Home / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Sankala / Masa Depan dan Masa Lampau yang Bertabrakan

Share

Masa Depan dan Masa Lampau yang Bertabrakan

last update Last Updated: 2023-10-16 03:17:05

Setelah berjalan cukup jauh gadis cantik bernama lengkap Aria Dyah Sadya ini menghentikan langkahnya karena melihat segerombolan prajurit dengan obor di tangannya seperti sedang mencari sesuatu. Aria menarik Rindra menuju semak-semak dan bersembunyi di sana.

"Jangan berisik!" Ujar Aria pada Rindra yang belum sempat bertanya ada apa.

"Sepertinya mereka sedang mencari sesuatu." Aria menunduk dan mencoba melihat aktivitas para prajurit tersebut. Kemudian dari kejauhan terlihat seorang wanita tua yang turun dari kereta kuda ia didampingi oleh dua orang pengawal yang memiliki tubuh kekar.

Aria tahu siapa wanita tua itu, dia adalah Manggala, penyihir kerajaan yang dikenal sadis. Sepertinya Manggala sedang mencari sesuatu.

"Segera temukan, atau posisi kita bisa terancam" Ucap Manggala sambil menghardik para prajurit tersebut.

Aria semakin yakin bahwa ada yang aneh dengan kejadian ini. Sepertinya kitab yang ia temukan di reruntuhan tempo hari memang menunjukan kenyataan. Beberapa hari yang lalu Aria bersama beberapa orang ahli sejarah lainnya sedang melakukan penelitian di reruntuhan kuno yang berjarak cukup jauh dengan istana kerajaan Sankala yang sekarang. Dan tanpa sengaja ia menemuka kitab yang menceritakan kisah legenda hilangnya raja dari kerajaan Sankala 700 tahun yang lalu. Sepertinya ini semua memang saling berkaitan.

Sementara itu Manggala kembali ke kereta kudanya didampingi pengawalnya yang setia. Kemudian mereka meninggalkan tempat tersebut diikuti oleh para prajurit yang sepertinya menyerah mencari di tempat itu.

Setelah keadaan dirasa cukup aman, Aria bersiul pelan, dan tiba-tiba dari kejauhan seekor kuda berwarna hitam legam nan gagah berlari kearah mereka bersembunyi. Aria bangkit dari tempat persembunyiannya. Lalu mereka pergi meninggalkan tempat tersebut menjauh dari wilayah kerajaan Sankala. Rindra yang duduk di depan hanya mengikuti irama langkah kaki kuda gagah yang dikendarai oleh Aria.

Sesampainya di sebuah desa yang jauh dari wilayah kerajaan Sankala mereka berhenti. Aria kemudian mengajak Rindra untuk beristirahat di sebuah bangunan yang cukup megah. Beberapa orang menyambut kedatangan mereka.

"Nona Aria, kenapa baru pulang? Nyonya besar menunggu nona dari tadi dengan cukup gelisah" Ujar seorang lelaki tua dengan pakaian serba hitam.

"Aku terjebak gara-gara jalanan jadi gelap, tolong ganti pakaian anak ini dan bawa ke ruangan tamu" Jawab Aria sambil bergegas menuju sang Ibunda yang sedari tadi menunggu.

Baru saja Aria pergi tiba-tiba Rindra merasa pusing cukup hebat, pandangannya gelap dan tiba-tiba ia terjatuh.

Rindra terbangun di sebuah ruangan besar di mana banyak orang berkumpul dan semua orang bersujud padanya. Mereka tidak berhenti menyebut Rindra dengan sebutan yang Mulia. Rindra melihat sekelilingnya. Beberapa prajurit bersiaga di setiap sisi.

Rindra bangun dari duduknya dan bingung dengan apa yang dilihatnya. Kemudian dari kejauhan sesuatu muncul dengan cahaya yang sangat terang lalu menabrak tubuhnya hingga terpelanting. Ia kemudian bangun tapi di ruangan yang jauh berbeda. Rindra tahu betul itu adalah kamarnya, suara seorang perempuan tua memanggilnya dari lantai bawah.

"Rindra, bangun sudah jam 7 pagi. Nanti kesiangan, sebelum pergi bantu ibu mengantarkan dagangan ibu ke warung sebelah ya" Ujar suara perempuan tua tersebut.

Rindra segera berlari menuruni tangga rumahnya tapi kemudian ia terjatuh dari tangga, kepalanya membentur lantai, ia pusing bukan main, pandangannya gelap dan ia tidak sadarkan diri.

"Rindra, bangun Rindra" Suara perempuan muda membangunkannya dan ia kini terbangun di ruangan yang kembali berbeda, yang benar-benar tidak ia kenali.

"Dimana aku?" Tanya Rindra dengan suara lemah.

