Feng Guang mengangguk pelan, lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba saja, tubuhnya terasa hampa. Seakan-akan kakinya terangkat dengan sendirinya, Feng Guang merasakan sensasi yang luar biasa, seakan-akan dirinya tengah melayang-layang di udara.
Detik berikutnya, kaki Feng Guang sudah kembali berpijak. Tetapi matanya masih tertutup, ia tidak berani membuka mata sebelum ada perintah dari Lui Shan.
”Sekarang bukalah matamu!” pinta Lui Shan.
Dengan demikian, Feng Guang langsung membuka matanya secara perlahan. Dalam pandangan matanya, tiba-tiba muncul sinar terang pada bongkahan batu besar yang ada di hadapannya.
Feng Guang tampak terkejut sekali, ia terus mengamati sinar itu. Namun sinar tersebut cepat berlalu—melesat jauh ke atas.
”Sekarang sebutkan keinginanmu!”
Feng Guang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, ”Aku ingin mempunyai kepandaian ilmu silat yang tidak ada tandingannya agar bisa membantu pihak yang lemah!” Feng Guang menjura hormat.
”Cita-citamu sungguh mulia, aku pasti akan mengabulkan permintaanmu. Jika kau sudah siap segalanya, maka aku akan mengajarimu cara bertarung dengan baik, agar kau bisa mencapai cita-cita yang kau inginkan.”
”Terima kasih, Kek,” ucap Feng Guang.
Tiba-tiba saja, bongkahan batu besar yang ada di hadapannya itu telah berubah bentuk menjadi sebuah tangga yang tersusun rapi berliku-liku hingga ke atas.
Feng Guang terkejut melihat pemandangan seperti itu. ”Ini benar-benar menakjubkan,” desisnya berdecak kagum.
Lui Shan tersenyum-senyum melihat sikap Feng Guang yang terkesima melihat pemandangan yang ada di hadapannya. ”Naiklah ke atas tangga itu!”
Feng Guang tidak banyak bicara lagi, ia mengikuti perintah orang tua itu, naik ke atas melalui anak tangga yang berliku-liku.
Setelah lama menempuh perjalanan, barulah ia tiba di sebuah gua yang sangat luas, di dalam gua itu terdapat banyak benda yang aneh. Tapi keadaannya tak beraturan, tersebar di mana-mana.
Di antara benda-benda yang berserakan, terdapat kulit binatang yang sudah kering, guci keramik, dan bermacam-macam benda antik. Di bagian pojok paling ujung dari ruang goa tersebut, terdapat tumpukkan kitab-kitab kuno.
Lui Shan mempersilakan Feng Guang duduk. Kemudian berkata, ”Dahulu ketika aku menemukan goa ini, aku bersumpah pada Dewa Langit dan Dewa Bumi. Barang siapa yang ditakdirkan datang kemari, aku pasti membantu orang tersebut untuk mencapai segala keinginannya.”
Apa yang dikatakan oleh orang tua tersebut, membuat Feng Guang semakin percaya saja bahwa ini adalah petunjuk Dewa yang sudah menjadi ketentuan baginya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Melihat sikap Feng Guang hanya diam saja, Lui Shan tampak tersinggung. Ia menganggap bahwa anak muda itu tidak percaya dengan apa yang ia tuturkan.
”Anak muda, apakah kau menganggap aku ini bohong?”
”Kakek jangan salah paham, aku menyimak baik apa yang Kakek tuturkan, dan aku percaya padamu,” jawab Feng Guang.
Lui Shan menarik napas dalam-dalam, ia sedikit mengubah posisi duduknya. Sorot matanya yang tajam terus menatap wajah Feng Guang yang duduk di hadapannya.
”Bukankah kau ingin belajar ilmu bela diri dan memiliki kesaktian yang tiada tandingannya? Jika kau bersungguh-sungguh, maka dalam waktu satu tahun saja, aku bisa menjadikanmu seorang kesatria kuat.”
”Benarkah?”
Feng Guang meluruskan pandangannya ke wajah Lui Shan. Meskipun ia belum paham dengan ilmu silat, tapi Feng Guang tampak ragu jika dalam waktu satu tahun saja dapat menguasai seluruh kepandaian ilmu bela diri yang akan dipelajarinya dari orang tua itu. Walaupun bisa, tentu tidak mungkin sempurna.
”Terserah kau saja mau percaya atau tidak! Jika kau ragu pulanglah dan jangan pernah kembali ke sini!”
