Share

Bab 1094

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2025-05-03 23:55:49

Di atas lautan yang luas dan sunyi, kapal pesiar mewah itu melayang di atas ombak yang tenang.

Kapal itu terlihat seperti benda asing di tengah kebiruan, tak ada tujuan yang jelas selain mengambang. Di dalam, hanya ada Nathan, yang seakan mengasingkan diri dalam hening yang menyesakkan. Dalam kamar yang sederhana, tanpa hiasan berlebihan, dia duduk bersila.

Setiap tarikan napasnya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya menanggung beban yang jauh lebih besar dari sekadar fisik. “Jika aku bisa mencapai tahap Surga,” pikirnya, memejamkan mata dan merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. "Mungkin aku bisa menyelamatkan ibuku dan Sarah. Jika bukan itu, setidaknya aku bisa menyelamatkan diri sendiri dari kejaran semua orang yang ingin menghabisiku.”

Namun, perjalanan itu tidaklah mudah. Tahap Surga bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap diri sendiri. Setelah mencapai tahap ini, tubuhnya akan terasa abadi, seolah tidak terikat oleh hukum dunia. Namun, seperti sem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1095

    Bajak laut itu mengedipkan matanya kepada yang lain, memberi isyarat untuk memeriksa. Beberapa bajak laut bergegas pergi, melangkah cepat menuju bagian dalam kapal untuk memastikan kebenaran kata-kata awak kapal itu.Setelah beberapa saat, mereka kembali, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya kebosanan yang samar."Memang benar hanya ada satu penumpang di sini," salah satu bajak laut itu melapor, suara datar tanpa emosi.Namun, ketegangan yang ada tak kunjung surut. "Ketua," salah satu bajak laut bertanya dengan cemas. "Apakah kita hanya akan membiarkan mereka hidup begitu saja? Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"Bajak laut dengan tengkorak merah di dadanya mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. "Sial, hanya sedikit orang. Tapi, ini masih lebih baik daripada tak mendapatkan apapun."Dia memutar tubuhnya dengan tidak sabar, menyapu tangan ke udara seperti menepis gangguan kecil. "Bawa mereka semua kembali. Dan soal apa yang akan ter

    Last Updated : 2025-05-03
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1096

    Kapal pesiar itu mulai berlayar ke arah yang tidak jelas, menuju sebuah pulau kecil yang terlihat dari kejauhan. Pulau itu tampak terisolasi, dengan bebatuan gundul yang tersebar, seakan tak ada kehidupan di sana. Namun saat mereka mendekat, bau darah yang menyengat mulai tercium, mengingatkan Nathan pada sesuatu yang sangat buruk.Di atas perahu motor cepat yang membawa mereka ke pulau itu, Nathan merasa ada sesuatu yang salah. Dengan tatapan gelap, dia melihat sekitar, kerangka tulang yang tersebar di tanah, dan yang paling mencurigakan, banyak tengkorak manusia yang tergeletak di sana, tengkorak yang hilang bagian kepalanya. Bau busuk yang menusuk membuat perutnya mual.Langit mendung menggantung di atas Pulau Berlian, pulau yang namanya indah namun menyimpan kengerian yang tak terperi.Nathan berdiri terpaku di depan tumpukan tengkorak yang menggunung. Kaki para awak kapal gemetar hebat, tubuh mereka nyaris roboh, dan hanya bisa disangga oleh rekan-rekannya yang juga gemetaran. Pe

    Last Updated : 2025-05-06
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1097

    "Berhenti di situ," kata Nathan tenang, mengangkat satu tangan. "Kalau kamu tidak bisa membuat orang mati karena takut, kamu bisa saja membuat mereka mati karena bau."Suasana hening sesaat dan Hones membeku. Seumur hidupnya, belum pernah ada orang yang berani berbicara padanya seperti itu. Terlebih lagi soal bau tubuhnya."Dasar bajingan! Kau ingin mati rupanya!" Vriss meraung, melangkah cepat dengan niat menghajar Nathan.Namun baru setengah langkah mendekat, tubuh Vriss tersentak. Aura luar biasa yang memancar dari Nathan menabraknya seperti gelombang tak kasatmata. Tanpa sempat bereaksi, tubuhnya terangkat dari tanah dan menghantam dinding batu. Darah menyembur dari mulutnya, meninggalkan cipratan merah di permukaan batu yang retak.Semua terdiam. Wajah Hones memucat. Vriss bukan sembarangan, kekuatannya hampir setara dengan Hones, seorang puncak. Tapi kini, bahkan menyentuh lawannya pun tidak sempat.Nathan berdiri tak bergeming. Cahaya keemasan mulai merayap dari kulitnya, meman

