Share

Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi
Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi
Penulis: RibyNabe

Bab 1. Kembali Ke Masa Lalu

"Apa kau mengerti dengan apa yang kukatakan, Leticia? Kau tidak memiliki pilihan selain menikah dengan Tuan Castellano atau hidup ayahmu akan berakhir!"

Rasa sakit menjalari rahangnya yang berada dalam cengkraman kuat seseorang. Kuku-kuku panjang miliknya yang menyentuh pipi gadis cantik itu terasa seakan menusuk kulit mulusnya. Namun, tidak sedikitpun gadis bernama Leticia ini menunjukkan ekspresi kesakitan. Alih-alih meringis, Leticia menatap wanita berlipstik merah merona tersebut dengan tatapan terkejut.

'Gabriella?' ucapnya dalam batin, setengah tidak percaya pada apa yang kini dilihatnya.

Wanita bernama Gabriella itu melepaskan cengkramannya pada rahang Leticia dengan kasar, membuat wajahnya menoleh ke samping. Leticia merenung dan memikirkan semua kejadian ini. Belum lama, tetapi suara Gabriella kembali terdengar.

"Kau dan dia hanya akan menikah secara hukum, jadi tidak ada pengucapan sumpah di altar." Kalimat yang diucapkan oleh Gabriella sama persis seperti yang ada di ingatannya.

Leticia semakin terkejut dan kembali menatap sang ibu tiri. Tatapannya mengundang netra Gabriella untuk kembali mengalihkan atensi padanya. Dahi Gabriella berkerut tidak suka, melihat anak tirinya ini yang bengong dan tampak tidak mendengarkan ucapannya.

"Apa kau mendengarkanku, Leticia?!" bentaknya keras.

"I-ibu?" Tanpa sadar Leticia memanggil ibu tirinya dengan gumaman kecil nyaris berbisik.

Plak!

"Haruskah aku memukulmu untuk mengajarimu lagi?" desis Gabriella dengan nada dingin.

Sorot mata Gabriella menyalang tajam pada Leticia. Tangannya kembali terangkat seakan hendak menamparnya kembali, tetapi ia mengurungkan niatnya, dan menghela napas dalam. Gabriella berusaha menetralkan emosinya yang sempat naik pitam, mendengar panggilan ibu dari orang yang bukan darah dagingnya.

"Perbaiki make up-nya sampai bekas kemerahan itu tertutupi," perintah Gabriella pada dua orang perias yang juga berada di ruang tunggu pengantin wanita. Sebelum akhirnya ia keluar menutup pintu dengan kencang.

Dua perias tersebut yang semula berdiam kaku di dekat cermin tanpa berani mengintervensi, segera bergegas mendekat pada Leticia. Mereka melakukan tugasnya dengan baik tanpa banyak berbicara.

Sementara Leticia masih terpaku diam menatap lurus ke depan dengan segala keterkejutan yang masih melekat. Kejadian terakhir kali dalam hidupnya bukanlah di tempat ini. Ia sangat yakin jika dirinya telah mati dalam kecelakaan mobil malam itu. Lantas, kenapa ia sekarang berada pada waktu akan menikah lagi dengan suaminya?

'Apa ini semacam mimpi atau kilas balik kehidupan sebelum menuju akhirat?' tanya Leticia yang lagi-lagi dilontarkan pada dirinya sendiri.

Jika ini hanya sebuah mimpi atau kilas balik, rasa sakit bekas tamparan itu tidak akan senyata ini. Orang-orang di sekitarnya, perkataan mereka, dan semua kejadian ini sangat runtut seolah terulang kembali. Jika benar semua ini terulang kembali, apa mungkin di dunia nyata ada kekuatan untuk mengulang waktu?

"Kapan pernikahan akan dilangsungkan? Dan dimana ini?" tanya Leticia pada dua orang yang sibuk di depannya, untuk memastikan.

