Setiap sekolah yang mengikuti Kompetisi Tujuh Sekolah, membagi perwakilan mereka menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok atlit. Kelompok yang akan terjun langsung ke lapangan untuk berkompetisi melawan atlit dari sekolah lainnya.
Kelompok kedua adalah kelompok analisis. Kelompok yang bertugas untuk menganalisis pergerakan atau rencana lawan. Berbeda dengan kelompok atlit. Kelompok analisis berada di sebuah tenda yang sudah di siapkan oleh panitia acara. Jarak antara tenda satu dengan tenda yang satunya diatur cukup jauh, supaya tidak ada anggota kelompok yang curang. Tenda-tenda itu dilengkapi oleh sebuah komputer yang akan menayangkan siaran atlit mereka yang sedang berkompetisi. Dan sebuah papan tulis besar yang bisa digunakan untuk mengatur rencana atau menuliskan hal-hal penting.
Kelompok ketiga adalah kelompok teknisi. Kelompok yang bertugas untuk memperbaiki atau mempercanggih alat yang akan digunakan oleh para atlit dari sekolah mereka masing-m
Vedora menatap secara saksama Arasha yang terbaring lemas di kasur ruang perawatan. Perempuan itu tadi terhempas ke pinggir arena saat sedang mengikuti kompetisi. Tetapi untung saja, tidak ada cidera yang serius. Cuma ada beberapa luka di tubuh perempuan itu.Karena insiden tadi, beberapa kompetisi diundur. Dan pada atlit diminta untuk istirahat sejenak sambil menunggu instruksi selanjutnya.Jadi karena sekarang tidak ada kompetisi sama sekali, Vedora dan Alyssa bisa menemani Arasha di ruang perawatan sambil memikirkan tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.Arasha adalah senjata andalan mereka. Kalau Arasha sekarang sedang terluka, maka mereka mau tidak mau harus merubah semua rencana awal mereka. Dan itu akan sangat tidak menguntungkan bagi mereka."Tenang, gua masih bisa maju sebagai atlit," cetus Arasha yang mengerti dengan kekhawatiran kedua temannya."Lo nggak boleh bertanding, lo masih terluka. Nanti luka lo tambah parah," uc
Dalfon sudah sangat lelah karena dari tadi ia harus menemani Vedora berkeliling sampai lupa untuk makan malam.Karena sekarang posisinya sudah malam, Dalfon harus istirahat supaya ia bisa bangun lebih awal dan melihat kondisi Ansel yang masih ada di ruangan perawatan.Tadinya Dalfon berencana untuk langsung mandi lalu tidur setelah sampai di kamar penginapan. Tetapi rencananya itu langsung gagal, saat Dalfon melihat ada seorang perempuan cantik sedang duduk di kasurnya sambil menatap ke arah luar jendela.Tanpa harus melihat wajah perempuan itu, Dalfon bisa tau kalau perempuan itu adalah Alice. Karena memang ia sudah sangat mengenal aroma parfum yang dipakai perempuan itu. Ditambah lagi, karena sudah sering berada di sisi Alice, Dalfon sudah sangat hafal dengan lekuk tubuh perempuan itu."Hai, capek, ya?" tanya Alice saat menyadari bahwa Dalfon sudah sampai."Sedikit. Apa tidak masalah kalau Anda ada di kamar saya? Di kamar ini ada kamera pen
Keenan perlahan mulai memasuki kamar Dalfon. Ia sengaja datang pagi-pagi, karena ia tidak mau ada orang lain yang menyadari kedatangannya. Karena kalau sampai ada yang melihatnya, pasti akan menjadi berita yang sangat menghebohkan. Dan pasti rahasia tentang Dalfon yang berada di bawah kekuasaan keluarga Gracia akan terbongkar.Keenan memandang jam tangannya. Ia mengangguk pelan saat melihat jam tangannya menunjukkan pukul 04.00. Ia datang di waktu yang tepat. Karena memang Dalfon selalu bangun sebelum jam empat.Karena lampu kamar Dalfon tidak dimatikan. Keenan bisa melihat Dalfon yang sedang tertidur di samping tubuh Ansel yang masih tertidur pulas.Keenan tidak bisa langsung membangunkan Dalfon dengan suara keras. Karena kalau ia melakukan hal itu, pasti Ansel akan ikut bangun dan melihatnya. Jadi sebisa mungkin Keenan menggoyang-goyangkan tubuh Dalfon tanpa suara sedikit pun.Keenan tersenyum tipis saat melihat tanda-tanda Dalfon akan segera bangun.&nb
