Share

Bab 1127

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-20 22:45:55

Kaidar berdiri di balkon lantai tiga rumah besar keluarga Winaya. Dari tempat itu, dia menyaksikan Soyir dan pasukannya menghilang di ujung jalan. “Nathan, kau pikir bisa melawanku? Terlalu naif,” gumamnya sambil menyeringai sinis.

Dia menoleh ke bawah, ke arah salah satu bawahannya yang setia. “Bagaimana? Sudah kau kumpulkan semua anggota kuat?”

“Sebagian besar sudah, Tuan Muda. Tapi, ada beberapa yang menolak hadir tanpa perintah langsung dari Tuan Besar.”

Kaidar mengumpat sambil mengepalkan tangan. “Sialan! Ayahku sedang mengasingkan diri, dan mereka masih saja tak menghormatiku sebagai pewaris sah keluarga Winaya?!”

Namun, amarah itu cepat berubah menjadi senyuman licik. “Tak masalah. Mereka yang datang sudah cukup. Jika Wilford dan Matilda saling menghancurkan, kita akan menjadi pihak yang terakhir tertawa.”

Mata Kaidar bersinar dengan kelicikan dan ambisi. “Dan begitu Nathan mati, semua harta karun itu akan menjadi milikku!”

Soyir mungkin terlihat garang. Tapi dalam permainan in
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1127

    Kaidar berdiri di balkon lantai tiga rumah besar keluarga Winaya. Dari tempat itu, dia menyaksikan Soyir dan pasukannya menghilang di ujung jalan. “Nathan, kau pikir bisa melawanku? Terlalu naif,” gumamnya sambil menyeringai sinis.Dia menoleh ke bawah, ke arah salah satu bawahannya yang setia. “Bagaimana? Sudah kau kumpulkan semua anggota kuat?”“Sebagian besar sudah, Tuan Muda. Tapi, ada beberapa yang menolak hadir tanpa perintah langsung dari Tuan Besar.”Kaidar mengumpat sambil mengepalkan tangan. “Sialan! Ayahku sedang mengasingkan diri, dan mereka masih saja tak menghormatiku sebagai pewaris sah keluarga Winaya?!”Namun, amarah itu cepat berubah menjadi senyuman licik. “Tak masalah. Mereka yang datang sudah cukup. Jika Wilford dan Matilda saling menghancurkan, kita akan menjadi pihak yang terakhir tertawa.”Mata Kaidar bersinar dengan kelicikan dan ambisi. “Dan begitu Nathan mati, semua harta karun itu akan menjadi milikku!”Soyir mungkin terlihat garang. Tapi dalam permainan in

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1126

    Kaidar menggigit lidahnya, tubuhnya menegang sepersekian detik. Tapi wajahnya tetap tenang, seolah tak gentar berdiri di hadapan seorang singa yang baru kehilangan anaknya. “Nathan .…” katanya, pelan namun jelas. “Tuan Muda Gill dibunuh oleh Nathan!”Soyir mengernyit. Nama itu asing, namun penuh dendam. “Nathan?” ulangnya pelan. “Siapa dia?”Sebelum Kaidar sempat menjawab, kepala pelayan tua melangkah maju, membisikkan informasi di telinganya. Nama, latar belakang, dan keterlibatan Nathan, semua disampaikan cepat dan ringkas.Wajah Soyir mengeras. Matanya menyipit seakan menganalisis kepingan teka-teki yang tak masuk akal. “Keponakanku tidak memiliki urusan dengan orang seperti itu. Mengapa dia harus membunuhnya?”“Itu karena saya yang memperkenalkan soal menara kegelapan,” kata Kaidar, berpura-pura tulus. “Gill ingin menyelidikinya lebih lanjut dan menemui Nathan. Dia membawa beberapa orang dari pihak saya, lalu tak pernah kembali.”Kaidar menyampaikan kisah itu dengan presisi nyaris