"Ini dirumahku, Aria. Kamu ingat aku kan?" Jawab Aria.

"Aria, ya aku ingat, tapi semua ini membuat aku bingung" Ucap Rindra lagi.

Rindra mencoba memahami semua yang terjadi, berarti apa yang dilihatnya tadi di dua tempat yang berbeda merupakan bagian dari mimpinya. Tapi semuanya terasa nyata. Namun kemudian matanya melihat ke seluruh ruangan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari apa yang selalu ia lihat selama ini.

"Sebentar, sepertinya aku mulai paham, sekarang tahun berapa?" Tanya Rindra penasaran.

"Sekarang tahun 315 Era Satya" Jawab Aria.

"Era Satya? bukan tahun 2023?" Tanya Rindra lagi.

Aria mengambil sebuah buku dan menunjukannya pada Rindra. Kemudian Rindra mengambilnya perlahan. Ini adalah tekstur yang berbeda. Kertas ini tidak seperti kertas di tahun 2023. Kertasnya kasar. Tapi apakah di tahun 315 orang-orang sudah mengenal kertas. Tiba-tiba muncul banyak pertanyaan di benak Rindra.

"Lalu apakah ini Bumi? Apakah ada mobil? atau teknologi?" Tanya Rindra lagi.

"Teknologi? Bumi? Apa itu?" Tanya Aria penasaran dengan suara menggema di ruangan yang cukup besar ini.

"Begini, bagaimana ruangan ini bisa penuh dengan cahaya, apakah itu lampu?" Tanya Rindra sambil menunjuk ke langit-langit.

"Lampu? semua cahaya di ruangan ini berasal dibuat dengan sihir!" Jawab Aria semakin penasaran.

"Sihir? Begitu rupanya, sekarang aku tidak berada di duniaku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Raja Sankala   Ancaman di Tubuh Sekte Tombak Es

    Rindra melanjutkan perjalanan menuju Sekte Tombak Es, didampingi oleh kedua pendekar bertopeng dari Sekte Kapak Bumi yang kini menjadi sekutu setianya. Salju turun dengan lembut, menciptakan pemandangan yang indah namun menakutkan seiring ketegangan yang terasa di udara.Setelah berhari-hari berjalan, mereka akhirnya tiba di gerbang sekte yang menjulang tinggi di antara puncak-puncak pegunungan yang dilindungi tembok es yang panjang. Seorang penjaga sekte berjaga di depan gerbang, menatap tajam kedatangan mereka."Berhenti di sini, siapa kalian?" tanya penjaga itu dengan suara berat.Rindra melangkah maju, "Aku Rindra, pendekar dari sekte pedang cahaya. Aku datang untuk berbicara dengan pemimpin sekte Tombak Es. Ini adalah misi damai, untuk menyatukan kekuatan melawan Manggala."Penjaga sekte menatap Rindra dengan curiga, tetapi kemudian membuka gerbang setelah melihat kedua pendekar bertopeng dari Sekte Kapak Bumi.“Kenapa yang mulia tidak mengatakan yang sebenarnya?” Tanya salah sat

  • Kembalinya Sang Raja Sankala   Hadangan Dua Pendekar Kapak Bumi

    Rindra memandang puncak pegunungan yang tertutup oleh lapisan salju tebal di kejauhan. Hembusan angin dingin menyapa wajahnya yang penuh tekad. Perjalanan menuju Sekte Tombak Es tidak akan mudah, namun rencana ini harus tetap dilaksanakan demi menyelamatkan kerajaan dari kekuasaan jahat Manggala.Saat Rindra mulai melintasi hutan yang membeku setelah menyebrangi lautan es, dua sosok misterius tiba-tiba muncul di depannya.Dua pendekar bertopeng dengan senjata kapak besar di punggung mereka. Mata mereka menyala dalam kegelapan, menatap tajam Rindra."Jika niatmu buruk, pergilah dari sini, kisanak! Atau kau akan mati sia-sia di tempat ini" ucap salah satu dari mereka dengan suara serak.Rindra tersenyum, "Aku tidak datang dengan niat jahat. Aku sedang dalam misi menyatukan kekuatan dan melawan kegelapan yang mengancam kerajaan."Pendekar bertopeng yang lain bersuara, "Jangan kau kira kami bodoh. Kami adalah utusan dari Sekte Kapak Bumi, dan tugas kami adalah menjaga keamanan dan keadila

