Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 111. Sisa Ambisi.

Share

Bab 111. Sisa Ambisi.

Author: Ine Time
last update Last Updated: 2025-05-30 11:17:11
Embun belum mengering, tetapi pagi di istana sudah terlalu mencekam karena kejadian semalam. Langkah kaki sang menteri—Lu Jinhai terdengar tergesa melewati lorong menuju kediaman Permaisuri Agung.

Begitu tiba di paviliun permaisuri, dua pelayan membuka pintu, dan sang menteri segera masuk tanpa menunggu aba-aba.

Wei Junsu berdiri di depan jendela besar yang terbuka lebar. Rambutnya sebagian terurai, selendang tidurnya masih tergantung di bahu. Bukan penampilan resmi seperti biasanya. Bahkan, ia belum berganti pakaian sejak malam.

“Bagaimana?”

Suara Wei Junsu meledak bahkan sebelum menteri itu sempat membungkuk.

“Yang Mulia ....”

“Jawab aku sekarang! Apa Kaisar akhirnya menjatuhkan hukuman pada Pangeran Mahkota?”

Jinhai menelan ludah. “Yang Mulia, ini lebih buruk dari hukuman. Para bangsawan dan pejabat meminta agar status Pangeran Mahkota dicabut. Bahkan Menteri Xi juga Kasim Hong Li mendukung penggantian penerus tahta.”

“Apa?” Wei Junsu mendekat cepat, matanya membara
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 112. Batas yang Dilanggar.

    Ketika Jiali tiba di paviliun sang ibu mertua, Qiongshing sedang duduk di kursi rotan di tepi paviliun, mengenakan mantel tipis dan syal wol yang dililit longgar di lehernya. “Ibu?” Qiongshing menoleh, hendak berdiri, tetapi Jiali lebih dahulu menghampiri. “Kau datang bersama Yuwen'er?” Jiali menggeleng. “Pagi-pagi sekali Yuwen pergi bersama Tuan Kasim. Ibu, aku datang membawakanmu teh hangat.” Xiumei membungkuk pelan, lalu menyodorkan baki. Cawan porselen telah diisi teh. Qiongshing menerimanya, lalu tersenyum. “Terima kasih.” Untuk sesaat tak ada percakapan. Kicau burung dan deru angin lembut menjadi satu-satunya suara yang menyertai pagi itu. Sampai akhirnya Qiongshing meletakkan gelasnya dan menatap Jiali. “Kapan kalian akan pergi? Ibu rasa, Yuwen'er sedang mempersiapkan segalanya.” Jiali tidak langsung menjawab. Ia telah mendengar segalanya dari Yuwen. “Ibu, pergilah bersama kami,” pinta Jiali walau ia tahu Qiongshing tidak akan mau meninggalkan sang kaisar. Qiongshing

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 111. Sisa Ambisi.

    Embun belum mengering, tetapi pagi di istana sudah terlalu mencekam karena kejadian semalam. Langkah kaki sang menteri—Lu Jinhai terdengar tergesa melewati lorong menuju kediaman Permaisuri Agung. Begitu tiba di paviliun permaisuri, dua pelayan membuka pintu, dan sang menteri segera masuk tanpa menunggu aba-aba. Wei Junsu berdiri di depan jendela besar yang terbuka lebar. Rambutnya sebagian terurai, selendang tidurnya masih tergantung di bahu. Bukan penampilan resmi seperti biasanya. Bahkan, ia belum berganti pakaian sejak malam. “Bagaimana?” Suara Wei Junsu meledak bahkan sebelum menteri itu sempat membungkuk. “Yang Mulia ....” “Jawab aku sekarang! Apa Kaisar akhirnya menjatuhkan hukuman pada Pangeran Mahkota?” Jinhai menelan ludah. “Yang Mulia, ini lebih buruk dari hukuman. Para bangsawan dan pejabat meminta agar status Pangeran Mahkota dicabut. Bahkan Menteri Xi juga Kasim Hong Li mendukung penggantian penerus tahta.” “Apa?” Wei Junsu mendekat cepat, matanya membara

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 110. Melepas Mahkota.

