Feng Guang tidak berkata apa-apa, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat bahwa dirinya setuju dengan ajakan orang tua tersebut.
”Jurus pertama yang harus kau perhatikan adalah jurus Hui Hang, jurus tenaga dalam penghancur batu,” kata Lui Shan.
Jenggotnya yang putih panjang tampak bergerak-gerak, kedua tangannya sudah berisi kekuatan tenaga dalam Hui dan Hang. Selanjutnya, ia langsung melakukan serangan terhadap batu besar yang ada di samping Feng Guang.
Meskipun masih belum berpengalaman di dunia persilatan, tetapi Feng Guang paham bahwa angin yang menyambar keluar dari serangan tangan Lui Shan pasti sangat berbahaya, maka ia buru-buru menyingkir ke samping. Feng Guang terus memperhatikan setiap gerakan yang peragakan oleh Lui Shan.
”Walaupun sudah tua, tapi tenaganya masih cukup kuat. Kedua tangannya memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat besar,” gumam Feng Guang terus mengamati pergerakan Lui Shan yang baru saja menghancurkan sebongkah batu besar yang ada di dalam gua itu.
Tiba-tiba saja, Lui Shan membalikkan sepasang tangannya. Dengan gerakan yang sangat cepat, ia sudah mengerahkan kekuatan yang sangat luar biasa.
”Menyingkirlah!” teriak Lui Shan.
Dengan cepat, Feng Guang langsung menyingkir dari hadapan orang tua itu.
”Ini adalah beberapa gerakan yang harus kau perhatikan. Meskipun hanya tiga jurus yang sangat sederhana ini, tetapi kekuatannya sangat besar,” terang Lui Shan, ”setiap jurus memiliki banyak gerakan dan mengandung banyak kekuatan tenaga dalam yang sangat sulit dan sukar diduga oleh lawan.”
”Mohon maaf, Kek. Bagaimana aku bisa menguasai semua jurus-jurus yang sudah Kakek peragakan tadi, sedangkan aku tidak mengikuti gerakanmu?” tanya Feng Guang meluruskan pandangannya ke wajah Lui Shan.
”Kau perhatikan saja dulu! Nanti kau dapat mengikuti gerakan-gerakannya melalui kitab Yongshì, di sana kau akan mendapatkan cara lengkap untuk mempelajari semua jurus-jurusnya!” jawab Lui Shan.
Feng Guang hanya diam saja, ia kembali fokus menyaksikan dengan perhatian penuh. Meskipun demikian, ada beberapa gerakan yang bisa ia ingat.
Setelah itu, Lui Shan mulai memperagakan jurus pedang dengan menggunakan pedang pusaka yang bentuknya sama dengan pedang yang ia berikan kepada Feng Guang.
Jurus demi jurus yang dimainkan oleh Lui Shan disimak baik-baik oleh Feng Guang. Meskipun tak dapat mengingat secara keseluruhan gerakan-gerakan jurus pedang tersebut. Namun, ini adalah sebuah dasar yang dapat dipetik hikmahnya oleh Feng Guang untuk mempelajarinya lebih lanjut melalui kitab Yongshì.
Semenjak itulah, Feng Guang menjadi bersemangat mempelajari semua jurus-jurus yang tertulis di dalam kitab Yongshì. Setiap hari ia mempelajarinya dengan bimbingan Lui Shan, hingga Feng Guang berhasil menguasai seluruh jurus-jurus yang ada di dalam kitab Yongshì.
Tidak terasa, keberadaan Feng Guang sudah berlangsung hampir satu tahun di lembah Cui. Ia sudah merasa nyaman dan menganggap Lui Shan sebagai orang tuanya sendiri.
Pada suatu hari, Lui Shan mengeluarkan sebuah batu mustika, kemudian diberikan kepada Feng Guang seraya berkata, ”Kau sekarang sudah menjadi tangkai ajaib yang memiliki ketajaman dan racun yang mematikan yang mengalahkan tajamnya duri di lembah Cui. Kau sudah menjadi seorang kesatria yang akan menumpas para penjahat di daratan Tionggon.”
Feng Guang menyimak baik apa yang dikatakan oleh Lui Shan sambil menggenggam batu mustika pemberian Lui Shan, kemudian menjura kepada orang tua itu.
”Terima kasih banyak, Kek. Kakek sudah banyak membantuku, sehingga aku memiliki kepandaian yang luar biasa,” ucap Feng Guang.
