Beranda / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 121. Kau Akan Kembali, Bukan?

Share

Bab 121. Kau Akan Kembali, Bukan?

Penulis: Ine Time
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-15 22:11:29

“Di mana Xiumei? Kenapa dia belum kembali juga?” tanya Jiali tanpa tahu siapa yang akan menjawab.

Jiali kembali menoleh ke arah jalanan. Pagi ini tidak seperti biasanya. Jiali terbangun bukan karena Xiumei yang membangunkannya, tetapi karena memang cahaya matahari telah cukup tinggi hingga bisa masuk melalui celah-celah jendela.

Langkah kaki pelan terdengar dari arah luar. Jiali menoleh cepat. “Xiumei?” panggilnya, dan benar, sosok gadis itu muncul di ambang pintu sambil menunduk dalam. “Kau terlambat. Kau tidak membangunkan aku. Apa terjadi sesuatu?” tanya Jiali cemas karena wajah Xiumei tampak lebih pucat dari biasanya.

Xiumei menggeleng lalu pelan-pelan meletakkan baki sarapan di atas meja kecil. “Maaf, Nyonya, tadi pagi-pagi sekali hamba pergi ke gerbang utama terlebih dahulu.”

“Gerbang utama? Untuk apa?”

“Nyonya … ada pesan dari Tuan Besar.”

“Pesan? Dari ayahku?”

Xiumei mengangguk. “Hamba tidak yakin kalau Tuan Besar yang meminta pelayan untuk menyampaikan pesan ini. Hamba rasa,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 125. Skenario yang Tidak Aku Setujui.

    Burung-burung di dahan pohon pir di halaman kediaman Han tidak berkicau pagi itu. Seolah larut dalam kesedihan yang belum Jiali sadari.Di dalam kamar utama, Jiali duduk di sisi ranjang ayahnya, sementara embusan napas Han Dunrui terdengar berirama. Terlalu berirama untuk seseorang yang katanya sedang demam tinggi.Jiali menatap wajah ayahnya yang tampak terpejam. Dahi Dunrui tidak lagi berkeringat. Bahkan bibirnya tampak kembali merah, tetapi anehnya demam sang ayah belum turun “Ayah, sebaiknya kita panggil tabib kerajaan. Aku rasa suamiku akan mengijinkan salah satu tabib istana memeriksa ayah.”“Ti-tidak, Putriku. Ayah tidak mau merepotkan menantu Ayah.”“Tidak, Yuwen tidak akan keberatan. Ayah, aku bingung, demam Ayah turun bila dikompres seperti ini, tapi tidak lama, Ayah akan demam lagi.”“Ayah sudah tua. Mungkin memang perlu waktu lebih lama untuk sembuh,” kilahnya terbatuk sekali.Jiali menarik napas dalam-dalam lalu menoleh ke arah pintu. “Kenapa Xiumei lama sekali? Aku hany

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 124. Mahkota Tidak Bisa Berpihak.

    Udara lembap bercampur bau darah menyambut Kasim Hong saat ia melangkah masuk ke ruang tahanan terdalam istana.Di sel kiri, Junsu duduk diam. Wajah pucat serta rambutnya yang berantakan, sekilas membuat semua orang sulit percaya kalau ia adalah seorang Permaisuri Agung.Bagian bajunya yang robek memperlihatkan luka-luka lebam bekas cambukan, sebagian membiru, sebagian lagi menghitam. Sesekali ia tampak memejamkan mata, entah apa yang saat ini ia pikirkan.Junsu menoleh ke sel yang berada di sebelahnya. Suara tangis Qiongshing tidak lagi membuatnya lega. Ia juga tidak penasaran tentang penyebab wanita kesayangan suaminya itu berada dalam posisi yang sama dengannya.Sementara di hadapannya, seseorang yang dulu pernah menjadi salah satu pesaing terberat dalam memperebutkan tahta tampak tidak kalah menyedihkan. Tubuhnya dipaksa tetap berdiri. Kedua tangan diikat ke atas oleh rantai besi. Luka di pipi kirinya masih mengalir perlahan. Darah menodai bagian bahu dan dada dari pakaiannya ya

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 123. Duka dalam Kudeta.

