Share

4. Feng Guang Tiba di Gua Cui

Feng Guang mengangguk pelan, lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba saja, tubuhnya terasa hampa. Seakan-akan kakinya terangkat dengan sendirinya, Feng Guang merasakan sensasi yang luar biasa, seakan-akan dirinya tengah melayang-layang di udara.

Detik berikutnya, kaki Feng Guang sudah kembali berpijak. Tetapi matanya masih tertutup, ia tidak berani membuka mata sebelum ada perintah dari Lui Shan.

”Sekarang bukalah matamu!” pinta Lui Shan.

Dengan demikian, Feng Guang langsung membuka matanya secara perlahan. Dalam pandangan matanya, tiba-tiba muncul sinar terang pada bongkahan batu besar yang ada di hadapannya.

Feng Guang tampak terkejut sekali, ia terus mengamati sinar itu. Namun sinar tersebut cepat berlalu—melesat jauh ke atas.

”Sekarang sebutkan keinginanmu!”

Feng Guang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, ”Aku ingin mempunyai kepandaian ilmu silat yang tidak ada tandingannya agar bisa membantu pihak yang lemah!” Feng Guang menjura hormat.

”Cita-citamu sungguh mulia, aku pasti akan mengabulkan permintaanmu. Jika kau sudah siap segalanya, maka aku akan mengajarimu cara bertarung dengan baik, agar kau bisa mencapai cita-cita yang kau inginkan.”

”Terima kasih, Kek,” ucap Feng Guang.

Tiba-tiba saja, bongkahan batu besar yang ada di hadapannya itu telah berubah bentuk menjadi sebuah tangga yang tersusun rapi berliku-liku hingga ke atas.

Feng Guang terkejut melihat pemandangan seperti itu. ”Ini benar-benar menakjubkan,” desisnya berdecak kagum.

Lui Shan tersenyum-senyum melihat sikap Feng Guang yang terkesima melihat pemandangan yang ada di hadapannya. ”Naiklah ke atas tangga itu!”

Feng Guang tidak banyak bicara lagi, ia mengikuti perintah orang tua itu, naik ke atas melalui anak tangga yang berliku-liku.

Setelah lama menempuh perjalanan, barulah ia tiba di sebuah gua yang sangat luas, di dalam gua itu terdapat banyak benda yang aneh. Tapi keadaannya tak beraturan, tersebar di mana-mana.

Di antara benda-benda yang berserakan, terdapat kulit binatang yang sudah kering, guci keramik, dan bermacam-macam benda antik. Di bagian pojok paling ujung dari ruang goa tersebut, terdapat tumpukkan kitab-kitab kuno.

Lui Shan mempersilakan Feng Guang duduk. Kemudian berkata, ”Dahulu ketika aku menemukan goa ini, aku bersumpah pada Dewa Langit dan Dewa Bumi. Barang siapa yang ditakdirkan datang kemari, aku pasti membantu orang tersebut untuk mencapai segala keinginannya.”

Apa yang dikatakan oleh orang tua tersebut, membuat Feng Guang semakin percaya saja bahwa ini adalah petunjuk Dewa yang sudah menjadi ketentuan baginya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Melihat sikap Feng Guang hanya diam saja, Lui Shan tampak tersinggung. Ia menganggap bahwa anak muda itu tidak percaya dengan apa yang ia tuturkan.

”Anak muda, apakah kau menganggap aku ini bohong?”

”Kakek jangan salah paham, aku menyimak baik apa yang Kakek tuturkan, dan aku percaya padamu,” jawab Feng Guang.

Lui Shan menarik napas dalam-dalam, ia sedikit mengubah posisi duduknya. Sorot matanya yang tajam terus menatap wajah Feng Guang yang duduk di hadapannya.

”Bukankah kau ingin belajar ilmu bela diri dan memiliki kesaktian yang tiada tandingannya? Jika kau bersungguh-sungguh, maka dalam waktu satu tahun saja, aku bisa menjadikanmu seorang kesatria kuat.”

”Benarkah?”

