Share

Bab 1401

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2025-09-13 09:57:29

Saat itulah, mata Nathan yang tadinya putus asa berkilat dengan kekejaman yang dingin. Ia menggertakkan giginya. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan Inti Naga Sejati milik Malvin dari kantongnya dan tanpa ragu menelannya bulat-bulat.

BAAAM!

Dalam sekejap, sebuah ledakan energi spiritual yang dahsyat meletus dari dalam tubuhnya. Dantiannya yang tadinya kering kerontang kini dipenuhi oleh gelombang pasang kekuatan yang liar dan tak terkendali. Aura di tubuhnya meroket, mengguncang seluruh istana.

Raut wajah Ryuki berubah total. Naluri menyuruhnya menarik kembali tangannya dan melompat mundur beberapa langkah, matanya dipenuhi keterkejutan dan ketakutan.

Kekuatan spiritual Nathan telah pulih sepenuhnya dalam sekejap, tetapi wajahnya kini meringis kesakitan.

Inti Naga Sejati itu adalah sebuah harta karun. Jika ia memurnikannya perlahan-lahan selama beberapa bulan, ia mungkin bisa menerobos ke tingkatan berikutnya.

Tetapi sekarang, dengan menelannya secara paksa seperti ini, ia hanya bis
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
fredy julian
Jago pusing kamu
goodnovel comment avatar
Jamuga
Lambat bener ceritanya thor…
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1491

    Nathan menatap pil terakhir di piringnya, mengangkatnya ke cahaya. Wajahnya berubah pelan, seperti baru menyadari sesuatu. Di dalam pil itu samar tapi jelas, ada pola formasi kecil yang berputar di tengahnya.Ia menatap Arvana, matanya tenang tapi dingin. “Raja Arvana,” katanya pelan, “Pil obat seperti ini, biasanya untuk meningkatkan kekuatan. Tapi yang ini, justru menyegelnya, bukan?”Arvana membeku. Senyum di wajahnya hancur pelan-pelan. Iaduduk tegak. Senyumnya tampak ramah, tapi urat di lehernya menegang. Setiap detik Nathan diam, degup jantung Arvana makin kencang.‘Kalau bocah ini tahu…’ ia pikir, ‘Habislah aku malam ini.’Tapi Nathan akhirnya menelan pil itu. Perlahan. Tanpa reaksi.Arvana menarik napas lega, sementara Bonang dan Abel di sebelahnya sudah menghabiskan pil mereka sambil mengusap perut puas.“Memang barang bagus,” ujar Bonang, tersenyum santai. “Hangat sekali di dada—”Kata-katanya terputus. Tubuhnya limbung.“Bonang?” Nathan menoleh pura-pura kaget.Bonang berus

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1490

    Sementara itu, di ruang bawah tanah, dua penjaga yang mereka lumpuhkan mulai sadar. Mereka mendapati pintu rahasia terbuka dan berlari melapor.Tak lama kemudian, Arvana tiba di lokasi. Melihat dua penjaga tergeletak, wajahnya menegang. Ia tahu siapa pelakunya, dan di dadanya antara marah dan takut, rasa bersalah aneh muncul.“Aku bodoh,” bisiknya pelan. “Membiarkan mereka masuk ke dalam istana…”Tapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, udara di dalam ruang batu itu bergetar pelan. Cahaya dari rumah batu itu mulai menyala, seolah merespons sesuatu yang baru saja disentuh.Arvana menatapnya lama, wajahnya memucat. “Tidak… jangan sampai terbangun…”“Mohon ampun… mohon ampun…” Suara Arvana terdengar lirih di antara lantai batu yang dingin.Ia merangkak, tubuhnya gemetar, keringat dingin menetes dari pelipis. Aura suci yang memenuhi ruangan itu seperti pisau yang menekan lehernya.Begitu sampai di dalam ruang besar itu, ia berhenti. Di depan altar, bayangan Raja Goblin berdiri, bukan s

