Share

Bab 3. Berulah lagi

Elang mendapati ibunya sedang mencuci pakaian banyak sekali. lelaki bermata sipit itu memperhatikan pakaian yang telah dijemur ibunya, karena itu adalah pakaian Ayah dan adiknya.

"Ibu, tak usah lah betkali-kali baju ini dicuci, toh tak terlalu kotor, karena hanya tersimpan di lemari, bukan?"

"Biar sajalah, ini untuk kegiatan ibu, karena .... tiba-tiba kangen dengan Erin, sedang apa anak gadisku?" Pandangan mata ibunya menerawang jauh ke atas langit.

"Besok kita ke makam Ayah dan Erin ya, Bu."

"Boleh lah, tapi ...."

"Paman Rudi kemari, dan tinggalkan beberapa uang, itu simpan saja untuk ibu." Elang mencoba memancing informasi pada ibunya siapa yang dia maksud dengan gadis bermata emas.

"Ambilah saja untukmu, aku tak butuh uang Rudi, kasihan dia. bertahun-tahun harus membela ibumu ini. "

Elang berjalan masuk ke dalam ruangan, benar saja di atas meja sudah ada beberapa lembar uang yang tertindih oleh sebuah gelas yang isinya masih penuh. Elang mengambil dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak tabungan milik ibunya.

"Siapa gadis bermata emas itu Bu?!" Akhirnya Elang berani bertanya. Tapi Ibunya hanya diam saja, dirinya sedang asyik mengucek baju-baju itu, walaupun tak kotor sama sekali.

Elang hanya bisa membuang napasnya, penat sekali tubuhnya, duduk di sebuah sofa, hingga angin yang semilir menghantarkan dirinya dalam. buaian mimpi.

Mimpi itu hadir kembali. Elang bagai dibawa ke alam mimpi berpuluh tahun terlampoi, sebuah hutan gelap, pohon-pohon yang menjulang tinggi. Aroma bunga pinus yang segar menguar dalam penciumannya. Dari jauh terdengar seperti ada yang bertanding, diiringi berkali-kali dentingan suara pedang bersentuhan. Elang mencoba mendekati suara tersebut, menyibakkan beberapa onak yang menutupi. Benar saja, ada dua orang saling bertanding, wajah-wajah kelelahan dan terdapat berbagai goresan darah pada masih-masing lawan.

"Tunggu Shang Fu! kau harus mati!"

"Tidak akan! aku akan terus melawanmu, aku tak ikhlas kau kuasai manusia dalam kejahatan yang kau ciptakan!"

Crang!! tebasan sebuah pedang bisa ditangkis oleh seseorang yang dipanggil Shang Fu.

Desing! tebasan yang menyisakan asap berwarna hitam itu langsung mengenai ujung kepala lelaki berpakaian bak seorang pendekar dari Tiongkok. Tapi Elang menjadi sangat ketakutan saat dalam kepala yang berdarah karena tebasan pedang itu, terbuka dan keluarlah sosok mahluk yang menyeramkan. Elang terbangun, karena ketakutan. Napasnya memburu, tubuhnya basah oleh keringat. Dirinya sempat linglung, masih bingung di mana dirinya sekarang, menatap seluruh isi rumah dan mendapati bahwa ini adalah rumahnya.

"Ya Tuhan, aku mimpi itu lagi, siapa Shang Fu? monster itu sangat mengerikan sekali." gumamnya seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

***

"Brengsek!" Elang sudah menyerang lagi, tapi berkali-kali dirinya kalah. Jordi tertawa terbahak.

"Dengar ya? kalau kau mau aman, pergi kau dari kota ini , pencundang!!"

"Kau dasar!" Elang kembali hendak memukul wajah lelaki yang menyebalkan itu. Lagi-lagi, Elang begitu lemah, tak ada apa-apanya di hadapan Jordi. Ada setetes darah di sudut bibirnya.

"Paham maksudku? Pergi dari Kota ini, dan bawa ibumu yang gila itu."

Beberapa teman Jordi melepaskan cekakan pada lengan pemuda itu. Ada rasa sakit yang teriris saat ibunya dikatakan orang gila oleh Jordi..

Andai kau bukan anak bos Ayahku, pasti aku sudah berkali-kali memukulmu! bisik Elang penuh kebencian. Tapi kini, Ayahnya sudah tak ada, Jordi semakin saja merajalela menghina keluarganya. Karena saking sewotnya Elang mendekat pada Jordi dengan spontan kedua tangannya mendorong dada Jordi hingga jatuh terjengkang ke belakang. Kekuatan Elang yang spontan itu membuat Jordi membentur dinding dengan keras, tubuh Jordi merosot pelan, dan luruh ke lantai tak bergerak!

Semua memandang Jordi, apakah Jordi meninggal?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status