Mereka yang semula menyerngit bingung, salah satunya tetap menjawab, "Pukul 9 pagi, Nona. Anda akan menikah di gereja ini, Valencia Cathedral."

Benar, menurut ingatannya pun ia menikah pukul 9, di gereja ini yang berada di Kota Valencia. Ia hanya menikah secara hukum, tanpa pengucapan ikrar sumpah pernikahan. Setelah itu ia akan pergi ke mansion milik suaminya di Kota Madrid. Lalu mendekam di sana layaknya seorang tahanan. Kesepian seorang diri, tanpa mengenal dan mengetahui sedikitpun wajah dari pria yang dinikahinya selama satu tahun. Dan kecelakaan yang merenggut nyawanya pun terjadi.

"Anda sudah selesai, mari berdiri untuk merapikan gaunnya." Perkataan perias tersebut menyadarkan Leticia dari lamunan singkatnya. Ia berdiri mengikuti intruksi sambil kembali merenung.

"Emm, permisi," ucap Leticia tiba-tiba secara spontan.

Dua perias tersebut yang sibuk mengatur gaun panjang nan mewah Leticia, mengalihkan atensi mereka padanya. Ia menatap keduanya bergantian dengan keringat dingin yang mulai keluar dari punggungnya.

"A-aku butuh ke toilet sebentar untuk sedikit menenangkan diri." Leticia sangat gugup bahkan hanya untuk sekedar meminta izin pergi ke toilet. "Aku tidak akan lama, a-aku berjanji," lanjutnya kembali meyakinkan.

"15 menit lagi Anda harus keluar," jawab salah satu dari mereka akhirnya membiarkan Leticia, setelah melihat sebentar rekannya.

"Baiklah." Setelah mendapat izin, Leticia bergegas berjalan ke arah pintu kamar mandi di ruangan ini.

Leticia mengunci rapat-rapat pintunya dan memastikan jika pintu tersebut tidak bisa terbuka. Ia menjauh dari pintu dengan langkah gemetar dan menyentuh kepalanya yang tiba-tiba pening. Tubuhnya bersandar pada wastafel yang sengaja ia nyalakan untuk meredam suara.

"Tidak mungkin," gumamnya dengan mata melotot tidak percaya.

"Tidak mungkin, 'kan? Apa ini mimpi atau hanya kilas balik atau ...?" Leticia menggelengkan kepalanya. Perlahan air mata keluar membasahi wajah yang sudah terpoles make up itu. Tangan yang semula memegang kepalanya, berpindah menutupi wajahnya yang menangis.

Setelah beberapa lama, Leticia menoleh ke belakang dan mendapati bayangan dirinya di dalam cermin. Saat itulah Leticia menerima dan menyadari sebuah fakta yang sangat mustahil ini. Sosok yang sangat cantik sekaligus menyedihkan itu adalah dirinya. Dirinya satu tahun lalu sebelum menikah dengan pria dari keluarga kaya raya Castellano. Sekarang Leticia kembali pada waktu ini dan akan mengulang semuanya.

Sekelebat bayangan-bayangan menyedihkan kehidupannya dulu terbesit satu persatu. Semua hari terasa sangat menyakitkan dan sepi. Bahkan ayahnya yang sangat diharapkan oleh Leticia, mendorongnya ke dalam neraka pernikahan ini.

"Tidak, aku tidak mau hidup seperti itu dan mati muda lagi." Leticia berusaha menghentikan tangisnya dan sekali lagi melihat ke arah cermin. Wajahnya sudah kacau berantakan, seperti kehidupannya yang akan terjadi jika dirinya tetap mengikuti skenario takdir di masa lalu. "Aku harus melarikan diri dari sini."

Leticia melepaskan gaun berbahan brokat yang panjang tersebut, menyisakan dalaman gaunnya yang tipis. Ia lalu melepas sepatunya dan meneliti sekitar ruang kecil ini.

"Nona!" Gendoran pintu dari luar menyentak Leticia.