    Last Updated : 2025-05-06
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1098

    Mereka tiba di sebuah tempat sunyi, di mana bau tanah tercampur dengan aroma kematian. Tanah di situ pernah menjadi kuburan rahasia, berisi mayat dan tengkorak dari korban kekejaman mereka.Dengan tenang, Nathan mengangkat tangannya. Dua bajak laut seketika tersedot ke arahnya seperti diseret oleh kekuatan tak kasat mata. “Gali di sini,” katanya singkat.Kedua bajak laut itu saling berpandangan dengan bingung, lalu melirik ke arah Hones, menanti perintah. Namun keraguan mereka justru menjadi hukuman.PLAK!CRAACK!Dengan satu kibasan ringan dari Nathan, kepala mereka meledak, darah menyembur ke tanah seperti bunga merah berduri. Suasana seketika sunyi mencekam.“Kalian berdua! Giliran kalian, atau ….”Tanpa sepatah kata, dua bajak laut lainnya segera menggali dengan tubuh gemetar. Tak butuh waktu lama, mayat-mayat mulai bermunculan. Ada tulang belulang yang terkubur setengah, bahkan beberapa tengkorak kecil milik anak-anak. Udara mendadak membeku, seolah kematian menari di sekitar mer

    Last Updated : 2025-05-07
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1099

    Wajah Hones memucat, dia menggertakkan gigi, lalu menekan telapak tangannya ke kepala siluman. Mata monster itu membara, ekor panjangnya mencuat dari air, lalu menyapu ke arah Nathan.BANG!Serangan dahsyat itu menghantam Nathan, melemparkannya sejauh puluhan meter ke belakang. Tubuhnya melayang di atas air, lalu menghentak permukaan laut. Ombak menggulung, dan sejenak tiba-tiba terdiam.Tapi ketika kabut mengendap, Nathan sudah berdiri kembali. Tubuhnya tak bergeming. Darah mengalir di bibirnya, namun matanya tetap dingin dan penuh murka. Dia tahu makhluk ini bukan siluman biasa. Itu hewan spiritual kelas atas, kekuatannya setara dengan sosok penguasa ingras tingkat akhir. Namun, kelemahan monster seperti ini jelas, mereka tak punya pikiran, hanya kekuatan dan tanpa strategi.Di seberang, Hones mulai tertawa getir. “Kau hebat di darat, Nathan! Tapi ini bukan medanmu! Di laut, kekuatanmu berkurang! Dan siluman ini, dia adalah dewa laut. Kalau kau menyerah sekarang, aku akan—”“Kau aka

    Last Updated : 2025-05-07
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1100

    Waktu berlalu. Hari-hari damai di Pulau Berlian bagaikan embun pagi, tenang, namun sementara.Dalam setengah bulan, dunia bela diri di benua utama mulai melupakan nama Nathan. Forum-forum kultivasi mulai sunyi, hanya meninggalkan bisik-bisik samar tentang pembunuh siluman laut yang hilang tanpa jejak.Namun, kekuatan Nathan justru melonjak.Tingkatan dari penguasa Ingras tingkat akhir kini telah menjadi miliknya—Tahap Langit dalam Kultivator. Aura tubuhnya telah berubah. Dia tidak lagi hanya manusia dengan pedang dan amarah, dia telah menjadi noda cahaya di tengah kehampaan. Langkahnya tak terdengar, tapi setiap gerakannya mengguncang medan spiritual sekitarnya.Jika diberi waktu, Nathan yakin, dia akan mencapai tahap Villain atau setara dengan Tahap Surga. Dan dengan itu... memasuki Jiwaraga, tingkat suci yang menjanjikan keabadian.Tapi saat langit terlalu tenang, badai akan datang. Hari itu, matahari menggantung rendah di langit. Sentinel sedang duduk di halaman, mengenakan pakaian

    Last Updated : 2025-05-08
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1101