Lui Shan tertawa kecil mendengar perkataan Feng Guang. ”Ingat! Aku bukan gurumu, kita tidak memiliki ikatan antara murid dan guru, aku hanya makhluk setengah manusia yang akan membimbingmu dalam mewujudkan cita-citamu. Kelak kau boleh seperti aku, membimbing orang lain dan mengajarkan jurus-jurus yang telah kau kuasai.”
Feng Guang tidak mengerti dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut pria senja itu. Tetapi, ia tidak bicara apa-apa, hanya menunduk sambil merangkapkan kedua telapak tangannya penuh hormat.
Lui Shan menepuk pundak Feng Guang seraya berkata, ”Sekarang kau tinggalkan tempat ini, kau adalah pendekar terkuat di rimba persilatan. Pergilah!”
Feng Guang merangkapkan kedua telapak tangan seraya menundukkan kepalanya sebagai bentuk rasa hormatnya terhadap Lui Shan yang sudah banyak membantunya.
Lui Shan adalah orang tua yang selama ini mengajarinya ilmu bela diri dan jurus-jurus tenaga dalam yang luar biasa. Sudah sepatutnya rasa hormat itu diberikan kepada orang tua tersebut.
"Suatu saat nanti, aku akan kembali ke tempat ini," kata Feng Guang.
"Tidak perlu, Feng Guang! Percuma kau datang lagi kemari, aku tidak akan pernah ada lagi di tempat ini." Lui Shan berkata lirih sambil memandang ke arah Feng Guang, "setelah kau keluar dari tempat ini, kau tidak perlu memikirkan aku!" sambungnya.
Lui Shan merasa sangat bangga dengan usaha Feng Guang. Bocah yang semula terlihat begitu payah, juga banyak ketakutan itu nyatanya berhasil menjelma menjadi seorang pemuda yang memiliki kepandaian ilmu bela diri tingkat tinggi. Lui Shan berharap, kelak Feng Guang akan menjadi seorang kesatria tangguh dalam rimba persilatan.
Feng Guang mengangkat kepalanya, kemudian memandang wajah Lui Shan. Ada perasaan sedih yang Feng Guang rasakan ketika melihat wajah penuh kerutan tersebut. Kalimat Liu Shan barusan, seolah-olah berisika sebuah petanda.
Kendati demikian, sebagai murid yang patuh, Feng Guang tidak ingin banyak bertanya. Ia percaya, Liu Shin yang sudah banyak mengalami asam-garam dunia persilatan pasti memiliki penilaian sendiri sebelum mengatakan kalimatnya barusan.
Untuk itu, alih-alih bertanya lebih lanjut, Feng Guang mengangguk. Dengan suara yang lirih karena mencoba menahan kesedihan yang mencuat, Feng Guang berujar, "Namun, ketahuilah Kek, di mana pun aku berada, aku akan tetap merindukan kehadiranmu."
Liu Shin ikut tersenyum sambil mengelus-elus jenggotnya yang putih panjang. Pria senja itu tertawa lepas sebab inilah pertama kalinya Feng Guang terlihat begitu emosional.
Setelah dirasa Feng Guang mulai tenang, Liu Shin kemudian melemparkan sesuatu ke arah Feng Guang. Dengan cepat, Feng Guang langsung menangkap benda yang dikemas kain putih yang dilemparkan Lui Shan.
Kerutan muncul di kening pria itu. "Benda apa ini, Kek?"
