“Sial! Ke mana dia?”
Tahu dirinya dikejar oleh prajurit Sekte Iblis Merah, Feng Guang pun kembali bersembunyi. Ia melompat dari tebing menuju ke pinggiran sungai dan bersembunyi di balik pepohonan rimbun dengan kaki yang luka akibat terkena batu ketika melompat tadi.
Ia terus bersembunyi di sana, menahan sakit, hingga tidak lagi mendengar suara dan juga langkah para pendekar Sekte Iblis Merah yang mengejarnya.
Saat dirasa telah aman, Feng Guang pun keluar dari persembunyiannya. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan terpincang-pincang meninggalkan desa.
Setelah berada di ujung desa, Feng Guang menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak. Dengan penuh kehati-hatian, ia membuka gulungan yang diberikan ayahnya.
“Sepertinya ini adalah sebuah petunjuk.” Feng Guang mengamati goresan tinta merah berbentuk peta di dalam gulungan tersebut. Kemudian, ia membaca tulisan yang ada di bawah gambar peta.
“Kitab kuno Yongshì?” gumam Feng Guang, “aku pernah mendengar tentang kitab tersebut."
Feng Guang teringat dengan perkataan ayahnya beberapa Minggu lalu. Sang ayah pernah berkata bahwa siapa saja yang bisa mendapatkan kitab kuno Yongshì, maka orang tersebut akan dapat menguasai dunia persilatan dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Dengan catatan, dapat mempelajari seluruh isi yang terkandung di dalam kitab tersebut.
“Ya, aku ingat. Aku harus mencari kitab kuno Yongshì mengikuti petunjuk peta rahasia ini. Aku berjanji akan membalas dendam atas kematian ayah dan juga saudara-saudaraku!” Feng Guang bertekad sambil menggenggam gulungan yang ia dapatkan dari ayahnya.
Setelah itu, Feng Guang kembali melanjutkan langkah meninggalkan desa Shengcun, ia berjalan kaki menyusuri jalur utama yang terhubung ke desa lain. Feng Guang menempuh perjalanan hanya berbekal sedikit uang saja yang ada di saku bajunya, uang tersebut pemberian ayahnya tadi malam.
Meskipun tahu bahwa uang yang dimilikinya tidak mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhannya dalam melakukan perjalanan jauh. Tapi, Feng Guang tidak berkecil hati, ia tetap melanjutkan perjalanan demi mendapatkan kitab kuno Yongshì sesuai petunjuk dari peta rahasia yang tertulis di dalam gulungan tersebut.
“Kedamaian penduduk desa ini telah direnggut oleh kejahatan para pendekar itu. Kelak di kemudian hari, aku tidak mungkin membiarkan hidup mereka tenang,” kata Feng Guang sambil melangkah meninggalkan desa kelahirannya.
Hari semakin sore, tak terasa perjalanan yang ia tempuh sudah melewati dua desa menuju ke tempat tujuan—sesuai petunjuk dari peta rahasia yang ia bawa.
Pemuda itu beristirahat sejenak di sebuah tempat yang ada di ujung desa yang baru saja ia lalui. Feng Guang kembali membuka gulungan itu, dua bola matanya terus mengamati gambar peta dalam gulungan tersebut.
“Ternyata perjalanan ini masih jauh."
Feng Guang menarik napas dalam-dalam, kemudian memasukkan kembali gulungan itu ke dalam saku bajunya. Lalu merebahkan tubuh ke sebuah batu besar yang ada di bawah pohon rimbun. Pandangannya menerawang ke atas menatap gumpalan awan hitam yang mulai bergerak beriringan menutup cerahnya langit, sebagai pertanda bahwa tidak lama lagi hujan akan turun.
Alangkah terkejutnya bocah malang itu, karena secara tiba-tiba ada dua orang tak dikenal berdiri angkuh di hadapannya.
“Kau sedang apa di sini, Bocah?” tanya salah seorang dari mereka dengan sikap sinis.
Feng Guang bangkit dan langsung mundur beberapa langkah. “Ka-kalian siapa?” Feng Guang balas bertanya dengan sikap gugupnya.
“Lancang sekali kau ini, aku lebih dulu bertanya. Kenapa kau balas bertanya?” Pria itu membentak karena geram dengan sikap Feng Guang, ia maju dua langkah, kemudian berkata lagi, “jawab pertanyaanku! Sedang apa kau di sini?” Pria itu mengulang pertanyaan yang belum dijawab oleh Feng Guang.
“A-aku hanya seorang musafir dari desa Shengcun. Aku mau berangkat ke selatan untuk mencari pekerjaan,” jawab Feng Guang sedikit berbohong.
Dua orang pria itu tertawa lepas mendengar perkataan bocah laki-laki lugu itu, “Hahaha ....!”
“Berarti kau ini membawa banyak uang?” kata pria yang memiliki luka di wajah kirinya, “kebetulan sekali, kami dari pagi belum makan,” sambungnya kembali melangkah mendekati Feng Guang.
Feng Guang kembali surut beberapa langkah ke belakang ketika pria itu terus mendekatinya. “Apa yang akan kalian lakukan?”