  • Kembalinya Sang Raja Sankala   Kebangkitan Sang Raja

    Rindra, yang kini telah kembali dari dimensi kehampaan telah Kembali dalam sosok aslinya sebagai seorang Raja Harindra dengan kekuatan penuhnya, ia disambut oleh sorak sorai para pendekar dan anggota sekte pedang cahaya. Aria, yang tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, berlutut di depan Raja Harindra dengan penuh hormat."Selamat datang kembali, Yang Mulia Raja Harindra," ucap Aria dengan suara gemetar, terharu oleh keberhasilan Rindra dalam menjalani misi di dimensi kehampaan. “Saya kira yang mulia tidak akan Kembali karena sudah lebih dari 3 bulan yang mulia di dalam sana.”Ia tidak sadar ternyata sudah selama itu ia berada di dimensi kehampaan. Padahal yang ia rasakan hanya beberapa jam saja.Raja Harindra, yang kini memiliki ingatan dan kekuatan penuhnya, merangkul Aria dan seluruh pendekar yang hadir di lembah dimensi kehampaan.Karma, ketua sekte pedang cahaya juga, menyampaikan rasa harunya akan kembalinya Raja Harindra.Rindra yang telah menjelma menjadi sosok Raja Harindra

  • Kembalinya Sang Raja Sankala   Lembah Dimensi Kehampaan

    Setelah keadaan benar-benar aman, pria tua tersebut melepaskan lingkaran sihir tersebut. Kemudian ia berlutut dihadapan Rindra sambal menangkupkan kedua tangannya.“Maafkan hamba yang mulia, kami tidak menyadari bahwa anda adalah penjelmaan dari Raja Harindra.”Semua pendekar kaget dengan pernyataan ketua sekte. Kemudian semua orang ikut berlutut.“Perkenalkan saya Karma, salah satu keturunan dari prajurit yang telah melayani yang mulia sejak dulu.”Setelah perkenalan itu, mereka kemudian segera bergegas menuju tanah rahasia di seberang hutan tempat mereka menghadang Aria dan Rindra tadi.Rindra dan Aria disambut dengan sangat ramah dikediaman Karma sang ketua sekte pedang cahaya. Rindra sebenarnya masih belum paham dengan situasinya saat itu.Namun Karma menjelaskan bahwa dirinya adalah keturunan dari salah satu prajurit setia kerajaan Sankala yang pergi meninggalkan kerajaan setelah raja Harindra menghilang dahulu.Satu lagi rahasia tentang Raja Harindra terkuak. Hampir semua pasuka

  • Kembalinya Sang Raja Sankala   Hadangan di Tanah Kuno

    Tidak butuh waktu lama bagi Rindra, Aria, dan kedua pedang setianya, Yudha Amarta dan Dyah Amarta, memasuki tanah kuno yang menjadi kunci untuk menghimpun kekuatan baru. Tanah tersebut dipenuhi oleh aura kuno dan kebijaksanaan yang telah terlupakan seiring berjalannya waktu.Saat mereka menjelajahi tanah kuno, mereka merasakan kehadiran Guardian Kuno yang melindungi rahasia-rahasia yang tersembunyi di sana. Guardian Kuno, berwujud entitas energi yang menyala-nyala, muncul di depan mereka.“Hentikan langkah kalian, tempat ini hanya boleh diakses oleh mereka yang memiliki niat tulus dan tekad yang kuat,” ucap Guardian Kuno dengan suara gemuruh yang bergema di seluruh tanah kuno.Rindra, dengan penuh tekad, menyatakan niatnya untuk melindungi kerajaan dan menyatukan kekuatan baru yang dapat melawan ancaman Manggala. Aria, Yudha Amarta, dan Dyah Amarta juga menyatakan tekad mereka untuk mendukung perjuangan Rindra.Guardian Kuno menguji mereka dengan serangkaian pertanyaan dan tantangan,

  • Kembalinya Sang Raja Sankala   Jebakan Manggala (Pertarungan Melawan Kegelapan)

    Pertempuran di antara prajurit bayangan yang diciptakan oleh roh hewan suci dan pasukan merah berlangsung sengit di tengah hutan. Meskipun jumlah prajurit bayangan lebih sedikit, kekuatan mereka yang berasal dari energi roh dan kebijaksanaan kuno memberikan perlawanan yang tangguh.Saat Rindra, Raja Wijaya, Ratu Sundara, dan Aria melangkah melalui portal menuju istana, mereka merasa getaran energi dari pertempuran yang terjadi di belakang mereka. Namun, mereka harus fokus pada tugas mereka untuk memastikan keamanan kerajaan.Portal membawa mereka ke suatu ruangan tersembunyi di dalam istana yang hanya dapat diakses oleh mereka berempat. Di ruangan itu, Rindra dapat merasakan keberadaan pedang langit yang disembunyikan oleh Raja Wijaya. Namun, untuk membuka pintu rahasia menuju pedang tersebut, mereka harus memecahkan teka-teki kuno yang terukir di dinding.Sementara itu, di tempat pertempuran, prajurit bayangan terus bertahan melawan pasukan merah yang jumlahnya jauh lebih banyak. Set

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status