Ryuki mengerutkan kening, merasa tidak nyaman. "Ketua Sancho, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa dia tiba-tiba... seperti ini?""Aku juga tidak tahu!" Sancho menggelengkan kepala sembari masih tertawa. Ia tidak peduli penyebabnya, yang penting adalah hasilnya.Namun Ryuki tidak puas. Ia menatap tajam ke arah Nathan yang bergumam tanpa henti. Lalu, tatapannya beralih ke Lewis dan ketiga rekannya. Pria-pria yang serangannya bertepatan dengan momen kehancuran Nathan. Pria-pria yang menurut Sancho telah meminum darah Sarah.Sebuah pemahaman yang dingin dan mengerikan mulai merayap di benak Ryuki. Ini bukan kebetulan. Ini adalah eksekusi yang direncanakan dengan sempurna. Bukan eksekusi tubuh, tapi eksekusi jiwa.Keheningan yang mengikuti kehancuran Nathan lebih berat daripada keheningan mana pun sebelumnya. Bagaikan keheningan di sebuah makam, di mana harapan baru saja dikuburkan.Di tengah keheningan itu, sebuah suara berbisik di dalam labirin pikiran Ryuki, suaranya seperti dau
Di langit yang gelap, bagaikan dua dewa saling berhadapan. Naga emas agung yang lahir dari tekad Nathan meraung, cahayanya yang suci mendorong mundur kegelapan. Menjawab tantangannya.Ryuki mengulurkan tangan, dan dari pusaran aura hitamnya, seekor naga bayangan yang mengerikan terbentuk, sisiknya terbuat dari malam tanpa bintang dan matanya adalah bara api neraka. Dengan pekikan yang mengoyak angkasa, kedua naga itu saling menerkam, menciptakan badai energi yang mengguncang seluruh kapal.Namun, itu hanyalah pengalih perhatian.Sementara mata semua orang terpaku pada pertarungan surgawi di atas, di bawah, para serigala telah mengepung mangsanya. Lewis dan ketiga rekannya bergerak serempak, aura mereka yang ganas menyatu menjadi sebuah jaring tak kasat mata yang mencekik, mengunci Nathan dari segala arah.Nathan mengangkat Pedang Aruna, bilahnya seakan bernyanyi nyaring, siap menyambut serangan mereka dengan badai cahayanya sendiri. Namun, tepat saat ia hendak melepaskan kekuatannya,
Ryuki terlempar ke belakang, jatuh berlutut dengan erangan kesakitan dan keterkejutan. Wajahnya pucat pasi. Pada saat inilah ia akhirnya mengerti. Entah bagaimana, kekuatan Nathan, telah melampaui kekuatannya sendiri.Namun, serangan yang seharusnya fatal itu tidak mengakhiri hidupnya. Kabut hitam pekat segera merayap dari dalam tubuhnya, menyelimuti luka itu seperti sekumpulan lintah gaib. Diiringi suara desis yang mengerikan, dagingnya yang robek mulai menyatu kembali.Nathan menatap proses penyembuhan yang mengerikan itu, ekspresinya berubah muram. Serangan yang menguras sebagian besar kekuatannya barusan ternyata tidak cukup. Ryuki bukan lagi manusia biasa. Membunuhnya dengan cepat adalah hal yang mustahil.Tidak jauh dari sana, Sancho menyeringai. Senyumnya adalah senyum seorang penjudi yang tahu kartunya akan menang. Drama kecil Ryuki yang penuh harga diri ini sudah berakhir.Saat itulah, sebuah suara berbisik di dalam benak Ryuki. Suara itu setua debu di makam yang terlupakan,
Nathan mengerutkan kening, rasa terkejut yang dingin menjalari tulang punggungnya. Tebasannya barusan mampu meratakan sebuah bukit kecil, namun di hadapan aura Ryuki, serangan itu lenyap seperti batu yang dilempar ke rawa tak berdasar.BANG!Sebelum Nathan sempat memprosesnya, selubung hitam yang telah menelan serangannya itu mengeras seketika, berubah menjadi sebuah bogem raksasa tak berbentuk, dan menghantam dadanya dengan kekuatan yang menghancurkan.Tubuh Nathan terlempar ke belakang seperti boneka kain, menghantam tiang kapal dengan suara yang memuakkan sebelum jatuh terkapar di dek. Rasa sakit yang tajam meledak di dadanya, napasnya tercekat."Haha! Nathan, inilah yang disebut menaklukkan kekerasan dengan kelembutan," Ryuki tertawa terbahak-bahak, suaranya penuh kemenangan yang memuakkan. "Di hadapanku, amukan membabi butamu itu tidak akan bisa dikerahkan!"Saat Ryuki tertawa, kabut hitam yang lebih pekat mulai merembes dari bayangannya, menggeliat dan membentuk sosok manusia ya
BAAAANG!Meski begitu, kekuatan pukulan itu begitu brutal hingga membuatnya terlempar beberapa langkah ke belakang, kakinya menggores dek kayu."Hari ini, kalian semua harus mati, bajingan!" raung Nathan, aura merahnya berkobar semakin dahsyat, membuat udara di sekelilingnya terasa panas dan menyesakkan.Di seberang, Sancho justru tersenyum puas sambil membetulkan posisinya. "Hahaha! Akhirnya! Kemarahan ini... keputusasaan ini... Aku suka melihatmu yang seperti ini!"Nathan melesat maju sekali lagi, aura mengerikan miliknya meluncur lebih dulu seperti gelombang pasang yang siap menelan Sancho. Namun, sebelum mencapai sasarannya, empat bayangan melompat dari belakang Sancho. Lewis dan ketiga rekannya mendarat di depan ketua mereka, aura mereka sendiri meledak dan menyatu, membentuk sebuah perisai energi tak terlihat yang menahan gelombang amarah Nathan dengan susah payah."Lancanng!" hardik Lewis, wajahnya tegang menahan tekanan. "Beraninya kau menyerang Ketua Sancho! Kau cari mati!""
"Kalau begitu," balas Nathan pelan, "Berhentilah membuang waktu."Seketika, cahaya keemasan yang menyilaukan meledak dari tubuh Nathan, membungkusnya dalam aura agung yang mendorong udara di sekitarnya. Panas yang hebat memancar, membuat dek kayu di bawah kakinya seolah berasap.Sancho tidak gentar. Aura gelap yang menyesakkan mulai memancar dari tubuhnya, berputar-putar seperti asap hitam pekat. Lalu, ia melirik kerumunan dengan tatapan sedingin es."Ini adalah dendam pribadi antara aku dan dia. Siapa pun yang cukup bodoh untuk membantunya, berarti menyatakan perang terhadap Martial Shrine. Dan aku bersumpah, jasad kalian akan menjadi santapan ikan di dasar laut ini!"Ancaman itu bekerja lebih baik daripada dinding baja. Kerumunan itu, termasuk Chelsea yang tampak ingin mengatakan sesuatu, mundur serempak, menciptakan arena kosong di sekitar kedua petarung itu. Mereka adalah penonton di sebuah pertunjukan gladiator, dan mereka tidak punya niat untuk menjadi korban selanjutnya.Hanya