Share

A5. Bebas Tanpa Syarat

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2025-08-02 22:27:15

Tertangkapnya Eduardo telah sampai ke telinga Benigno. Benigno murka besar, dia menyerang semua anak buahnya dengan pukulan dan tendangan. Anak buah Benigno hanya dia menerima pukulan dan tendangan dari bos besar mafia penguasa Ciruz. Susah payah Benigno mengatur transaksi itu, akan tetapi transaksi gagal total dan diketahui oleh polisi.

"Sial. Kenapa bisa tertangkap. Eduardo benar-benar bodoh," umpat Benigno.

Benigno berdiri di depan jendela dan menatap ke luar. Di luar sana air berjatuhan, walaupun tidak deras tapi membuat hati jadi galau, terutama Benigno yang saat itu hatinya campur aduk jadi satu. Rasa waswas akan Eduardo membuatnya tidak tenang. Kekhawatiran yang dia rasakan membuat kepalanya terasa sakit. Benigno takut jika Eduardo buka suara dan hancurlah semuanya.

Di sela-sela kebimbangan hati, datanglah Scott. Scott adalah tangan kanan Benigno yang ditugaskan memantau transaksi narkoba. Sedangkan Scott tidak ingin melakukannya sendiri, lantas dia memerintahkan Eduardo. Namun, transaksi gagal dan Eduardo tertangkap. Benigno memanggil Scott dan menyalahkan Scott karena salah memilih orang untuk melakukan transaksi.

"Bodoh. Kenapa kau bisa mengirim si gendut untuk bertransaksi? Anak buah mu kan banyak. Kau bisa mengirim yang lainnya," ujar Benigno sambil melempar kotak tisu yang ada di meja ke muka Scott. Scott hanya diam walaupun hatinya tidak terima diperlakukan seperti itu.

Scott hanya bisa menunduk saat Bos Besar Benigno marah. Benigno bahkan sempat memukul Scott hingga darah keluar dari mulut Scott.

Scott harus bisa menahan amarahnya, bagaimana pun juga Benigno adalah bos besar dari segala gangster. Scott tidak bisa membalasnya, jika dia membalas maka taruhannya adalah nyawanya sendiri.

"Mana tanggung jawab mu, hah?! Kau ku pilih untuk menangani transaksi jual beli narkoba, tapi kali ini justru gagal total. Kau tahu, aku bisa rugi banyak dengan kejadian ini." Benigno menatap Scott. "Scott, tatap mataku sekarang. Kenapa kau selalu menunduk kepalamu?" lanjut Benigno meninggikan suaranya.

"Saya minta maaf atas hal ini. Saya akan mencari dan menemukan siapa orang yang telah mencuri barang itu," tegas Scott.

"Baiklah. Aku memberimu waktu sepuluh hari, jika kau gagal, maka nyawamu yang akan menjadi taruhannya."

Setelah selesai diceramahi oleh Benigno, Scott keluar dari ruangan dan melangkah masuk ke dalam lift sambil menarik dasi yang terpasang rapi di kemejanya.

"Sial. Kenapa si tua itu marah-marah?" Scott menatap dirinya sendiri pada bayangan yang terpantul di pintu lift. "Tapi benar juga apa yang dikatakan si tua itu. Jika Eduardo sampai buka suara, hancur sudah kerja keras ku selama ini. Aku harus bisa menemukan si pelaku yang membawa kabur narkoba. Aku tidak ingin mati sia-sia."

***

Seorang pria tampan dengan rambut gondrongnya yang tidak rapi dan sedikit teracak. Pada bagian depan poninya menutupi mata sebelah kanan hingga menutupi bekas luka di pipi kirinya. Dia melangkah di bawah rintikan hujan sambil menggigit tusuk gigi. Memakai jaket berwarna hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya.

Saat itu hujan rintik-rintik. Pria itu berjalan menyusuri jalanan pasar yang lumayan ramai walaupun air menerjang membasahi semua yang ditemuinya.