Feng Guang merangkapkan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badan. Ia paham bahwa orang tua itu tersinggung karena dirinya masih sedikit ragu.
”Maafkan aku, Kek. Bukannya aku tidak percaya terhadap kemampuan Kakek, aku hanya ragu dengan kemampuan yang aku miliki,” jelas Feng Guang.
”Sama saja, Anak muda. Jika kau tidak percaya dengan kemampuan yang ada pada dirimu, itu sama halnya kau tidak mempercayai aku.”
”Iya, aku minta maaf.” Feng Guang kembali menjura sambil menganggukkan kepala berulang-ulang.
”Ya sudah, sekarang kau minum ini!” Lui Shan menyerahkan gelas keramik kepada Feng Guang.
Feng Guang meraih gelas keramik berukuran sedang dari tangan Lui Shan. ”Ini minuman apa, Kek?” tanya Feng Guang mengamati air berwarna hijau kecoklat-coklatan yang ada di dalam gelas tersebut.
”Jangan banyak tanya, minum saja! Tubuhmu lemah, setelah minum ini tubuhmu akan terasa segar.”
Meskipun tak tahan dengan aromanya yang bau menyengat, Feng Guang tetap meminumnya. ”Pahit sekali minuman ini,” kata Feng Guang hampir memuntahkan minuman tersebut.
”Di sini terdapat banyak tanaman obat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk akar Fui yang air rebusannya barusan kau minum,” kata Lui Shan sambil tersenyum-senyum, ”rasanya memang pahit, tapi sangat menyehatkan,” sambungnya.
Setelah itu, Lui Shan menunjukkan sebuah kitab kuno. Kitab tersebut adalah kitab yang selama ini dicari oleh para pendekar yang ada di rimba persilatan—yang tertulis di dalam peta rahasia yang dimiliki Feng Guang. Termasuk para pendekar yang sudah menghancurkan desa Shengcun dan juga membunuh para penduduk desa tersebut, mereka sangat menginginkan kitab itu.
Dengan demikian, Feng Guang tampak semringah sekali. Ia bersujud beberapa kali di hadapan Lui Shan sambil berkata, ”Kau adalah utusan Dewa yang akan mengajariku kesaktian, terima kasih, Guru.”
”Hentikan! Kau tidak perlu sebahagia itu. Aku tidak akan mengangkatmu sebagai muridku, aku hanya membimbingmu saja untuk mendapatkan kesaktian!” tandas Lui Shan, lalu menyerahkan kitab tersebut.
Setelah itu, Lui Shan meraih sebilah pedang yang tergeletak di atas tumpukan kitab-kitab kuno, kemudian menyerahkan pedang tersebut kepada Feng Guang
”Pegang pedang ini!”
”Untuk apa, Kek?”
”Kau pegang saja!”
Feng Guang langsung meraih pedang tersebut dari tangan Lui Shan. Ia mengamati bentuk pedang itu, kemudian mencabut pedang tersebut dari selongsongnya. Terdapat ukiran naga di bagian badan pedang itu, sangat indah dan menakjubkan. Demikian juga dengan selongsongnya yang berwarna emas dan bertuliskan huruf kuno yang tidak dimengerti oleh Feng Guang.
”Selama bertahun-tahun lamanya, aku telah berhasil menciptakan serangkaian jurus pedang dan beberapa jurus ilmu tenaga dalam. Siapa pun yang bisa menguasainya, aku jamin dia akan menjadi seorang pendekar tangguh tak terkalahkan,” terang Lui Shan, ”ayo, sekarang kita mulai latihan jurus tenaga dalam!” sambung pria senja itu.