    Angin pagi belum sempat merontokkan embun ketika ruang kerja Kaisar Tao sudah penuh akan bisik-bisik. Lampu minyak masih menyala, menandakan pertemuan itu dimulai bahkan sebelum sinar matahari menyentuh ubin halaman istana.Kaisar Tao duduk tegak di kursi giok hitam berukir naga. Di sisi kanan, Kasim Hong Li berdiri tenang. Di sisi kiri, Menteri Xi menunduk dengan tangan tergenggam di depan dada.Di hadapannya duduk beberapa pejabat yang menunduk dalam termasuk Yuwen yang sedari tadi ikut bungkam.“Putra Mahkota,” ucap Menteri Xi akhirnya membuka suara, “telah mencoreng nama baik istana. Beliau menyerang pelayan, mendorong selir agung, bahkan mengangkat pedang pada Paduka sendiri.” Menteri Xi berjalan ke bagian depan lalu menunduk dalam. “mohon dijatuhkan hukuman setimpal yang akan membuat pelajaran bagi seluruh rakyat tanpa memandang status.”Seketika udara di ruangan itu terasa lebih berat. Tidak ada satu pun suara berani bersuara.Kaisar Tao tidak langsung menjawab. Matanya menata

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 109. Lebih Baik Menjadi Sampah.

    Malam kembali sunyi. Aroma dupa dan arak pengantin belum hilang sepenuhnya dari kamar mereka, tetapi malam tak memberi ketenangan seperti yang dibayangkan.Yuwen terlebih dahulu masuk ke kamar, meletakkan sabuk pedangnya di atas meja, melepaskan jubah luarnya lalu duduk di tepian ranjang. Jiali ikut melepaskan jubah luar lalu ikut duduk di samping Yuwen.“Kau ingin makan sesuatu?” tanya Yuwen pelan, tangannya merangkul Jiali yang langsung menyandarkan kepala ke bahu Yuwen.“Tidak,” Jiali menarik napas panjang, “Yuwen, aku minta maaf,” lanjutnya.“Maaf?”Jiali mengangkat kepalanya dari bahu Yuwen. “Tentang tusuk konde itu. Setelah hubungan pertunangan kami dibatalkan dan aku dijodohkan denganmu, aku memang tidak mau menyimpan barang-barang pemberiannya, tapi ….”“Tapi?”“Aku tidak mau membuang barang-barang itu. Bukan karena ada kenangan di dalamnya, tapi barang-barang itu masih layak digunakan. Bukan sampah.”“Aku mengerti.”“Aku memberikan tusuk konde itu pada Hui Fen sebagai kenang-

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 108. Malam Di Ujung Pedang

    Kamar pengantin malam itu tidak megah, tidak terbalut tirai merah, tidak ada lentera kertas berhiaskan doa panjang. Hanya ada meja bundar kecil di tengah ruangan. Sepasang pengantin telah duduk dalam debar jantung yang sama.Pintu terdengar diketuk, Jiali dan Yuwen menoleh. Perlahan pintu terbuka. Shu Qiongshing masuk lebih dulu, mengenakan pakaian berwarna hijau pucat. Di belakangnya, Hui Fen membawa baki, dan Xiumei berjalan paling belakang sambil menunduk malu-malu.“Maaf kalian menunggu lama,” ucap Qiongshing dengan senyum yang lembut.Jiali hendak berdiri, tetapi Qiongshing memberi isyarat untuk tetap duduk. “Kami hanya membawa tradisi kecil yang tidak boleh dilewatkan,” lanjut Qiongshing.Hui Fen meletakkan baki di meja. Di atasnya, dua cawan kecil dari tembikar porselen terukir awan dengan bunga plum saling bersisian. Arak dalamnya hangat, uapnya masih naik pelan. Di dalam baki juga terisi satu piring kecil berisi kurma serta buah kastanye sebagai lambang harapan akan keturuna

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 107. Pulang Bersama.

    Kereta-kereta kekaisaran berderet rapi. Kain penutupnya dihiasi lambang phoenix dan naga. Walau tanpa pengawalan ketat, semua yang melihat tahu kalau mereka adalah rombongan resmi istana.Han Dunrui berdiri di depan rumahnya. Ada kesedihan bercampur bahagia yang tidak bisa disembunyikan.Jiali mendekat, lalu berlutut perlahan di hadapan ayahnya. Tangan Dunrui langsung terangkat, berusaha menahan, tetapi tidak berhasil membuat Jiali bangkit dari penghormatan terdalam untuknya.“Ayah,” ucapnya pelan. “kali ini aku benar-benar akan pulang ke rumah suamiku.”Dunrui menggigit bibir bawahnya, lalu mengangguk dengan mata yang mulai basah. “Ya, pergilah, Putriku.”Jiali bangkit. Dunrui memeluknya pelan, lalu melepaskannya dengan satu helaan napas berat.“Aku pergi, Ayah,”Dunrui kembali mengangguk. “Ya, dan jangan pulang karena sedih lagi. Kalau kau pulang nanti, pulanglah karena rindu dan ditemani suamimu.”Jiali mengangguk. “Iya, Ayah.”Di belakang mereka, Lien Hua mendekat sambil menggande

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status