Home / Romansa / Kembalinya Hasrat Sang CEO / Dukungan Di Tengah Badai

Share

Dukungan Di Tengah Badai

Author: Planet Zamzan
last update Last Updated: 2025-06-12 21:53:39

Damar mencoba menahan Wilona, tapi wanita itu sudah melepaskan amarahnya.

“Dengar, anak kita tidak bersalah! Itu kecelakaan! Kalian tidak bisa begitu saja menyalahkan Zicho!” suara Wilona meninggi, penuh emosi.

Papa korban menatap Wilona dengan mata berkilat. “Tidak bersalah, katamu? Anakmu balapan liar! Dia menabrak anak kami yang sedang menyebrang! Itu pembunuhan!”

Wilona mendengus. “Jangan bicara seolah anak kalian tidak bersalah juga! Siapa suruh dia menyeberang jalan tanpa hati-hati? Kalian hanya mencari kambing hitam!”

Plak!

Tamparan keras dari ibu korban mendarat di pipi Wilona, membuat ruangan itu seketika terdiam.

“Kalian sungguh tidak punya hati!” isak ibu korban, suaranya penuh luka. “Anak kalian masih hidup, tapi anakku sudah mati! Dan sekarang, kau berani mengatakan bahwa ini bukan salah anakmu?”

Wilona terkejut, tangannya menyentuh pipinya yang memerah. Namun, bukannya sadar, ia justru semakin marah.

“Kami bisa menuntut balik atas pencemaran nama baik!” katanya, matanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya Hasrat Sang CEO   Katakan Padaku

    "Kenapa kamu menyelidiki sesuatu yang bukan urusanmu, Rachel?"Suara itu terdengar tajam, menggores ketenangan malam yang seakan menjadi saksi bisu dari apa yang terjadi. Rachel terkesiap, hatinya berdebar hebat. Ia segera menoleh ke arah jendela, tempat bayangan samar terlihat menghilang di balik kegelapan malam. Kegelapan itu seolah menyimpan misteri yang lebih dalam daripada yang dapat ia bayangkan.Dengan cepat, ia menutup laptopnya, menyembunyikan dokumen yang baru saja ia temukan dengan ketakutan yang semakin mencekam. Napasnya memburu, tangannya gemetar saat mencoba menenangkan diri. Ia tidak bisa membiarkan ketakutan ini menguasai dirinya. Sudah beberapa hari ini, ia merasakan ada yang mengawasinya. Namun, malam ini, ancaman itu terasa sangat nyata, seolah-olah bayangan di luar jendela itu adalah sosok yang sedang mencarinya.Ia meraih ponselnya, tangannya bergetar saat menekan nomor Rian. "Rian, aku butuh bantuanmu. Aku merasa ada yang mengawasi."Suara Rian di seberang terde

  • Kembalinya Hasrat Sang CEO   Mengambil Resiko

    "Kamu pikir aku akan membiarkanmu mengambil semuanya dariku begitu saja, Arman?"Suara Richard bergema di ruangan kantor pribadi Damar—dulu miliknya sebelum disingkirkan dari perusahaan. Matanya menatap tajam, penuh kemarahan. Di belakangnya, Wilona berdiri dengan ekspresi tegang, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Ketegangan di udara terasa mencekam, seperti sebelum badai yang siap menerjang.Damar berdiri tegak, tidak sedikit pun gentar. "Aku nggak mengambil apa pun, Richard. Aku cuma mengambil kembali apa yang sudah seharusnya bukan milikmu."Richard tertawa pendek, sarkastik. "Luar biasa. Beraninya kamu bicara seperti itu padaku?"Rachel yang sejak tadi duduk di sudut ruangan akhirnya membuka suara. "Sudah waktunya permainanmu berakhir, Richard. Aku punya semua bukti yang menunjukkan kalau semua kecelakaan, suap, dan penggelapan yang terjadi di perusahaan ini berasal dari kamu."Richard menoleh tajam ke arah Rachel. "Kamu pikir aku nggak tahu? Kamu menyelinap masuk ke perus