    Dan saat dia berlayar menuju laut, jauh dari kota yang penuh dengan persekongkolan ini, di dalam sebuah kamar hotel, sebuah pesan telah sampai ke telinga Darwin."Ketua," seorang murid dari organisasi Fushi bergegas mendekat, wajahnya tegang dan cepat berbicara. "Sentinel telah menaiki kapal dan berlayar. Sepertinya dia pergi mencari Nathan."Darwin menatapnya sejenak, pikirannya berputar. Matanya menyipit, menimbang perkataan muridnya dengan hati-hati. "Ya," jawabnya dengan suara rendah namun penuh ketegasan. "Tidak disangka Nathan cukup cerdas, tahu cara bersembunyi di laut. Itulah sebabnya kita tak dapat menemukannya selama ini."Ada kilatan sinis di mata Darwin. Dia melangkah ke jendela, menatap keluar ke kota yang sibuk, namun pikirannya melayang jauh, menuju jauh lebih dalam, ke dalam kekuatan yang lebih gelap dan lebih kuat dari sebelumnya."Sekarang, mari kita pastikan saja. Kalau dia ingin bersembunyi di laut, kita akan membuatnya terperangkap di sana."Darwin kemudian membuk

    Last Updated : 2025-05-08
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1

    Bandara Internasional Northen.Kota Northen Vale.Sosok pria yang mengenakan kaos dan celana jeans hitam berjalan turun dari dalam pesawat, pria itu memakai masker untuk menutupi wajahnya dan menyeret sebuah koper yang sudah usang. Penampilannya sangat sederhana, hal itu membuatnya terlihat sangat mencolok di antara orang-orang yang berlalu lalang."Ah …. Setelah lima tahun …."Nathan Sykes, yang telah mendekam di penjara selama lima tahun, akhirnya bebas dengan hasil remisi yang dia dapatkan. Pria itu menghirup udara segar yang sudah lama tidak dia dapatkan. Dia dipenjara di sebuah pulau terpencil bernama Pulau Mistik, sebuah hukuman yang seharusnya tidak dia dapatkan."Ma …. Setelah lima tahun, aku akhirnya bisa melihatmu," Nathan berjalan seraya menyeret koper usangnya keluar dari bandara.Kring~~Saat sedang berjalan, tiba-tiba ponselnya berbunyi.[Tuan, apakah Anda sudah sampai?]Terdengar sebuah pertanyaan yang lantang dari ujung panggilan telepon itu, membuat Nathan menjawab. "

    Last Updated : 2023-12-27

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1101

    Dan saat dia berlayar menuju laut, jauh dari kota yang penuh dengan persekongkolan ini, di dalam sebuah kamar hotel, sebuah pesan telah sampai ke telinga Darwin."Ketua," seorang murid dari organisasi Fushi bergegas mendekat, wajahnya tegang dan cepat berbicara. "Sentinel telah menaiki kapal dan berlayar. Sepertinya dia pergi mencari Nathan."Darwin menatapnya sejenak, pikirannya berputar. Matanya menyipit, menimbang perkataan muridnya dengan hati-hati. "Ya," jawabnya dengan suara rendah namun penuh ketegasan. "Tidak disangka Nathan cukup cerdas, tahu cara bersembunyi di laut. Itulah sebabnya kita tak dapat menemukannya selama ini."Ada kilatan sinis di mata Darwin. Dia melangkah ke jendela, menatap keluar ke kota yang sibuk, namun pikirannya melayang jauh, menuju jauh lebih dalam, ke dalam kekuatan yang lebih gelap dan lebih kuat dari sebelumnya."Sekarang, mari kita pastikan saja. Kalau dia ingin bersembunyi di laut, kita akan membuatnya terperangkap di sana."Darwin kemudian membuk

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1100

    Waktu berlalu. Hari-hari damai di Pulau Berlian bagaikan embun pagi, tenang, namun sementara.Dalam setengah bulan, dunia bela diri di benua utama mulai melupakan nama Nathan. Forum-forum kultivasi mulai sunyi, hanya meninggalkan bisik-bisik samar tentang pembunuh siluman laut yang hilang tanpa jejak.Namun, kekuatan Nathan justru melonjak.Tingkatan dari penguasa Ingras tingkat akhir kini telah menjadi miliknya—Tahap Langit dalam Kultivator. Aura tubuhnya telah berubah. Dia tidak lagi hanya manusia dengan pedang dan amarah, dia telah menjadi noda cahaya di tengah kehampaan. Langkahnya tak terdengar, tapi setiap gerakannya mengguncang medan spiritual sekitarnya.Jika diberi waktu, Nathan yakin, dia akan mencapai tahap Villain atau setara dengan Tahap Surga. Dan dengan itu... memasuki Jiwaraga, tingkat suci yang menjanjikan keabadian.Tapi saat langit terlalu tenang, badai akan datang. Hari itu, matahari menggantung rendah di langit. Sentinel sedang duduk di halaman, mengenakan pakaian