Banyak mata yang menatap takut pada sosok pria tampan tersebut. Shin Alex namanya, pria itu tidak banyak bicara. Jika ditanya oleh penjual, Alex hanya diam dan hanya menatapnya tajam. Hal itu membuat Alex terlihat angker dan membuat banyak orang takut padanya. Itulah kenapa Alex tidak punya banyak teman.

Alex berhenti di depan sebuah mobil yang menjual daging sapi. Alex mendekat dan memilih daging yang ingin dia beli. Si penjual daging agak sedikit takut saat melihat tangan Alex serta tatapan mata tajamnya.

"A-anda i-ingin mem-beli apa, tuan?" tanyanya pada Alex yang diam menatapnya tanpa ekspresi.

Alex tidak menjawab dan hanya mengunakan bahasa isyarat. Alex menunjuk tenderloin dan mengacungkan jari telunjuknya. Si penjual sudah paham apa yang dimaksud oleh Alex, akan tetapi si penjual sanksi kepada Alex.

"A-apa k-kau a-kan me-memba-yar-nya?" Si penjual memberanikan diri untuk bertanya.

Saat mendengar itu Alex mengangkat kepalanya dan melirik pada penjual daging, lalu tangan kanannya masuk ke saku depan hoodie-nya.

Melihat hal itu justru si penjual daging ketakutan. "Ti-tidak tuan. Sa-ya akan memberi daging i-ni gratis pa-da anda."

Lagi ... dan lagi. Alex menatap tajam si penjual, lalu dia mengeluarkan tangannya dari saku dan mengangkat tangannya yang memegang uang. Alex menyerahkan uang itu pada si penjual daging dan si penjual daging langsung membungkus kan daging bagian tenderloin, bahkan si pembeli memberikan uang kembalian pada Alex.

"Terimakasih." Alex segera berlalu dari tempat itu.

Alex melangkah pulang dengan tatapan dari para tetangga yang terus menggosipkan dirinya sebagai seorang teroris. Sikap pendiam yang dimiliki Alex serta sorot mata yang tajam membuat Alex terlihat angker dan menakutkan. Alex berdiri di depan sebuah rusun yang bertuliskan 'Toko Gadai' di dekat jendela lantai dua.

***

Danny begitu sangat kecewa dengan hasil sidik jari yang terdapat pada alat setrum kejut listrik itu. Tidak ada sidik jari lainnya selain sidik jari si cungkring yang sekarang satu sel dengan Eduardo. Parahnya lagi Eduardo harus dibebaskan tanpa syarat karena tidak cukup bukti untuk menjebloskannya ke dalam penjara lebih lama. Eduardo dan si cungkring hanya menginap semalam di penjara kepolisian kota Cirruz.

Tentu saja hal itu menjadi kabar baik bagi Benigno dan kabar buruk untuk Kapten Danny yang menangani kasus narkoba. Dia akan lebih lama untuk menangkap Benigno dan antek-anteknya.

Saat Eduardo dibawa keluar dari sel dengan posisi tangan diborgol. Eduardo mulai memprotes pelayanan polisi terhadap dirinya yang tidak bersalah.

"Hei, lepaskan borgol ini. Kalian tidak berhak memperlakukanku seperti ini. Kalian tidak ada bukti kuat untuk menangkap ku jadi lepaskan benda besi yang melilit tanganku ini," titah Eduardo.

Danny yang saat itu berdiri menyandar dinding sambil melipat kedua tangannya di dada serta mulutnya terus melakukan aktivitas mengunyah permen karet menatap Eduardo dan dua anak buahnya yang sedang mengawal Eduardo. Danny menarik napas panjang saat mendengarkan ucapan dari tambun yang sebentar lagi akan bebas. Eduardo menatap Danny dari jarak satu meter sambil tersenyum puas.

"Hei ... apa kau tidak ingin melepaskan ini!?" Eduardo mengangkat kedua tangannya.

Lantas Danny memberi isyarat pada anak buahnya untuk melepaskan borgol yang mengunci kedua tangannya. Setelah borgol terlepas, Eduardo tersenyum smirk menatap Danny. Pria tambun itu melangkah mendekati Danny dan menurunkan kepalanya.