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1125

    Kaidar menyeka pedangnya dengan ujung jubahnya, perlahan, seolah dia bukan baru saja membunuh orang-orang yang bersumpah setia padanya. "Mereka akan mengira Nathan yang melakukan ini," gumamnya sambil menyeret tubuhnya yang terluka kembali ke kediaman Keluarga Winaya. "Dan tidak akan ada satu pun saksi yang bisa berkata lain."***Keesokan paginya.Matahari terbit enggan dari balik celah dua gunung raksasa yang menjulang seperti rahang iblis yang siap menelan siapa pun yang berani masuk.Di sanalah, organisasi Matilda berdiri—atau lebih tepatnya, tersembunyi. Sebuah lembah sempit yang tampak kecil dari kejauhan, namun berubah menjadi ruang luas dan suram penuh gua batu alami ketika dimasuki. Angin menderu di antara celah batu seperti rintihan jiwa-jiwa yang tersesat.Nathan dan Beverly berjalan beriringan, langkah mereka berat namun mantap. Di belakang, Zephir menyusul, tampak rapuh setelah kehilangan kekuatannya. Herold telah mengirim pengawal untuk melindunginya, tanda bahwa bahkan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1124

    Sementara itu, Beverly, yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca, akhirnya berkata lirih. “Bolehkah aku ikut bersamamu? Aku tak sanggup tinggal di sini, hanya untuk terus mengkhawatirkanmu ….”Nathan menatapnya dengan lembut, lalu menggeleng pelan. “Tidak, Eve, Jika kau bersamaku, kau justru dalam bahaya. Aku tak cukup kuat untuk melindungi orang lain saat ini. Dan kau pun harus mulai melatih dirimu sendiri. Siapa tahu, nanti, aku yang akan membutuhkan perlindungan darimu.” Ucapannya dibungkus senyum hangat.Beverly tahu, itu adalah keputusan final. “Ya, Tetua Herold juga sedang meracik banyak ramuan obat untukku,” katanya sambil mencoba tersenyum. “Aku akan berlatih keras.”Nathan mengangguk, lalu membuka cincin ruangnya. Dari dalamnya, dia mengeluarkan lukisan aliran sunyi. “Ini untukmu. Kamu tahu cara menggunakannya, kan? Ini akan mempercepat kultivasimu.”Beverly terkejut. “Kenapa kamu memberikannya padaku? Bukankah kamu lebih membutuhkannya?”Nathan tertawa kecil. “Aku su

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1123

    Bagi Nathan, bisa berkultivasi dengan tenang seperti para pendekar lainnya adalah kemewahan yang nyaris mustahil.Dunia tak memberinya waktu untuk bernapas.Satu-satunya harapan saat ini adalah meminjam perlindungan organisasi Matilda, tempat terakhir yang mungkin bisa memberinya waktu untuk tumbuh.Saat Nathan mengutarakan niatnya pada Zephir untuk menyelamatkan ibunya dari Keluarga Zellon dan Sarah dari Martial Shrine sebelum tahun naru.Zephir hanya menggeleng, sorot matanya serius. “Nathan, jangan bodoh. Ini bukan sekadar misi penyelamatan. Ini perang melawan dua kekuatan terbesar di dunia bela diri!”“Keluarga Zellon dan Martial Shrine. Mereka bukan hanya apa yang terlihat di permukaan. Kau hanya melihat puncak gunung esnya!” Zephir berjalan pelan ke arah jendela, menatap langit kelam. “Kau tahu kenapa Ryujin begitu ingin melindungimu sekarang? Dia sedang memakai tanganmu untuk mengguncang dunia.”“Semakin kau menggila, semakin banyak monster lama keluar dari persembunyian mereka

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1122

    Pecahnya pertempuran antara Kaidar dan Gill langsung menyeret semua anak buah ke dalam kekacauan. Dua kubu berbenturan seperti ombak ganas di malam yang gelap, tinju, pedang, dan energi spiritual bertabrakan hingga langit mendesah.Gill, meskipun jumlah anak buahnya lebih sedikit, memiliki kekuatan luar biasa. Kedua tinjunya bersinar terang, mengirimkan gelombang energi setiap kali menghantam lawan. Di sisi lain, Kaidar mengandalkan jumlah dan strategi licik untuk mengimbangi kekuatan brutal Gill.Namun, Nathan tidak tinggal untuk menyaksikan hasilnya. Baginya, siapa yang menang atau kalah, tidak ada bedanya. Tanpa suara, dia berbalik dan menghilang ke kegelapan, meninggalkan medan tempur berdarah.***Saibu Care.Udara di dalam Saibu Care terasa tenang namun tegang saat Nathan muncul dengan pakaian compang-camping, wajah pucat, dan langkah terhuyung."Nathan?!" Zephir, Herold, dan yang lainnya berdiri terkejut.Beverly yang sudah hampir sebulan tak melihat Nathan, menutup mulutnya de