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1099

    Wajah Hones memucat, dia menggertakkan gigi, lalu menekan telapak tangannya ke kepala siluman. Mata monster itu membara, ekor panjangnya mencuat dari air, lalu menyapu ke arah Nathan.BANG!Serangan dahsyat itu menghantam Nathan, melemparkannya sejauh puluhan meter ke belakang. Tubuhnya melayang di atas air, lalu menghentak permukaan laut. Ombak menggulung, dan sejenak tiba-tiba terdiam.Tapi ketika kabut mengendap, Nathan sudah berdiri kembali. Tubuhnya tak bergeming. Darah mengalir di bibirnya, namun matanya tetap dingin dan penuh murka. Dia tahu makhluk ini bukan siluman biasa. Itu hewan spiritual kelas atas, kekuatannya setara dengan sosok penguasa ingras tingkat akhir. Namun, kelemahan monster seperti ini jelas, mereka tak punya pikiran, hanya kekuatan dan tanpa strategi.Di seberang, Hones mulai tertawa getir. “Kau hebat di darat, Nathan! Tapi ini bukan medanmu! Di laut, kekuatanmu berkurang! Dan siluman ini, dia adalah dewa laut. Kalau kau menyerah sekarang, aku akan—”“Kau aka

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1098

    Mereka tiba di sebuah tempat sunyi, di mana bau tanah tercampur dengan aroma kematian. Tanah di situ pernah menjadi kuburan rahasia, berisi mayat dan tengkorak dari korban kekejaman mereka.Dengan tenang, Nathan mengangkat tangannya. Dua bajak laut seketika tersedot ke arahnya seperti diseret oleh kekuatan tak kasat mata. “Gali di sini,” katanya singkat.Kedua bajak laut itu saling berpandangan dengan bingung, lalu melirik ke arah Hones, menanti perintah. Namun keraguan mereka justru menjadi hukuman.PLAK!CRAACK!Dengan satu kibasan ringan dari Nathan, kepala mereka meledak, darah menyembur ke tanah seperti bunga merah berduri. Suasana seketika sunyi mencekam.“Kalian berdua! Giliran kalian, atau ….”Tanpa sepatah kata, dua bajak laut lainnya segera menggali dengan tubuh gemetar. Tak butuh waktu lama, mayat-mayat mulai bermunculan. Ada tulang belulang yang terkubur setengah, bahkan beberapa tengkorak kecil milik anak-anak. Udara mendadak membeku, seolah kematian menari di sekitar mer

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1097

    "Berhenti di situ," kata Nathan tenang, mengangkat satu tangan. "Kalau kamu tidak bisa membuat orang mati karena takut, kamu bisa saja membuat mereka mati karena bau."Suasana hening sesaat dan Hones membeku. Seumur hidupnya, belum pernah ada orang yang berani berbicara padanya seperti itu. Terlebih lagi soal bau tubuhnya."Dasar bajingan! Kau ingin mati rupanya!" Vriss meraung, melangkah cepat dengan niat menghajar Nathan.Namun baru setengah langkah mendekat, tubuh Vriss tersentak. Aura luar biasa yang memancar dari Nathan menabraknya seperti gelombang tak kasatmata. Tanpa sempat bereaksi, tubuhnya terangkat dari tanah dan menghantam dinding batu. Darah menyembur dari mulutnya, meninggalkan cipratan merah di permukaan batu yang retak.Semua terdiam. Wajah Hones memucat. Vriss bukan sembarangan, kekuatannya hampir setara dengan Hones, seorang puncak. Tapi kini, bahkan menyentuh lawannya pun tidak sempat.Nathan berdiri tak bergeming. Cahaya keemasan mulai merayap dari kulitnya, meman