“Serahkan uangmu! Berbagilah dengan kami yang sedang kelaparan!”
Dengan cepat, pria itu menarik tangan Feng Guang dan langsung mendekap tubuhnya. Kemudian, pria yang satunya lagi merogoh paksa saku baju Feng Guang, ia mengambil kantong kain yang di dalamnya terdapat beberapa keping uang dan juga mengambil gulungan milik Feng Guang.
“Kembalikan semuanya padaku!” teriak Feng Guang.
Pria itu hanya mengambil kantong uangnya saja, kemudian pria yang satunya lagi menendang perut Feng Guang hingga jatuh tersungkur.
"Aku mohon, kembalikan semuanya padaku!" rengek Feng Guang.
Pria tersebut melemparkan gulungan itu ke arah Feng Guang. "Aku hanya butuh uangmu saja." Setelah itu, ia dan kawannya langsung berlalu dari hadapan Feng Guang.
Feng Guang segera meraih gulungan tersebut dan kembali memasukkan benda itu ke dalam saku bajunya.
Beberapa saat kemudian, hujan mulai turun dengan derasnya. Karena merasa tidak aman berada di tempat tersebut, Feng Guang memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanannya, ia tak peduli tubuhnya basah diguyur hujan.
Saat malam tiba, Feng Guang sudah sampai di sebuah tempat yang sangat asing baginya.
”Ternyata di sini ada desa kecil, aku harus ke sana untuk beristirahat sejenak,” kata Feng Guang tampak semringah sekali.
Walaupun sudah kelelahan, ia tak menyerah begitu saja. Feng Guang kembali melanjutkan perjalanan menuju desa yang ada di ujung gurun pasir.
Beberapa saat kemudian, bocah laki-laki itu sudah tiba di ujung desa kecil yang terlihat gemerlap oleh sinar-sinar lentera yang terpasang di beberapa rumah penduduk. Ia merasa heran melihat pemandangan desa tersebut, karena di desa itu banyak ditumbuhi tanaman-tanaman hijau. Padahal tempat itu merupakan wilayah gurun yang sangat tandus.
Tiba-tiba saja, Feng Guang dikagetkan dengan kemunculan sekelompok orang tak dikenal. Mereka muncul secara tiba-tiba dari semak belukar yang ada di pinggir jalan menuju ke arah desa, orang-orang itu berjalan seolah hendak menghampirinya.
Feng Guang menarik napas dalam-dalam, ia semakin dibuat bingung melihat penampakan orang-orang tersebut. ”Siapa mereka? Apakah mereka para penduduk desa ini? Tapi, kenapa orang-orang itu keluar dari semak belukar?”
Feng Guang mulai merasa cemas dan khawatir dengan kemunculan orang-orang tersebut. Namun, keanehan pun kembali hadir dalam penglihatannya. Hanya dalam hitungan detik saja, orang-orang itu sudah hilang lagi dari pandangannya. Seiring demikian, tempat tersebut kembali sunyi dan tidak terlihat lagi gemerlap lentera yang beberapa waktu lalu dilihat oleh Feng Guang.
”Ke mana orang-orang tadi? Kenapa mereka menghilang dengan begitu cepat?”
Para pendekar itu kembali mengerahkan kekuatan mereka dan kembali melakukan serangan secara brutal terhadap Feng Guang. Namun, Feng Guang dengan gerakan yang sangat cepat langsung menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya.Setelah dapat menghindari setiap serangan yang mengancam dirinya, Feng Guang langsung membalasnya dengan serangan yang lebih ganas dari serangan lawan-lawannya.Demikianlah, pertarungan itu pun terus berlanjut dan menjadi semakin sengit saja. Dari kedua belah pihak terus melakukan serangan-serangan yang sangat berbahaya. Terlebih lagi, serangan-serangan yang dilakukan oleh Yao Ming dan para pendekar lainnya. Mereka benar-benar berambisi untuk membinasakan Feng Guang pada saat itu juga.Mereka menutup mata dan telinga, seolah tak peduli dengan penjelasan Feng Guang. Para pendekar itu yakin bahwa Feng Guang adalah pelaku utama yang sudah membantai para pendekar Sekte Tian Cu."Tak ada pilihan lagi, selain melumpuhkan mereka satu persatu untuk meny
Namun, dua orang pendekar berjubah hijau itu tidak mengindahkan pertanyaan Feng Guang. Mereka hanya tertawa dan terus melakukan serangan terhadap Feng Guang."Kurang ajar!" geram Feng Guang langsung melakukan perlawanan sengit.Saat dirinya terdesak, Feng Guang menghentakkan kakinya, kemudian meluncur ke udara. Saat dalam posisi mengambang di udara, maka Feng Guang segera mengerahkan jurus tenaga dalamnya."Sebenarnya aku tidak tega jika harus melukai kalian. Tetapi, anggap saja ini adalah sebuah pelajaran yang harus kalian terima," kata Feng Guang masih dalam posisi terbang di atas para pendekar itu.Tanpa terduga, gelombang panas tiba-tiba muncul dari kedua telapak tangan Feng Guang. Kemudian gelombang panas itu meluncur ke arah dua pendekar berjubah hijau itu, serangan yang sangat dahsyat dan sulit dihindari, sehingga dua orang pendekar itu langsung jatuh bergelimpangan. Mereka benar-benar terkejut dan tak dapat mengantisipasi serangan tersebut.qFeng Guang hanya tersenyum dan lang