Gadis itu menoleh sebentar pada pintu, tanpa berniat menjawab mereka. Lalu tatapannya beralih pada sebuah jendela kecil di atas toilet. Ia naik ke atas toilet dan berusaha memanjat ke atas.

"Ada apa ini? Dimana Leticia?" Tiba-tiba suara Gabriella di luar kamar mandi membuat Leticia semakin gelisah.

"Nona sedang di kamar mandi, Nyonya." Suara perias tadi terdengar menjawab.

"Apa?! Apa kalian bodoh membiarkannya kabur?!" Suara bentakan Gabriella terdengar memarahi mereka berdua. Lalu gedoran pintu kamar mandi menyusul terdengar.

Leticia semakin panik dan berusaha melompat-lompat ke arah jendela. Ia mulai mendengar Gabriella memanggil para pengawalnya dan mereka pasti akan mendobrak pintu. Sebelum para bodyguard itu datang dan mendobrak pintu, gadis itu telah berhasil memanjat, dan tanpa pikir panjang melompat turun ke bawah.

Bertepatan dengan itu, para bodyguard yang dipanggil Gabriella telah berhasil mendobrak pintu kamar mandi. Tentu saja yang mereka lihat hanyalah gaun pengantin mewah bersama sepatu mahalnya. Sementara Leticia telah melarikan diri melalui jendela di atas toilet.

Dua perias yang juga melihat hal tersebut mulai gemetar ketakutan. Sebab merekalah yang mengizinkan Leticia dan menjadi penyebab utama dia kabur.

"Tolong ampuni kami, Nyonya!" seru mereka serempak berlutut di bawah kaki Gabriella. Meminta belas kasih pengampunannya dengan isak tangis.

"Dasar jalang tidak berguna!" teriak Gabriella dipenuhi amarah sambil menendang mereka berdua.

"Cepat cari gadis itu dan bawa dia kembali!" perintahnya kemudian pada dua bodyguard tersebut yang telah menunggu perintah sang majikan.

"Baik, Nyonya."

***

Sementara itu, Leticia yang telah keluar dari ruang pengantin melalui toilet, tidak memiliki situasi yang lebih baik. Jendela itu cukup tinggi sehingga kakinya bengkak karena terkilir saat melompat turun. Ia tidak bisa diam dan beristirahat karena dirinya masih ada di dalam gereja. Bodyguard Gabriella pasti sudah mengejarnya.

"Ahh ..." ringisnya pelan sambil menahan sakit pada kaki yang terus ia paksakan berlari.

Air mata kesakitan sekaligus rasa putus asa telah membasahi wajahnya. Ia telah berlari entah kemana dan ada dimana dirinya sekarang. Rasa frustasi mulai menghinggapi kala pintu keluar tak kunjung ditemukan.

"Nona Ramona, berhenti!" Suara itu membuat Leticia menoleh ke belakang.

Tampak dua pria bertubuh besar itu berlari ke arahnya dari ujung lorong. Leticia melotot terkejut dan kembali memaksakan diri mempercepat langkahnya. Jantungnya berdegup kencang, berharap akan sebuah keajaiban lain yang bisa menolongnya. Mustahil bisa menghindari mereka bahkan dalam keadaan normal sekalipun.

Bruk!

"Aww ..." Leticia kembali meringis saat tubuhnya menabrak sesuatu yang keras hingga ia terjatuh.

Ia memegangi kakinya yang berdenyut kesakitan. Pandangannya lantas tertuju pada sepasang sepatu di hadapannya. Sebelum Leticia mendongak, sebuah tangan lebih dulu terulur ke arahnya.

"Kau baik-baik saja, Nona?" tanya suara tersebut.

Saat itulah Leticia mendongak dan melihat sepasang netra obsidian gelap sekelam malam dari wajah tampan di hadapannya. Untuk beberapa detik tatapan Leticia seakan terkunci di dalam netra obsidian tersebut.

-

-

-

To be continued

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rai Seika
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status