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1121

    "Kami bukan bagian dari Keluarga Wilford," salah satu dari mereka berkata datar."Kami di sini hanya untuk harta karun. Hidup atau matinya Gill, bukan urusan kami."Gill menoleh cepat, matanya menyipit penuh amarah. "Kalian .... sialan, kalian mengkhianatiku?"Sebelum sempat mendapat jawaban, suara tawa berat dan bergema memecah malam, menambah tekanan di dada siapa pun yang mendengarnya."Hahaha! Ucapan bawahanmu ternyata benar juga."Sosok Kaidar muncul dari balik kabut bersama sekelompok pria berbaju hitam berikat lengan lambang Keluarga Winaya. Matanya menyala saat melihat Gill dalam posisi lemah."Gill, kau memang Tuan Muda Keluarga Wilford. Tapi di sini, di Kota Moniyan, siapa kau sebenarnya? Tanpa Wilford, kau hanyalah seekor anjing pincang!"Gill meraung marah. "Kaidar! Kita punya kesepakatan! Harta dibagi rata!""Kesepakatan? Itu hanya kata-kata bodoh untuk membuatmu bekerja untukku. Ini wilayahku, Gill. Bukan Wilford! Aku ingin semuanya! Termasuk kepala Nathan!"Nathan menyi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1120

    Empat, bukan, enam—Nathan mengoreksi perhitungannya dalam hati. Dua di antaranya bahkan lebih kuat dari Gill. Mereka semua adalah puncak penguasa Ingras tingkat akhir, kekuatan elit yang bisa menghancurkan kota dalam satu malam.Nathan mengerutkan kening. Dalam keadaan biasa, dia mungkin bisa bertarung—atau setidaknya melarikan diri. Tapi inti spiritualnya nyaris kering, seperti api kecil yang hampir padam. Tidak ada waktu untuk pulih.Gill melihat wajah Nathan yang menegang. Dia tertawa lebih keras, menyeringai dengan kesenangan seorang pemburu yang tahu mangsanya tak punya jalan keluar. "Serahkan semua yang kau miliki, dan mungkin aku akan memberimu kematian yang cepat," ucap Gill, suaranya menukik tajam."Kau yang membuat Menara Kegelapan runtuh, bukan? Harta karun dari dalamnya pasti sudah ada di tanganmu. Tak ada alasan lain menara itu bisa hancur."Nathan tetap diam. Namun dalam diam itu, pikirannya bergerak cepat. Matanya bergerak, menilai posisi musuh, jarak pohon terdekat, ar

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1119

    Sementara itu, Nathan berlari di tengah jalan setapak Kota Moniyan yang mulai lengang saat senja turun. Angin membawa aroma debu dan darah, membalut tubuhnya yang lelah dan penuh luka."Aku terlalu bodoh," Nathan mengumpat dalam hati. Dia mengira Moniyan sudah aman, bahwa badai telah berlalu. Namun hari ini membuktikan sebaliknya, Moniyan hanyalah danau tenang yang di dasarnya tersembunyi ratusan hiu lapar.Di bawah cahaya bulan pucat, Nathan mengarahkan langkah ke Saibu Care. Tujuannya jelas, membawa Zephir pergi, kembali ke organisasi Matilda, satu-satunya tempat yang bisa memberinya perlindungan nyata. Namun belum separuh jalan, hawa tajam menyayat udara di sekitarnya. Nathan berhenti mendadak.Delapan aura kuat tiba-tiba mengurungnya dari segala arah.“Secepat itu?” pikirnya, bibirnya menyeringai getir. “Arteta benar-benar tidak tahu malu!” Dia mempercepat langkahnya, namun tubuhnya tak kooperatif.Tenaga spiritualnya telah menipis, dan taiju-nya hampir habis. Satu-satunya yang ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status