    Tubuh Lien Hua dalam pelukannya semakin dingin, napasnya pelan, nyaris tidak terdengar. Yuwen mendekapnya erat hingga dahinya menempel pada puncak rambut adiknya.Tangan Lien Hua terangkat perlahan, menyentuh pipi Yuwen dengan jemari yang bergetar. “Gege, ma-maaf.”Tangan Lien Hua jatuh terkulai sebelum Yuwen menangkapnya, bersamaan dengan hembusan napas terakhir yang terputus di tenggorokan.“Lien Hua!” Yuwen mengguncang tubuh adiknya perlahan. “Lien Hua! Buka matamu, Lien Hua!”Tidak ada jawaban. Hening. Senyap. Bagi Yuwen, dunianya berhenti berputar.Qiongshing merangsek masuk. Kakinya hampir tersandung bebatuan, tetapi ia terus maju hingga berlutut tepat di sisi Lien Hua. Tangannya gemetar saat menyentuh tubuh putrinya yang bersimbah darah. Tangis Qiongshing meledak.“Tidak, Lien Hua, bangun! Lien Hua! Anakku! Bangun!”Qiongshing mendongak. Matanya bertemu dengan Yuwen. Tidak ada amarah, hanya ada rasa bingung bercampur kesedihan mendalam yang terlalu sulit untuk bisa diucapkan.Y

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 122. Runtuh Dalam Pelukanku.

    Roda kereta berhenti perlahan di pelataran kediaman Han. Jiali turun tergesa-gesa, bahkan ia mengabaikan bantuan dari Xiumei dengan langsung berlari menuju kamar Dunrui. Di dalam kamar, Dunrui diam sejenak menatap pelayan yang sedang menggenggam ujung kantong plastik berisi air panas. “Kau dengar itu? Sepertinya putriku sudah tiba. Ayo, cepat!” titahnya kemudian berbaring. Sang pelayan meletakkan plastik berisi air panas di dahi Dunrui selama beberapa detik, lalu menyembunyikannya kembali ke balik pakaiannya setelah menarik selimut Dunrui hingga menutupi leher. “Di mana ayah?” tanya Jiali cemas pada penjaga di depan kamar. “Di dalam, Nyonya. Tabib belum tiba, tapi Tuan masih demam tinggi.” Jiali masuk. Langkahnya terhenti melihat ayahnya di atas ranjang kayu rendah. Han Dunrui berbaring dengan tubuh terbungkus selimut tebal. Wajahnya merah. “Ayah!” Dunrui coba membuka sedikit matanya, tetapi tetap diam. Jiali mendekat lalu menyentuh dahi ayahnya kemudian tersentak. “P

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 121. Kau Akan Kembali, Bukan?

    “Di mana Xiumei? Kenapa dia belum kembali juga?” tanya Jiali tanpa tahu siapa yang akan menjawab.Jiali kembali menoleh ke arah jalanan. Pagi ini tidak seperti biasanya. Jiali terbangun bukan karena Xiumei yang membangunkannya, tetapi karena memang cahaya matahari telah cukup tinggi hingga bisa masuk melalui celah-celah jendela.Langkah kaki pelan terdengar dari arah luar. Jiali menoleh cepat. “Xiumei?” panggilnya, dan benar, sosok gadis itu muncul di ambang pintu sambil menunduk dalam. “Kau terlambat. Kau tidak membangunkan aku. Apa terjadi sesuatu?” tanya Jiali cemas karena wajah Xiumei tampak lebih pucat dari biasanya.Xiumei menggeleng lalu pelan-pelan meletakkan baki sarapan di atas meja kecil. “Maaf, Nyonya, tadi pagi-pagi sekali hamba pergi ke gerbang utama terlebih dahulu.”“Gerbang utama? Untuk apa?”“Nyonya … ada pesan dari Tuan Besar.”“Pesan? Dari ayahku?”Xiumei mengangguk. “Hamba tidak yakin kalau Tuan Besar yang meminta pelayan untuk menyampaikan pesan ini. Hamba rasa,

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 120. Langkah yang Tidak Bisa Kembali.

    Lonceng istana berdentang enam kali. Di pelataran luar aula pemakaman, pasukan pengiring dari Negeri Zijian berdiri membentuk formasi memanjang, bendera putih dengan lambang matahari bersulam emas tertiup angin pagi.Peti mati Permaisuri Sun Li Wei dibalut kain sutra putih dari ujung ke ujung, ditandu oleh delapan prajurit berpakaian resmi Negeri Zijian. Di belakangnya, berdiri tegak Putra Mahkota Zeming.Kasim Hong berjalan di sisi iring-iringan, memberi aba-aba agar jalur dari paviliun hingga gerbang utama dibersihkan. Tak ada musik pengantar. Tak ada ratapan keras. Hanya langkah kaki para prajurit dan desau angin yang menjadi iringan pemakaman putri bangsawan yang jauh dari tanah kelahirannya.Yunqin berdiri di tangga utama, mengenakan jubah duka. Ia tidak turun mengantar jenazah istrinya, tetapi matanya terus menatap peti yang kini menjauh.Zeming sempat berhenti tepat di bawah tangga. Ia menengadah menatap Yunqin dengan dingin dan akhirnya Yunqin berkata, “Aku harap Negeri Zijian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status