Feng Guang tidak berkata apa-apa, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat bahwa dirinya setuju dengan ajakan orang tua tersebut. ”Jurus pertama yang harus kau perhatikan adalah jurus Hui Hang, jurus tenaga dalam penghancur batu,” kata Lui Shan. Jenggotnya yang putih panjang tampak bergerak-gerak, kedua tangannya sudah berisi kekuatan tenaga dalam Hui dan Hang. Selanjutnya, ia langsung melakukan serangan terhadap batu besar yang ada di samping Feng Guang. Meskipun masih belum berpengalaman di dunia persilatan, tetapi Feng Guang paham bahwa angin yang menyambar keluar dari serangan tangan Lui Shan pasti sangat berbahaya, maka ia buru-buru menyingkir ke samping. Feng Guang terus memperhatikan setiap gerakan yang peragakan oleh Lui Shan. ”Walaupun sudah tua, tapi tenaganya masih cukup kuat. Kedua tangannya memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat besar,” gumam Feng Guang terus mengamati pergerakan Lui Shan yang baru saja menghancurkan sebongkah batu besar yang ada di dalam
“Itu adalah tugas pertamamu.” Lui Shan berujar dengan tenang. Sementara itu, Feng Guang masih mengamati benda dalam genggamannya tanpa berani membuka. "Surat itu harus kau serahkan kepada seorang pendekar yang bernama Yu Zui.”“Yu Zui?”“Hem. Yu Zui adalah pendekar yang memiliki hubungan baik dengan Le Tu Hua dan orang-orang yang sudah menghancurkan desamu.”Duar!!Seperti tersambar petir, eskpresi Feng Guang lantas berubah keras. Nampak di wajahnya sekarang aura kemarahan yang begitu membara.Jika Yu Zui adalah orang yang sama dengan orang yang telah menghancurkan desanya ... maka sudah sepantasnya Feng Guang membalas dendamnya pada pendekar tersebut.“Aku pasti akan melaksanakan tugas ini dengan baik!”“Kau harus berhati-hati ketika menghadapinya. Fokuskan dirimu, temukan kelemahannya.” Sejenak, Lui Shan memandang wajah Feng Guang. “ Selain itu, jagalah Mustika Naga yang aku berikan kepadamu.”“Tentu, Kek!” jawab Feng Guang.Ia paham, jika Mustika Naga itu adalah benda berharga yang
Tidak sampai di situ, Feng Guang juga menemukan keanehan lain saat ia berkeliling ke sudut desa yang lain. Pakaian, jubah-jubah yang dikenakan warga mengingatkannya pada peristiwa masa lalu. “Baju mereka ... kenapa mirip dengan orang-orang dari Sekte Iblis Merah?” kata Feng Guang bergumam. Kemudian, ia terkejut sendiri dengan pemikirannya. Kalau saja benar, maka bukan tidak mungkin jika sekte itu telah membangun ulang desa Shengcun menjadi tempat tinggal mereka. Ada perasaan jemawa untuk sesaat. Sebab, jika hal itu benar terjadi ... maka hal itu bisa memudahkannya. Jika seluruh orang Sekte Iblis Merah telah menetap di desa ini, Feng Guang tidak perlu mencari-cari dalang peristiwa penyerangan di masa lalu. Hanya saja, kening pria itu kembali mengerut dalam setelahnya. ‘Tidak. Mereka pasti memiliki maksud lain! Aku tidak boleh gegabah!’ Rasa penasaran Feng Guang membawa ia terus mengitari desa. Anehnya, seluruh warga yang ditemuinya terlihat begitu ketakutan dan seolah menghindar
Di dalam rumah makan, gadis cantik yang terus memperhatikan Feng Guang tiba-tiba tertawa lepas. Feng Guang pun tampak heran melihat sikap gadis berparas cantik yang duduk tidak jauh darinya. “Kau kenapa? Apakah ada yang lucu dalam penampilanku?” “Tidak! Aku hanya mentertawakan tiga orang tadi,” jawab gadis itu sambil tersenyum-senyum. Kening Feng Guang mengerut. “Memangnya kenapa dengan mereka?” “Mereka takut padamu.” Merasa informasi itu bukanlah hal baru—sebab semua orang di sini memang terlihat takut padanya, Feng Guang pun memutuskan untuk bersikap tak acuh lagi. Ia menghabiskan makanan, lalu bergegas meninggalkan tempat makan usai membayarnya. Ketika Feng Guang baru mencapai pintu, gadis tadi tiba-tiba kembali berteriak. “Tunggu!” Feng Guang menghentikan langkahnya, si gadis kembali berbicara, “Aku hanya ingin mengingatkan bahwa ketiga pendekar tadi memiliki niat jahat terhadapmu.” Feng Guang merasa aneh, sebab di antara yang lain, hanya gadis itulah yang justr