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1096

    Kapal pesiar itu mulai berlayar ke arah yang tidak jelas, menuju sebuah pulau kecil yang terlihat dari kejauhan. Pulau itu tampak terisolasi, dengan bebatuan gundul yang tersebar, seakan tak ada kehidupan di sana. Namun saat mereka mendekat, bau darah yang menyengat mulai tercium, mengingatkan Nathan pada sesuatu yang sangat buruk.Di atas perahu motor cepat yang membawa mereka ke pulau itu, Nathan merasa ada sesuatu yang salah. Dengan tatapan gelap, dia melihat sekitar, kerangka tulang yang tersebar di tanah, dan yang paling mencurigakan, banyak tengkorak manusia yang tergeletak di sana, tengkorak yang hilang bagian kepalanya. Bau busuk yang menusuk membuat perutnya mual.Langit mendung menggantung di atas Pulau Berlian, pulau yang namanya indah namun menyimpan kengerian yang tak terperi.Nathan berdiri terpaku di depan tumpukan tengkorak yang menggunung. Kaki para awak kapal gemetar hebat, tubuh mereka nyaris roboh, dan hanya bisa disangga oleh rekan-rekannya yang juga gemetaran. Pe

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1095

    Bajak laut itu mengedipkan matanya kepada yang lain, memberi isyarat untuk memeriksa. Beberapa bajak laut bergegas pergi, melangkah cepat menuju bagian dalam kapal untuk memastikan kebenaran kata-kata awak kapal itu.Setelah beberapa saat, mereka kembali, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya kebosanan yang samar."Memang benar hanya ada satu penumpang di sini," salah satu bajak laut itu melapor, suara datar tanpa emosi.Namun, ketegangan yang ada tak kunjung surut. "Ketua," salah satu bajak laut bertanya dengan cemas. "Apakah kita hanya akan membiarkan mereka hidup begitu saja? Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"Bajak laut dengan tengkorak merah di dadanya mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. "Sial, hanya sedikit orang. Tapi, ini masih lebih baik daripada tak mendapatkan apapun."Dia memutar tubuhnya dengan tidak sabar, menyapu tangan ke udara seperti menepis gangguan kecil. "Bawa mereka semua kembali. Dan soal apa yang akan ter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1094

    Di atas lautan yang luas dan sunyi, kapal pesiar mewah itu melayang di atas ombak yang tenang.Kapal itu terlihat seperti benda asing di tengah kebiruan, tak ada tujuan yang jelas selain mengambang. Di dalam, hanya ada Nathan, yang seakan mengasingkan diri dalam hening yang menyesakkan. Dalam kamar yang sederhana, tanpa hiasan berlebihan, dia duduk bersila.Setiap tarikan napasnya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya menanggung beban yang jauh lebih besar dari sekadar fisik. “Jika aku bisa mencapai tahap Surga,” pikirnya, memejamkan mata dan merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. "Mungkin aku bisa menyelamatkan ibuku dan Sarah. Jika bukan itu, setidaknya aku bisa menyelamatkan diri sendiri dari kejaran semua orang yang ingin menghabisiku.”Namun, perjalanan itu tidaklah mudah. Tahap Surga bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap diri sendiri. Setelah mencapai tahap ini, tubuhnya akan terasa abadi, seolah tidak terikat oleh hukum dunia. Namun, seperti sem

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1093

    Raut wajahnya dingin dan penuh percaya diri. “Sekarang, sudah cukup alasan bagimu untuk tunduk?”Tubuh Darwin menegang, dan untuk sesaat, hanya ada keheningan. Lalu dia membungkuk dalam-dalam. “Perintah diterima.”Sancho melemparkan sebuah amplop ke atas meja, yang mendarat dengan suara tumpul. “Di dalamnya ada target, bunuh dia. Gagal atau berhasil, namaku tidak pernah disebut. Anggap saja aku tidak pernah ada.”“Siap laksanakan,” jawab Darwin tanpa ragu, meski ada jejak ketegangan di suaranya.Begitu Sancho menghilang ke balik bayangan, Darwin membuka amplop itu dengan hati-hati. Sebuah foto tergelincir keluar dan wajah yang muncul membuat darahnya berdesir.“Nathan?”“Tuan Ketua Martial Shrine. kau ternyata menyembunyikan lebih dari yang kutahu!”Sementara itu, dunia bela diri tengah bergolak.Di forum-forum rahasia, nama Nathan menjadi pusat badai. Harga kepalanya terus meroket. Tidak hanya uang dan ramuan, bahkan artefak langka ditawarkan untuk sekadar mendapatkan jejak keberadaa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status