“Itu adalah tugas pertamamu.” Lui Shan berujar dengan tenang. Sementara itu, Feng Guang masih mengamati benda dalam genggamannya tanpa berani membuka. "Surat itu harus kau serahkan kepada seorang pendekar yang bernama Yu Zui.”“Yu Zui?”“Hem. Yu Zui adalah pendekar yang memiliki hubungan baik dengan Le Tu Hua dan orang-orang yang sudah menghancurkan desamu.”Duar!!Seperti tersambar petir, eskpresi Feng Guang lantas berubah keras. Nampak di wajahnya sekarang aura kemarahan yang begitu membara.Jika Yu Zui adalah orang yang sama dengan orang yang telah menghancurkan desanya ... maka sudah sepantasnya Feng Guang membalas dendamnya pada pendekar tersebut.“Aku pasti akan melaksanakan tugas ini dengan baik!”“Kau harus berhati-hati ketika menghadapinya. Fokuskan dirimu, temukan kelemahannya.” Sejenak, Lui Shan memandang wajah Feng Guang. “ Selain itu, jagalah Mustika Naga yang aku berikan kepadamu.”“Tentu, Kek!” jawab Feng Guang.Ia paham, jika Mustika Naga itu adalah benda berharga yang
Tidak sampai di situ, Feng Guang juga menemukan keanehan lain saat ia berkeliling ke sudut desa yang lain. Pakaian, jubah-jubah yang dikenakan warga mengingatkannya pada peristiwa masa lalu. “Baju mereka ... kenapa mirip dengan orang-orang dari Sekte Iblis Merah?” kata Feng Guang bergumam. Kemudian, ia terkejut sendiri dengan pemikirannya. Kalau saja benar, maka bukan tidak mungkin jika sekte itu telah membangun ulang desa Shengcun menjadi tempat tinggal mereka. Ada perasaan jemawa untuk sesaat. Sebab, jika hal itu benar terjadi ... maka hal itu bisa memudahkannya. Jika seluruh orang Sekte Iblis Merah telah menetap di desa ini, Feng Guang tidak perlu mencari-cari dalang peristiwa penyerangan di masa lalu. Hanya saja, kening pria itu kembali mengerut dalam setelahnya. ‘Tidak. Mereka pasti memiliki maksud lain! Aku tidak boleh gegabah!’ Rasa penasaran Feng Guang membawa ia terus mengitari desa. Anehnya, seluruh warga yang ditemuinya terlihat begitu ketakutan dan seolah menghindar
Di dalam rumah makan, gadis cantik yang terus memperhatikan Feng Guang tiba-tiba tertawa lepas. Feng Guang pun tampak heran melihat sikap gadis berparas cantik yang duduk tidak jauh darinya. “Kau kenapa? Apakah ada yang lucu dalam penampilanku?” “Tidak! Aku hanya mentertawakan tiga orang tadi,” jawab gadis itu sambil tersenyum-senyum. Kening Feng Guang mengerut. “Memangnya kenapa dengan mereka?” “Mereka takut padamu.” Merasa informasi itu bukanlah hal baru—sebab semua orang di sini memang terlihat takut padanya, Feng Guang pun memutuskan untuk bersikap tak acuh lagi. Ia menghabiskan makanan, lalu bergegas meninggalkan tempat makan usai membayarnya. Ketika Feng Guang baru mencapai pintu, gadis tadi tiba-tiba kembali berteriak. “Tunggu!” Feng Guang menghentikan langkahnya, si gadis kembali berbicara, “Aku hanya ingin mengingatkan bahwa ketiga pendekar tadi memiliki niat jahat terhadapmu.” Feng Guang merasa aneh, sebab di antara yang lain, hanya gadis itulah yang justr
Feng Guang belum sempat 'bernapas' saat serangan berikutnya datang. Salah seorang pendekar menyabetkan pedang ke arah Feng Guang dan berteriak, "Matilah kau!" Feng Guang mengelak, ia menghindari serangan itu dengan tepat. Kemudian mundur beberapa langkah sambil mempertahankan tatapan ganas pada wajah pendekar itu. "Lawan aku pengecut!" teriak pendekar itu, kesal karena gagal menyarangkan pedangnya di leher Feng Guang. Sementara itu, dua orang pendekar dan dua biksu yang tadi menyerang Feng Guang hanya diam saja ketika melihat Feng Guang tengah berhadapan dengan kawan mereka. “Kau telah melakukan tindakan jahat terhadap para pengurus Vihara Sian Ji. Tidak mungkin kubiarkan orang jahat sepertimu bebas berkeliaran di wilayah ini!" Setelah berkata demikian, pendekar itu langsung melakukan serangan terhadap Feng Guang. Ia menghentakkan kaki dan meluncur deras memburu Feng Guang dengan sebilah pedang. Dalam kondisi yang semakin genting, Feng Guang berusaha menghindari serangan-serang
