Share

Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal
Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal
Author: Henny Djayadi

1. Benih yang Terbuang

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-08-21 14:00:33

“Kau tahu, kecerdasan itu diturunkan dari ibunya?”

Lila mengangguk mengiyakan ucapan Sekar, ibu mertuanya.

“Itu sebabnya mama memilihmu untuk menjadi istri Sean, untuk melahirkan keturunan-keturunan yang cerdas bagi keluarga Wismoyojati.”

Dahulu Lila adalah salah satu mahasiswa pintar yang mendapatkan beasiswa dari perusahaan Wismoyojati. Saat magang di perusahaan itu, Lila menunjukkan kinerja yang sangat baik, hingga membuat Sekar begitu tertarik kepada dirinya. Bahkan untuk bisa mendapatkan dirinya saat itu, Sekar membanjiri keluarga Lila dengan begitu banyak hadiah, agar Lila bersedia menikah dengan Sean, putra tunggalnya.

“Tapi setelah mama pikir-pikir, setelah dua tahun pernikahan kalian, apa gunanya memiliki menantu yang cerdas kalau ternyata mandul?”

Lila menunduk menyembunyikan kegetiran hatinya. Setelah dilambungkan setinggi langit, lalu dijatuhkan hingga hancur berantakan.

“Sean adalah pewaris tunggal di keluarga Wismoyojati, apa jadinya jika dia tidak memiliki keturunan?” tanya Sekar dengan tatap mata yang tajam. “Keluarga ini butuh penerus, bukan hanya untuk meneruskan trah Wismoyojati, tetapi juga untuk melanjutkan kepemimpinan di perusahaan. Jika kamu tidak bisa memberi keturunan maka pilihanmu hanya dua, cerai atau poligami.”

Berulang kali Lila menghela napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan hatinya, menata hatinya yang hancur dan berdarah-darah. Lila hanya bisa diam tidak tahu harus memberi tanggapan apa lagi terhadap ucapan ibu mertuanya.

Keheningan merambat membuat suasana terasa sangat mencekam. Hingga suara langkah kaki mengalihkan perhatian pasangan mertua dan menantu tersebut.

“Maaf, saya terlambat,” ucap Sean sambil menghampiri Lila, kecupan singkat dia labuhkan ke kening istrinya. “Meetingnya baru selesai.” Sean mengambil posisi duduk tepat di samping Lila, menunjukkan keharmonisan rumah tangganya di hadapan Sekar.

“Kalian berdua sibuk kerja, terus kapan mau beri mama cucu?” tanya Sekar dengan nada kesal. Bukan hanya karena banyak temannya yang sudah memiliki cucu, tetapi ada kebutuhan yang mendesak yang berhubungan dengan keberlanjutan perusahaan keluarga Wismoyojati.

“Lagi on process, Ma,” sahut Sean sambil mengalihkan pandangan ke arah Lila yang menundukkan kepala, lalu dia meraih tangan Lila dan menggenggamnya dengan erat. Bukan untuk berbagi beban, tetapi untuk menyempurnakan sandiwara.

“Prosas-proses, dari dulu proses terus nggak jadi-jadi. Kalau memang ladangnya tidak subur, mungkin bisa mencoba cari ladang lain.”

Sean tersenyum tipis mendengar kalimat kiasan dari sang mama, sementara Lila tetap diam, merasa tidak berguna.

Sekar bangkit dari duduknya lalu. “Sudah waktunya makan siang,” ucap Sekar sambil melangkah menuju ke ruang makan.

Lila dan Sean mengikuti di belakang. Mereka menikmati makan siang dalam suasana yang hening. Lila tampak tidak berselera dengan hidangan di depan matanya. Ucapan Sekar sampai saat ini masih terngiang di benaknya, menyita konsentrasi dan fokus berpikirnya.

Setelah selesai makan siang bersama, Lila dan Sean harus kembali ke kantor masing-masing. Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Sean, mengisi waktu dengan obrolan ringan.

“Tadi ngobrol apa saja sama mama?” tanya Sean dengan nada dingin dan datar.

“Biasa,” jawab singkat Lila, terlihat enggan untuk membahasnya.

“Masalah cucu lagi?” Sikap diam Lila diartikan ‘ya’ oleh Sean. “Kamu ngomong apa?” tanya Sean Lagi.

Lila menggelengkan kepala. “Tidak ada, aku hanya mendengarkan saja.”

Sean melirik Lila dan berkata dengan tenang. “Dulu mama memiilih kamu karena kepintaranmu.”

Lila mengalihkan pandangan ke samping, melihat bahu jalanan sambil menyeka air matanya. Pujian Sean justru terdengar layaknya hinaan.

Lila sadar, keberadaannya di keluarga Wismoyojati karena Sekar yang menginginkan dirinya sebagai menantu, bukan Sean yang ingin memperistri dirinya. Sampai dua tahun usia pernikahan, hubungan mereka tetap kaku tidak ada kemajuan berarti, terlihat hangat dan romantis hanya di depan Sekar dan publik saja.