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1489

    Bonang menatap Nathan. “Kenapa kau tidak mengarang nama saja tadi?”Nathan tersenyum samar. “Karena aku ingin tahu reaksi mereka.”“Dan?”“Arvana, dia menyimpan sesuatu. Wajahnya tidak pernah lepas dari kendali, tapi matanya… mata orang yang berbohong karena harus.” Nathan menatap keluar jendela, ke arah langit malam. “Dia tahu sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Tapi dia tidak bisa mengatakannya.”Bonang melipat tangan. “Kau sempat memeriksa istana dengan kesadaranmu tadi. Ada sesuatu?”“Ada.” Nathan menatap jauh ke arah timur istana. “Di ujung sana, kesadaranku terputus. Seperti dinding tak terlihat yang memutus ruang dan waktu. Biasanya hanya formasi tingkat tinggi yang bisa melakukannya.”Bonang mengerutkan kening. “Dan patung-patung batu itu?”Nathan menarik napas panjang. “Ada formasi penyerap spiritual di dalamnya. Halus, nyaris tak terasa. Tapi jutaan orang menyembah setiap hari, energi mereka terkumpul perlahan, disalurkan ke satu titik.”Bonang terdiam beberapa detik. “Ke

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1488

    Arvana akhirnya membuka percakapan. “Tuan-tuan sekalian,” katanya sopan, “Aku masih belum tahu apa tujuan kalian datang ke Benua Monarch. Hanya ingin berkelana, atau ada urusan lain?”Nathan menatapnya, matanya tenang. “Kami hanya penasaran.”“Penasaran?” Arvana mencondongkan tubuh sedikit. “Tentang apa?”“Tempat ini.” Nathan menatap sekeliling. “Benua Monarch dipenuhi energi spiritual yang luar biasa. Seharusnya para kultivator di sini bisa menembus langit. Tapi entah kenapa, kebanyakan kekuatan tertinggi yang kami temui hanya berhenti di puncak Jiwa Langit. Itu tak masuk akal. Aku ingin tahu kenapa.”Ruangan mendadak sunyi. Abel berhenti mengunyah. Draven menunduk, gelisah.Arvana tersenyum samar, tapi di balik senyum itu ada rasa lelah yang menua. “Masalah itu sudah lama kami sadari,” katanya akhirnya. “Namun kami sudah menerima keadaan ini. Tidak semua orang lahir untuk mengejar kekuatan.”Ia menatap lilin yang berkedip di depan meja, seolah bicara pada dirinya sendiri. “Banyak pe

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1487

    Di dalam istana.Arvana sedang beristirahat di ruang singgasana ketika Tetua Pertama menerobos masuk dengan napas memburu. “Yang Mulia, masalah besar! Draven, dia ditangkap oleh seseorang!”Suara itu menggema di aula besar.Arvana langsung bangkit dari kursinya, wajahnya menegang, mata memancarkan amarah yang berbahaya. “Siapa?” suaranya berat seperti petir di langit malam. “Siapa yang berani menyentuh anakku di wilayah Estrada?”“Beberapa orang asing,” jawab Tetua Pertama gugup. “Katanya baru tiba dari luar Benua Monarch.”Aura membunuh langsung meledak dari tubuh Arvana. Udara di sekelilingnya bergetar, tirai sutra di dinding ikut bergoyang oleh tekanan spiritualnya. “Berani menyentuh darah Estrada di tanah ini, berarti mereka sudah menandatangani kematian mereka sendiri.”Beberapa menit kemudian, halaman istana dipenuhi prajurit. Ratusan penjaga berzirah hitam berdiri berbaris, dan Arvana memimpin sendiri barisan itu, wajahnya membeku dingin.Sementara itu, dari arah jalan utama, D

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1486

    Suara itu bagaikan sebuah vonis yang tak dapat dihindari.Aura di tubuh Nathan meningkat, membuat udara di sekeliling mereka bergetar. Pemuda itu jatuh berlutut spontan, tubuhnya menggigil, matanya penuh ketakutan.“K-kakak… aku benar-benar tidak tahu apa-apa…” katanya dengan suara parau. “Aku bersumpah, aku tidak tahu…”Kerumunan terdiam. Tak seorang pun berani bergerak. Draven—simbol kekuasaan, penerus dewa mereka—kini bersujud di hadapan manusia yang menolak tunduk pada langit.Dan di hati mereka, untuk pertama kalinya, keyakinan mereka terhadap para dewa mulai retak.“Sepertinya, dia benar-benar tidak tahu apa-apa…” Suara Bonang terdengar rendah di antara sisa asap.Nathan hanya mengangguk. Ia bisa merasakan ketulusan ketakutan dari wajah Draven yang baru saja mengaku kalah di hadapan dunia.“Pria macam apa ini?” gumam Abel, sinis. “Ditanya apa pun cuma bisa melongo.”Nathan menahan senyum tipis. Draven tidak berani bicara, tubuhnya masih gemetar.Bonang melangkah mendekat, matany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status