Feng Guang meluruskan pandangannya ke wajah Lui Shan. Meskipun ia belum paham dengan ilmu silat, tapi Feng Guang tampak ragu jika dalam waktu satu tahun saja dapat menguasai seluruh kepandaian ilmu bela diri yang akan dipelajarinya dari orang tua itu. Walaupun bisa, tentu tidak mungkin sempurna.

”Terserah kau saja mau percaya atau tidak! Jika kau ragu pulanglah dan jangan pernah kembali ke sini!”

Feng Guang merangkapkan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badan. Ia paham bahwa orang tua itu tersinggung karena dirinya masih sedikit ragu.

”Maafkan aku, Kek. Bukannya aku tidak percaya terhadap kemampuan Kakek, aku hanya ragu dengan kemampuan yang aku miliki,” jelas Feng Guang.

”Sama saja, Anak muda. Jika kau tidak percaya dengan kemampuan yang ada pada dirimu, itu sama halnya kau tidak mempercayai aku.”

”Iya, aku minta maaf.” Feng Guang kembali menjura sambil menganggukkan kepala berulang-ulang.

”Ya sudah, sekarang kau minum ini!” Lui Shan menyerahkan gelas keramik kepada Feng Guang.

Feng Guang meraih gelas keramik berukuran sedang dari tangan Lui Shan. ”Ini minuman apa, Kek?” tanya Feng Guang mengamati air berwarna hijau kecoklat-coklatan yang ada di dalam gelas tersebut.

”Jangan banyak tanya, minum saja! Tubuhmu lemah, setelah minum ini tubuhmu akan terasa segar.”

Meskipun tak tahan dengan aromanya yang bau menyengat, Feng Guang tetap meminumnya. ”Pahit sekali minuman ini,” kata Feng Guang hampir memuntahkan minuman tersebut.

”Di sini terdapat banyak tanaman obat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk akar Fui yang air rebusannya barusan kau minum,” kata Lui Shan sambil tersenyum-senyum, ”rasanya memang pahit, tapi sangat menyehatkan,” sambungnya.

Setelah itu, Lui Shan menunjukkan sebuah kitab kuno. Kitab tersebut adalah kitab yang selama ini dicari oleh para pendekar yang ada di rimba persilatan—yang tertulis di dalam peta rahasia yang dimiliki Feng Guang. Termasuk para pendekar yang sudah menghancurkan desa Shengcun dan juga membunuh para penduduk desa tersebut, mereka sangat menginginkan kitab itu.

Dengan demikian, Feng Guang tampak semringah sekali. Ia bersujud beberapa kali di hadapan Lui Shan sambil berkata, ”Kau adalah utusan Dewa yang akan mengajariku kesaktian, terima kasih, Guru.”

”Hentikan! Kau tidak perlu sebahagia itu. Aku tidak akan mengangkatmu sebagai muridku, aku hanya membimbingmu saja untuk mendapatkan kesaktian!” tandas Lui Shan, lalu menyerahkan kitab tersebut.

Setelah itu, Lui Shan meraih sebilah pedang yang tergeletak di atas tumpukan kitab-kitab kuno, kemudian menyerahkan pedang tersebut kepada Feng Guang

”Pegang pedang ini!”

”Untuk apa, Kek?”

”Kau pegang saja!”

Feng Guang langsung meraih pedang tersebut dari tangan Lui Shan. Ia mengamati bentuk pedang itu, kemudian mencabut pedang tersebut dari selongsongnya. Terdapat ukiran naga di bagian badan pedang itu, sangat indah dan menakjubkan. Demikian juga dengan selongsongnya yang berwarna emas dan bertuliskan huruf kuno yang tidak dimengerti oleh Feng Guang.

”Selama bertahun-tahun lamanya, aku telah berhasil menciptakan serangkaian jurus pedang dan beberapa jurus ilmu tenaga dalam. Siapa pun yang bisa menguasainya, aku jamin dia akan menjadi seorang pendekar tangguh tak terkalahkan,” terang Lui Shan, ”ayo, sekarang kita mulai latihan jurus tenaga dalam!” sambung pria senja itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status