Terdengar suara dering ponsel Sean. Mata Lila sempat menangkap nama Bella tertulis di layar ponsel Sean. Lila tahu, Bella adalah sekretaris Sean, sosok wanita yang lebih banyak membersamai Sean daripada dia, istrinya.

“OK, aku jemput kamu,” ucap Sean saat berbicara melalui ponselnya, tanpa mempedulikan perasaan Lila.

Sean segera meletakkan ponsel ke tempat semula. Pandangannya langsung teralihkan ke Lila yang duduk di sampingnya.

“Setelah ini aku ada meeting dengan klien, jadi tidak bisa mengantarmu kembali ke kantor.”

Lila hanya mengangguk lemah, dia hanya bisa menerima semua perbuatan Sean. “Aku bisa pesan taksi.”

Tidak ada gunanya bersikap manja di hadapan Sean, karena tidak akan berhasil menarik perhatiannya sama sekali. Seputus asa itu Lila menghadapi Sean dan menjalani pernikahan ini.

Sean menghentikan mobilnya di depan sebuah restaurant mewah. Tampak di sana Bella sudah menunggu, sekretaris cantik dan seksi yang selalu menemani suaminya. Tanpa banyak bicara dan pamitan, Lila segera keluar dari mobilnya.

“Selamat siang, Bu Lila,” sapa Bella dengan ramah.

“Siang,” balas Lila dengan seulas senyum di bibirnya.

Bella pun segera memasuki mobil mewah milik Sean, dan duduk di posisi yang sebelumnya diduduki oleh Lila, di samping Sean.

Cemburu, marah? Lila hanya bisa menebalkan hatinya, sudah biasa dia merasakan pengabaian dari Sean. Rasa putus asa mulai menyergap dalam hati, mungkin mengakhiri pernikahan ini adalah jalan terbaik untuk masa depannya, untuk kebahagiaannya.

***

Malam merangkak semakin larut. Sebelum tidur Lila memeriksa beberapa email yang masuk, sebagai persiapan esok hari.

Suara pintu kamar yang ketuk mengalihkan perhatian Lila. Sudah pasti itu Sean, karena mereka tinggal berdua di apartemen, terpisah dari Sekar.

Lila terkejut melihat Sean berdiri di depan pintu dengan penampilan yang berantakan dan sorot mata yang tajam. Tampaknya dia baru saja menjalani hari yang berat.

“Aku pusing.”

Lila meneguk ludah dengan kasar, sudah tahu dan hafal apa yang diinginkan suaminya jika sudah berbicara seperti itu. Lila membuka pintu lebih lebar, memberi jalan kepada Sean untuk memasuki kamarnya.

Setelah Sean sudah masuk, dengan perlahan Lila menutup pintu. Dia ingin menenangkan dirinya barang sejenak, sebelum menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

Sean membuang jasnya sembarang, lalu pandangan kembali tertuju kepada Lila. Tidak sabar, Sean segera menghampiri istrinya.

“Lamban!” Sean mendorong pintu dengan kedua lengan yang mengungkung tubuh Lila.

Semilir hangat hembusan napas menyapa leher Lila, membuatnya mendesah gelisah diambang kepasrahan. Suara yang tidak sengaja lolos dari bibir Lila layaknya bensin yang membakar gairah Sean.

Sean membalik tubuh Lila. Kini mereka dalam posisi saling berhadapan, hingga membuat Sean dengan mudah meraup rakus bibir ranum Lila. Sungguh tidak sabar, Sean segera mengangkat tubuh Lila menuju ke peraduan mereka.

Seperti biasa, Sean bukanlah pria yang egois di atas ranjang, dia akan memberi kesempatan kepada Lila untuk mencari kepuasannya sendiri, dengan bergerak liar di atas tubuhnya. Hingga saat Sean merasa harus kembali mengambil alih kendali, dia mengubah posisi membuat Lila berada dibawahnya.

Suara desah dan erangan bersahutan, peluh pun bercucuran. Perburuan kenikmatan itu telah hampir mencapai puncaknya.

Kembali Lila harus menelan kekecewaan. Saat pekik kenikmatan itu tidak tertahan lagi, ternyata harus dibarengi dengan lelehan air mata, kala Lila merasakan cairan kental menumbuk dagunya.

Jika pada saat awal pernikahan, Lila bisa menerima sikap Sean sebagai upaya untuk menunda memiliki momongan, tentu tidak dengan sekarang. Setelah dua tahun pernikahan, Sean tetap sama.

Setiap kali melakukan hubungan suami istri, Sean selalu menggunakan pengaman. Jika dia sampai lupa, maka Sean akan membuangnya di luar seperti yang baru saja dia lakukan.

Lila merasa betapa tidak berharga tubuhnya. Sean tidak pernah memperlakukan dirinya selayaknya seorang istri, tetapi hanya sebagai pelampiasan hasrat biologisnya saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nur Elly
Suami egois,lebih baik pisah saja.
goodnovel comment avatar
Khiki Herawati bukamo
cerita sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status