Dalfon menatap secara saksama semua orang yang sedang melihat kedatangannya. Sebelumnya ia diberi perintah untuk datang ke ruang rapat. Tetapi ia sama sekali tidak diberitahu tentang apa tujuan Rachel, Gio dan para atlit yang lain mengundangnya.Langkah Dalfon terhenti saat sudah berada di dekat Ansel. Ia menatap ke arah Jingga sambil mencoba untuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Sampai-sampai ia yang bertugas sebagai teknisi diberi perintah untuk bergabung di ruang rapat.Tidak lama setelah kedatangan Dalfon, ada beberapa orang lagi masuk ke dalam ruangan rapat. Tujuh orang. Dan empat dari tujuh orang adalah pemimpin Lima Keluarga Besar.Alice, Vinka, Carles, Volva, Arasha, Alyssa, dan Vedora. Dengan kedatangan tujuh orang itu, membuat Dalfon semakin kebingungan. Pasalnya pertemuan kali ini pasti bukanlah pertemuan bisa. Karena kalau pertemuan ini adalah pertemuan biasa, tidak mungkin para pemimpin datang ke dalam ruangan rapat."Apa ini pe
Semua kompetisi ditiadakan untuk sementara. Bertujuan untuk memberi waktu bagi para murid istirahat dan menikmati keindahan alam yang ada di sekitar tempat kompetisi.Ada beberapa murid yang memilih untuk tiduran di hotel. Dan ada beberapa murid juga yang berjalan bersama menuju puncak air terjun yang letaknya memang tidak begitu jauh dari penginapan.Arasha dan Alyssa juga ikut dalam perjalanan itu. Karena memang jalannya tidak terlalu bergelombang, kursi roda yang digunakan Alyssa bisa dengan mudah mencapai dekat tebing yang di sampingnya ada air terjun.Arasha tersenyum lebar saat menghirup segarnya udara yang ada di sekitar tempatnya berdiri sekarang. Sudah lama sekali ia tidak menikmati keindahan alam seperti ini bersama Alyssa. Jadi sekali ia bisa menikmati keindahan alam bersama sahabatnya itu, ia merasa sangat bahagia.Tetapi kebahagiaan Arasha seketika langsung luntur saat melihat Alyssa tidak memasang ekspresi apa pun di wajahnya. Menandakan bah
Alyssa mengusap kedua tangannya, lalu mendekatkan ke tangannya ke arah api unggun yang ada di hadapannya untuk bisa sedikit menghangatkan tubuhnya yang sekarang sedang basah kuyup.Pandangannya yang tadinya tertuju pada api unggun, sekarang beralih menatap seorang laki-laki yang baru saja memasuki gua tempat ia berada.Laki-laki itu adalah Dalfon. Orang yang tadi menyelamatkannya. Dan orang yang telah membawanya ke dalam gua."Di luar masih hujan deras. Kalau pun lo maksa gua buat ngantar lo kembali ke penginapan, lo bakalan sakit. Jadi lebih baik lo diam di sini sambil nunggu hujannya sedikit reda," ucap Dalfon sambil duduk di seberang Alyssa.Dalfon sendiri sebenarnya sudah tidak nyaman berada di sisi Alyssa. Tetapi ia juga tidak tega untuk meninggalkan perempuan itu sendirian. Jadi ia pilih untuk tetap tinggal bersama Alyssa dan sebisa mungkin untuk membuat dirinya sendiri nyaman.
Vinka semakin cemas saat melihat matahari sudah terbenam seutuhnya. Di depan penginapan, ia sampai saat ini masih menunggu kabar tentang Alyssa yang jatuh dari atas air terjun.Ia sudah mengirim beberapa orang-orangnya untuk mencari keberadaan Alyssa di dekat air terjun. Tetapi sampai sekarang ia belum mendapatkan informasi apa pun.Yang membuatnya semakin cemas adalah kaki Alyssa. Kaki anaknya itu sudah tidak bisa digerakkan lagi. Ia takut anak perempuannya itu bertemu dengan seorang laki-laki yang mempunyai niatan jahat dan memanfaatkan kelemahan Alyssa.Bukan cuma Vinka saja yang cemas akan keadaan Alyssa. Rachel, Arasha, Vedora juga ikut cemas. Mereka berempat ingin sekali kembali ke air terjun untuk mencari Alyssa. Tetapi keinginannya mereka tidak mendapatkan izin dari Vinka. Jadi mau tidak mau mereka menunggu di depan penginapan bersama Vinka sambil berharap ada satu orang yang membawa Alyssa kembali."Ada yang datang," ucap Rachel sambil mena
Vinka duduk manis di sebuah kursi kosong yang ada di samping kiri Alice. Sekarang kondisinya ia, Alice, Carles, dan Nichola sedang ada di sebuah ruangan VIP. Sedang menatap kedua orang yang sedang berdiri di tengah-tengah lapangan.Sebuah acara yang sangat mendadak. Tiba-tiba ada sebuah berita kalau Volva akan bertarung dengan Dalfon. Tentu saja hal itu membuat semua orang langsung kaget. Pasalnya baru kali ini, Volva menantang seorang murid SMA. Dan lebih mengejutkannya lagi, Dalfon menerima tantangannya itu.Bukan cuma mereka berlima yang akan menonton pertarungan itu. Semua murid dari berbagai sekolah juga akan melihatnya.Vinka sendiri tadinya tidak percaya bahwa Volva akan melakukan hal segila itu. Tetapi sekarang dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat Volva dan Dalfon sudah saling berhadapan di tengah-tengah lapangan."Sebenarnya apa yang mereka pikirkan?" tanya Vinka sambil melirik ke arah Alice."Palingan Volva ingin sedikit mengetes kem