  • Kembalinya Hasrat Sang CEO   Ide Yang Baik

    "Lo masih yakin mau lanjutin ini, Rach?"Suara Damar terdengar datar, tapi ada ketegangan di baliknya. Di depannya, Rachel menatapnya tajam, kedua tangannya bertumpu di meja penuh dokumen. Udara di ruangan itu terasa berat, penuh tekanan dari rencana besar yang sedang mereka susun. Mereka berada di dalam ruang rapat yang sempit di kantor Damar, dikelilingi oleh kertas-kertas yang berisi bukti-bukti kecurangan Richard dan Wilona."Damar, ini bukan cuma soal lo atau perusahaan lo," Rachel menjawab tanpa ragu. "Richard udah ngerusak hidup banyak orang. Lo mau gue diem aja?"Damar menghela napas panjang. Dia tahu Rachel keras kepala, tapi kali ini, dia bisa merasakan beban yang lebih besar di bahunya. Rencana ini bukan hanya untuk mereka berdua—ini tentang membongkar kejahatan yang telah dilakukan Richard dan Wilona selama ini."Gue nggak mau lo kebawa lebih jauh, Rach. Ini bukan urusan kecil. Richard bukan orang yang bisa diremehin," nada suara Damar sedikit melunak, tapi sorot matanya t

  • Kembalinya Hasrat Sang CEO   Ingat

    "Kamu pikir bisa lolos begitu saja?"Rachel baru saja keluar dari mobilnya ketika suara dingin itu menyergapnya dari belakang. Refleks, ia menoleh, dan detik berikutnya tubuhnya menegang. Dua pria bertubuh kekar dengan jaket hitam berdiri di hadapannya, tatapan mereka penuh ancaman. Rachel menahan napas. Ia berada di area parkir basement kantornya, tempat yang biasanya ramai, tetapi entah kenapa saat ini terasa begitu sepi. Ketegangan menyeruak, dan dia tahu bahwa ini bukan hanya kebetulan."Aku tidak tahu kalian siapa, tapi sebaiknya kalian—"Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, salah satu pria itu melangkah cepat dan mencengkeram lengannya. "Jangan banyak omong, Nona Andini. Kami hanya menyampaikan pesan."Rachel berusaha menarik tangannya, tapi cengkeraman pria itu terlalu kuat. Saat ini, semua pelatihan bela dirinya terasa sia-sia. "Lepaskan aku!"serunya, mencoba menendang kaki pria itu, tapi yang satu lagi lebih cepat. Dengan kasar, ia mendorong Rachel ke arah dinding bet

  • Kembalinya Hasrat Sang CEO   Kita Harus Bicara

    "Kau pikir aku tidak tahu, Rachel?"Suara Richard terdengar tajam di seberang telepon. Rachel, yang baru saja keluar dari kantor Diamond Construction, berhenti melangkah. Matanya langsung menelisik sekeliling, mencoba menemukan tanda-tanda keberadaan pria itu. Sudah beberapa hari, perasaan terancam menghantuinya. Ancaman yang datang tidak hanya dari kata-kata Richard, tetapi juga dari berbagai kejadian yang mengganggu ketenangannya."Pak Richard?" suaranya terdengar tenang, meski hatinya berdegup kencang. Dia berusaha menyembunyikan rasa takut yang mulai menjalar di seluruh tubuhnya."Tidak usah berpura-pura." Richard tertawa kecil, tetapi nada bicaranya dingin dan penuh makna. "Aku tahu apa yang kau lakukan. Kau pikir bisa bermain di dua sisi?"Rachel menggigit bibirnya. Dia merasa terjebak dalam permainan yang tidak dia pilih. Pesan-pesan anonim dan panggilan dari nomor tak dikenal telah mengganggu hidupnya. Bahkan, seseorang yang misterius meninggalkan bunga di depan apartemennya,

  • Kembalinya Hasrat Sang CEO   Konflik Memanas

    "Kamu pikir kamu bisa menang dariku, Damar?" Suara Wilona terdengar dingin, nyaris berbisik, tapi penuh ancaman. Matanya menatap tajam ke arah Damar yang berdiri tegak di depannya. Di tangannya, sebuah map tebal tergeletak di meja. Bukti yang telah dikumpulkannya selama berbulan-bulan. Damar menarik napas panjang sebelum menjawab, suaranya tenang namun berisi amarah yang tertahan. "Ini bukan tentang menang atau kalah, Wilona. Ini tentang keadilan. Zicho bukan pembunuh. Ada pihak yang menjebaknya, dan aku akan membuktikannya."Wilona mendengus sinis. "Keadilan? Kamu pikir keadilan bisa menyelamatkan anakmu dari penjara? Dunia ini tidak sebersih pemikiran filsafatmu, Damar. Kamu bisa berteriak soal kebenaran, tapi uang tetap lebih berkuasa."Damar mengepalkan tangannya. Kalimat Wilona terasa seperti tamparan. "Jadi kamu mau membiarkan Zicho dihancurkan hanya demi mempertahankan citramu? Kamu ibunya, Wilona!"Dengan semangat membara, Damar merasa semua usaha yang telah dilakukannya unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status