"Kau lihat kepala ini? Tentunya kau masih ingat kejadian malam itu di klub malam?" Eduardo mengangkat kepalanya dan kedua mata Eduardo serta Danny saling beradu pandang. "Dengarkan baik-baik, kau dan semua polisi tidak akan pernah bisa menangkap kamu," lanjut Eduardo lalu berlalu dari hadapan Danny.

"Hei, gendut," panggil Danny.

Panggilan itu membuat Eduardo menghentikan langkahnya dan membalikkan badan berhadapan dengan Danny.

Kedua tangan Danny terangkat untuk merapikan kemeja Eduardo. "Sampaikan pesanku pada bos mu. Sampai ke ujung dunia pun aku akan mencari dan menangkapnya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite   A6. Kena Bullying

    Hari kedua tinggal di Emerland city membuat Zea harus melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitar. Hari itu juga Yura mendaftarkan Zea sekolah dan di hari itu juga Zea langsung masuk sekolah.Hari pertama sekolah, Zea sama sekali tidak mempunyai teman. Tak satu pun anak-anak yang mau mendekati Han Zea dan berteman dengan anak berusia 10 tahun itu.Bagi Zea itu bukan hal baru lagi karena memang seperti itulah yang terjadi. Banyak anak-anak yang tidak mau dekat dengan Zea apalagi berteman. Bahkan seorang sahabat pun dia tidak punya.Di sekolah Zea sering terlihat duduk sendiri, dia lebih sering duduk dan memperhatikan anak-anak lain yang sedang bermain. Lim Yona adalah wali kelasnya, wanita berusia 24 tahun ini melangkah mendekati Zea yang sedang duduk sendiri. Wanita berparah cantik, berkulit putih bersih, dan mempunyai rambut sebahu dengan tinggi rata-rata 165 cm itu mencoba untuk mengajak bicara Zea."Namamu Zea, kan?" panggilnya lembut? Kemudian duduk di samping anak perempuan itu

  • Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite   A5. Bebas Tanpa Syarat

    Tertangkapnya Eduardo telah sampai ke telinga Benigno. Benigno murka besar, dia menyerang semua anak buahnya dengan pukulan dan tendangan. Anak buah Benigno hanya dia menerima pukulan dan tendangan dari bos besar mafia penguasa Ciruz. Susah payah Benigno mengatur transaksi itu, akan tetapi transaksi gagal total dan diketahui oleh polisi."Sial. Kenapa bisa tertangkap. Eduardo benar-benar bodoh," umpat Benigno. Benigno berdiri di depan jendela dan menatap ke luar. Di luar sana air berjatuhan, walaupun tidak deras tapi membuat hati jadi galau, terutama Benigno yang saat itu hatinya campur aduk jadi satu. Rasa waswas akan Eduardo membuatnya tidak tenang. Kekhawatiran yang dia rasakan membuat kepalanya terasa sakit. Benigno takut jika Eduardo buka suara dan hancurlah semuanya.Di sela-sela kebimbangan hati, datanglah Scott. Scott adalah tangan kanan Benigno yang ditugaskan memantau transaksi narkoba. Sedangkan Scott tidak ingin melakukannya sendiri, lantas dia memerintahkan Eduardo. Namu

  • Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite   A4. Hilangnya Barang Bukti

    Acara baku hantam di sebuah night club telah selesai dan polisi telah mengamankan Eduardo. Polisi pun telah menyisiri semua tempat yang ada di night club itu untuk mencari barang bukti, akan tetapi yang ada mereka hanya menemukan seorang yang tergeletak tidak sadarkan diri di ruang ganti."Sial. Kita kehilangan barang bukti," runtuk Danny."Lalu bagaimana, Pak?" "Bawa alat penyetrum itu, siapa tahu ada sidik jari si pelaku," ujar Danny pada anak buahnya."Siap Pak!""Bawa dia sekalian." Danny menunjuk pria yang tergeletak tidak sadarkan diri itu. "Kita kembali ke markas sekarang."Beberapa polisi mengangkat tubuh pria tersebut dan Eduardo juga di bawa ke kantor polisi untuk di interogasi lebih lanjut. Karena bagaimanapun juga antek-antek mereka sangat sulit untuk di tangkap.Lalu di manakah barang buktinya?✒✒✒Sebuah mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan rata-rata, membela jalanan ibukota. Tampak dua orang yang ada di dalam mobil itu tertawa keras."Kita berhasil membawanya."

  • Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite   A3. Transaksi Narkoba

    Ciruz City, 11.45 pm.Malam semakin larut, sebuah klub malam di kota Ciruz justru malah semakin ramai. Salah satu klub yang memang sudah diincar oleh polisi. Klub itu sering sekali dijadikan area jual beli narkoba dan tempat mangkalnya para teroris beserta antek-anteknya.Han Yura adalah salah satu wanita panggilan yang sedang bersenang-senang di klub malam tersebut. Dia datang bersama seorang gembong narkoba. Namun, kekasihnya Peter ikut serta berada di klub malam tersebut.Floor dance dipenuhi dengan orang-orang yang sedang berdansa, gemerlap lampu mengikuti alunan musik membuat semua yang ada di lantai dansa menikmatinya. Han Yura wanita yang mempunyai postur tubuh seksi dengan tinggi 165 cm itu menikmati kebersamaannya dengan Eduardo.Gemerlap kelap kelip lampu disko menambah suasana semakin erotis. Berbeda dengan keadaan di luar klub malam tersebut. Di luar tampak sebuah mobil van berwarna putih berisi empat orang polisi sedang memantau keadaan tempat itu, beberapa di antaranya s

  • Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite   A2. Toko Gadai

    Delapan Tahun Kemudian.Sorot mata tajam dengan wajah datar tanpa ekspresi menatap seorang wanita. Wanita yang umurnya sekitar 55 tahun itu tampak terlihat takut pada sosok pria dengan potongan rambut sedikit gondrong.Pria itu menundukkan kepalanya dan menatap deretan roti yang ada di depannya. Dia berdiri di sana sudah lama, kurang lebih 15 menitan.Entah apa yang dicari pria itu. Padahal di sana banyak pilihan cemilan. Pria tampan itu bernama Alex. Dia tidak memperlihatkan ekspresi ramahnya, hanya sesekali melirik wanita si pemilik toko."Jika kau tidak ingin membeli daganganku. Silakan kau pergi dari tokoku. Kau membuat pelanggan ku ketakutan dan tidak ada yang berani datang kemari," keluh wanita itu.Alex mengangkat kepalanya dan menatap wanita tersebut, lalu Alex kembali menundukkan kepalanya."Aku beli dan membayarnya!" Alex mengangkat sebuah roti berbentuk panjang, lalu dia meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja.Saat Alex berlalu dari sana, ada dua orang pemuda yang d

  • Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite   A1. Game Over

    Alex berteriak mengeluarkan beban pikiran yang ada. Alex seperti menyesali dengan nasib yang tengah menimpa dirinya. Rasanya hidupnya tidak berarti lagi tanpa sosok seorang Reyna, tapi bagaimana pun juga Alex harus tetep melanjutkan hidupnya dengan atau tanpa Reyna. Jalan hidup Alex masih panjang. Namun, ada kalanya manusia punya rasa jenuh yang menghinggapi setelah mengalami kejadian yang membuatnya trauma."Bodohnya aku telah menghilangkan dua nyawa yang tidak berdosa," ujarnya terlihat menyesalinya.Penyesalan yang mungkin tidak bisa dia tembus sampai kapan pun bahkan dia sampai tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Orang yang dia sayangi telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.Sosok menakutkan yang ada dalam diri Alex saat itu sirna. Dia menjadi pria cengeng yang setiap waktu selalu menitihkan air mata saat teringat akan kejadian itu.Terpukul berat? Ya. Mungkin itu yang sedang Alex rasakan. Yang pasti tentunya dia bisa melindungi mereka, tapi ternyata Alex sendiri juga h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status