Feng Guang belum sempat 'bernapas' saat serangan berikutnya datang. Salah seorang pendekar menyabetkan pedang ke arah Feng Guang dan berteriak, "Matilah kau!" Feng Guang mengelak, ia menghindari serangan itu dengan tepat. Kemudian mundur beberapa langkah sambil mempertahankan tatapan ganas pada wajah pendekar itu. "Lawan aku pengecut!" teriak pendekar itu, kesal karena gagal menyarangkan pedangnya di leher Feng Guang. Sementara itu, dua orang pendekar dan dua biksu yang tadi menyerang Feng Guang hanya diam saja ketika melihat Feng Guang tengah berhadapan dengan kawan mereka. “Kau telah melakukan tindakan jahat terhadap para pengurus Vihara Sian Ji. Tidak mungkin kubiarkan orang jahat sepertimu bebas berkeliaran di wilayah ini!" Setelah berkata demikian, pendekar itu langsung melakukan serangan terhadap Feng Guang. Ia menghentakkan kaki dan meluncur deras memburu Feng Guang dengan sebilah pedang. Dalam kondisi yang semakin genting, Feng Guang berusaha menghindari serangan-serang
Sikap yang ditunjukkan oleh dua orang biksu dan teman-temannya membuat Feng Guang bisa bernapas lega. Hal itu menandakan bahwa mereka sudah mulai menerima penjelasan yang diberikan yang ia berikan."Perlu kalian ketahui, aku ini putra tetua desa Shengcun yang dibunuh oleh pemimpin Sekte Iblis Merah. Namaku Feng Guang, aku bukan seorang pengecut. Aku mempunyai hubungan dekat dengan para imam dan pengurus Vihara Sian Ji . Tidak mungkin aku melakukan tindakan mengerikan terhadap mereka."Mereka tercengang mendengar perkataan Feng Guang, mereka benar-benar tidak menduga jika pemuda yang sudah mereka tuduh sebagai pelaku pembantaian adalah seorang putra tetua desa Shengcun yang sangat mereka hormati."Jadi kau ini putra Tuan Guang?""Benar, aku yang berhasil menyelamatkan diri ketika desa Shengcun diserang kelompok Sekte Iblis Merah."Mereka saling berpandangan setelah mendengar penjelasan Feng Guang. Kemudian, salah seorang dari mereka berkata lagi, "Baiklah, kami percaya dengan apa yang
Pagi harinya, ketika matahari baru saja menampakkan diri, Feng Guang dan Jui Shin sudah meninggalkan desa Loksu menuju ke desa Yui.Saat matahari mulai naik, Feng Guang dan Jui Shin sudah tiba di tempat tujuan. Sebelumnya mereka singgah terlebih dahulu di sebuah warung makan yang ada di desa tersebut untuk sekadar makan siang dan beristirahat sejenak.Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kediaman Hong Than. Feng Guang dan Jui Shin mendapatkan informasi tentang kediaman orang yang mereka cari dari sang pemilik warung makan."Semoga saja pemilik warung makan tadi tidak membohongi kita," desis Jui Shin sambil berjalan mengikuti langkah Feng Guang."Ya, aku pun berharap demikian," sahut Feng Guang tanpa menoleh ke belakang.Setibanya di tempat tujuan, mereka tampak bingung sekali, karena di tempat tersebut tidak ada bangunan rumah satu pun."Di mana rumah pendekar itu?" desis Feng Guang menoleh ke arah Jui Shin."Entahlah. Tapi, kata pemilik warung makan tadi, rumah H
Jui Shin merasa khawatir dan sangat cemas terhadap keselamatan Feng Guang. Pasalnya, pendekar yang sedang dihadapi oleh Feng Guang bukanlah pendekar sembarangan.Namun, dengan segenap kepandaian yang dimilikinya Feng Guang dapat menghindari serangan-serangan ganas yang dilakukan lawannya.'Pendekar ini benar-benar sakti, siapa sebenarnya dia?' batin Hong Than.Hong Than tampak frustasi sekali menghadapi Feng Guang. Baru kali ini dirinya merasa kesulitan menghadapi lawan tarungnya, hingga dirinya tampak kelelahan sekali menggempur pertahanan Feng Guang.Melihat lawannya mulai kelelahan, Feng Guang memanfaatkannya dengan baik. Ia tak ingin memberi kesempatan bagi Hong Than untuk dapat bernapas lega.Dengan kecepatan yang sangat luar biasa, Feng Guang kembali melakukan serangan terhadap Hong Than. Ia menggempur Hong Than tanpa jeda. Hingga pada akhirnya, pendekar itu mulai kehabisan tenaga dan berhasil dikalahkan.Hong Than sudah tak dapat bangkit lagi, ia mengalami luka yang sangat para