Sikap yang ditunjukkan oleh dua orang biksu dan teman-temannya membuat Feng Guang bisa bernapas lega. Hal itu menandakan bahwa mereka sudah mulai menerima penjelasan yang diberikan yang ia berikan."Perlu kalian ketahui, aku ini putra tetua desa Shengcun yang dibunuh oleh pemimpin Sekte Iblis Merah. Namaku Feng Guang, aku bukan seorang pengecut. Aku mempunyai hubungan dekat dengan para imam dan pengurus Vihara Sian Ji . Tidak mungkin aku melakukan tindakan mengerikan terhadap mereka."Mereka tercengang mendengar perkataan Feng Guang, mereka benar-benar tidak menduga jika pemuda yang sudah mereka tuduh sebagai pelaku pembantaian adalah seorang putra tetua desa Shengcun yang sangat mereka hormati."Jadi kau ini putra Tuan Guang?""Benar, aku yang berhasil menyelamatkan diri ketika desa Shengcun diserang kelompok Sekte Iblis Merah."Mereka saling berpandangan setelah mendengar penjelasan Feng Guang. Kemudian, salah seorang dari mereka berkata lagi, "Baiklah, kami percaya dengan apa yang
Pagi harinya, ketika matahari baru saja menampakkan diri, Feng Guang dan Jui Shin sudah meninggalkan desa Loksu menuju ke desa Yui.Saat matahari mulai naik, Feng Guang dan Jui Shin sudah tiba di tempat tujuan. Sebelumnya mereka singgah terlebih dahulu di sebuah warung makan yang ada di desa tersebut untuk sekadar makan siang dan beristirahat sejenak.Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kediaman Hong Than. Feng Guang dan Jui Shin mendapatkan informasi tentang kediaman orang yang mereka cari dari sang pemilik warung makan."Semoga saja pemilik warung makan tadi tidak membohongi kita," desis Jui Shin sambil berjalan mengikuti langkah Feng Guang."Ya, aku pun berharap demikian," sahut Feng Guang tanpa menoleh ke belakang.Setibanya di tempat tujuan, mereka tampak bingung sekali, karena di tempat tersebut tidak ada bangunan rumah satu pun."Di mana rumah pendekar itu?" desis Feng Guang menoleh ke arah Jui Shin."Entahlah. Tapi, kata pemilik warung makan tadi, rumah H
Jui Shin merasa khawatir dan sangat cemas terhadap keselamatan Feng Guang. Pasalnya, pendekar yang sedang dihadapi oleh Feng Guang bukanlah pendekar sembarangan.Namun, dengan segenap kepandaian yang dimilikinya Feng Guang dapat menghindari serangan-serangan ganas yang dilakukan lawannya.'Pendekar ini benar-benar sakti, siapa sebenarnya dia?' batin Hong Than.Hong Than tampak frustasi sekali menghadapi Feng Guang. Baru kali ini dirinya merasa kesulitan menghadapi lawan tarungnya, hingga dirinya tampak kelelahan sekali menggempur pertahanan Feng Guang.Melihat lawannya mulai kelelahan, Feng Guang memanfaatkannya dengan baik. Ia tak ingin memberi kesempatan bagi Hong Than untuk dapat bernapas lega.Dengan kecepatan yang sangat luar biasa, Feng Guang kembali melakukan serangan terhadap Hong Than. Ia menggempur Hong Than tanpa jeda. Hingga pada akhirnya, pendekar itu mulai kehabisan tenaga dan berhasil dikalahkan.Hong Than sudah tak dapat bangkit lagi, ia mengalami luka yang sangat para
Suhu Yin menarik napas dalam-dalam, ia tampak semringah sekali mendengar perkataan Feng Guang."Thian sudah merancang semuanya, kau tidak perlu repot-repot mencari pemilik Mustika Naga itu," kata Suhu Yin tersenyum memandang wajah Feng Guang.Feng Guang mengerutkan kening, ia tidak paham dengan kalimat yang diucapkan oleh orang tua yang ada di hadapannya itu. Begitu pula dengan Lei Cuan dan Jui Shin, mereka hanya diam saja menyimak percakapan Feng Guang dengan sang pemilik rumah."Mohon maaf, Tetua. Aku tidak paham dengan apa yang sudah Tetua katakan. Mohon dijelaskan." Feng Guang menangkupkan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badan. Sikapnya benar-benar terpuji, rendah hati dan sangat menghormati orang tua.Suhu Yin tersenyum lebar, lalu berkata, "Apakah kau ini murid Lui Shan?" Suhu Yin balas bertanya dengan memandang wajah Feng Guang.Feng Guang tercengang dan kaget mendengar pertanyaan sang tetua desa seperti itu. 'Tetua desa mengenal Kakek Lui? Ada hubungan apa di anta