Yao Ming tertawa dingin, lalu menjawab, "Kau memang pandai berbohong, sehingga rakyat negri ini sangat percaya dengan kebohonganmu, karena mereka bodoh. Sebenarnya kau adalah penjahat yang berlindung di bawah kekuasaan Raja Hao Xiong Han yang dianggap sebagai pahlawan karena sudah berhasil merebut kembali pemerintah kerajaan Tionggon dari tangan Perdana Menteri Tuo Hang. Tapi di mata kami, kau tetap seorang penjahat. Kami tahu kebusukanmu!""Kau telah menuduhku melakukan perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Feng Guang membentak dengan penuh kegusaran. "Seharusnya kau percaya bahwa aku ini tidak pernah terlibat dalam kasus kematian para pendekar Sekte Tian Cu. Ini fitnah dan aku tidak terima atas tuduhan ini!"Yao Ming dan kedua anak buahnya tertawa lepas mendengar perkataan Feng Guang. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang Feng Guang katakan."Jangan berkelit lagi, Feng Guang. Percuma saja, kami memiliki bukti yang kuat!" kata Yao Ming. "Malam ini kau harus mempertangg
Setelah berada di luar penginapan, Feng Guang tampak terkejut sekali ketika melihat sebuah tulisan di dinding luar kamar tempatnya menginap. Tulisan tersebut merupakan sebuah tantangan dari seseorang yang tak dikenal yang meminta Feng Guang agar datang ke sebuah tempat."Gurun pasir Tio Sun," gumam Feng Guang setelah membaca tulisan tersebut.Entah siapa orang yang sudah menulis pesan tersebut, karena dalam tulisan itu tidak tertulis nama sang penulisnya.Feng Guang tampak bingung sekali. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Bagaimana mungkin ada seorang pendekar yang menantangku untuk bertarung, padahal tak ada orang yang mengetahui kalau aku menginap di sini. Bahkan para biksu yang baru melakukan pertemuan denganku tidak ada satu pun yang tahu?"Feng Guang termenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Apakah ia harus menerima tantangan tersebut atau mengabaikannya?Setelah itu, Feng Guang langsung bersiap untuk berangkat ke gurun pasir Tio Sun. Ia tampak penasaran
Dengan demikian, Feng Guang sudah mulai kehilangan kesabaran dan langsung mengerahkan jurus andalannya.Perdana Menteri Tuo Hang, saat itu masih dapat melakukan perlawanan meskipun dirinya sudah mengalami luka yang sangat parah. Namun, perlawanannya tidak berarti apa-apa, karena Feng Guang lebih unggul segalanya.Hanya dengan dua kali sabetan pedangnya, Feng Guang sukses menjatuhkan pria bertubuh kekar itu, sehingga Perdana Menteri Tuo Hang tewas dengan luka yang sangat parah di bagian leher dan perutnya.Sementara itu, pasukan Hu Yui Se sudah sepenuhnya menguasai pertempuran. Bahkan mereka sudah berhasil menangkap para prajurit kerajaan dan menewaskan Panglima Hui Su sebagai orang nomor satu di angkatan perang pasukan kerajaan Tionggon yang diperintah oleh Perdana Menteri Tuo Hang.Berkat keyakinan dan kegigihan para prajurit Hu Yui Se, akhirnya mereka mampu merebut istana yang sudah lama dikuasai oleh pasukan kerajaan yang pro terhadap Perdana Menteri Tuo Hang."Ini adalah sebuah ke
Dengan demikian, pertempuran besar pun kembali terjadi. Pasukan kerajaan melakukan perlawanan sengit atas serangan yang dilancarkan oleh pasukan Hu Yui Se."Jangan biarkan mereka masuk. Kalian harus bisa mempertahankan istana ini!" seru Panglima Hui Su.Feng Guang dengan gagahnya memacu derap langkah kudanya langsung masuk ke halaman istana disusul oleh Dui Mui dan Hok Shin. Dengan senjata masing-masing, mereka langsung menebas leher semua prajurit kerajaan yang coba-coba melakukan perlawanan.Saat demikian gentingnya, Perdana Menteri Tuo Hang pun sudah bersiaga penuh. Ia bersama para pengawalnya langsung menghunus pedang masing-masing demi mempertahankan diri.Beberapa saat kemudian, beberapa orang dari pasukan Hu Yui Se berhasil menerobos pertahanan pasukan kerajaan. Mereka berhasil memasuki istana, kemudian langsung mengepung Perdana Menteri Tuo Hang dan para pengawalnya."Menyerahlah, Perdana Menteri!" seru Dui Mui."Bedebah!" geram Perdana Menteri Tuo Hang. Kemudian memberikan pe