganmu,” debat C

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status