Selama Nathan dipenjara, keluarga Orton tidak berniat melepaskannya, dan bahkan menuntut keluarganya untuk mengganti rugi 2 milyar kepada mereka. Pada akhirnya, tidak ada jalan lain. Orang tua Nathan harus menjual rumah untuk mengganti rugi kepada keluarga Orton karena telah berani memukuli pewarisnya. Bahkan, mereka meminjam banyak uang, tetapi mereka tetap tidak dapat mencukupinya.
Pada akhirnya, masih tersisa hutang yang masih terus ditagih oleh keluarga Orton, dan mereka hanya bisa mencicilnya secara perlahan. Karena alasan ini, pekerjaan ayah Nathan tidak lagi tersedia, dan dia hanya dapat mencari nafkah sebagai kuli bangunan. Sementara ibunya membasuh wajahnya dengan air mata sepanjang hari, dan matanya dibutakan oleh tangisan.Inilah sebabnya mengapa selama Nathan dipenjara, orang tuanya tidak pernah menjenguknya walau hanya sekali.Mendengarkan ucapan ibunya, Nathan perlahan mengepalkan tinjunya, dan niat membunuh yang besar menguar dari tatapan matanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa keluarga Orton akan begitu kejam. Dia berniat membalaskan dendam kepada keluarga mereka."Ma, apakah Sherly hanya diam saja, apakah dia tidak membantumu?" Nathan bertanya dengan wajah bingung.Sherly Gunawan, adalah tunangannya yang dia selamatkan kala itu, dan dia dipenjara karena Sherly. Tidak mungkin bagi Sherly untuk melihat orang tuanya seperti ini dan acuh tak acuh, bukan?Maria menarik nafas dalam-dalam dan berkata. "Itu …. keluarga Gunawan tidak peduli, bahkan mahar yang kita berikan, Mama sempat meminta mereka untuk mengembalikannya. Tetapi, mereka tidak memberikannya. Mereka mengatakan 'bukan salah mereka jika pernikahannya batal, itu karena kamu di penjara'. Jadi, mahar tidak bisa mereka kembalikan," lirihnya dengan mata berkaca-kaca. "Ayahmu secara khusus pergi ke kediaman Gunawan untuk berdiskusi, tapi dia malah dipukuli oleh keluarga Gunawan!"Semakin banyak Maria berbicara, semakin pahit hatinya, dan pada akhirnya dia tidak bisa menghentikan air matanya.'Apakah benar seperti ini?!' gumam Nathan dengan kecewa. 'Tapi, pada saat aku akan dipenjara ….'Malam itu, keluarga Sykes berkumpul untuk merayakan keberhasilan putranya dalam karir yang tergolong begitu muda.“Selamat atas keberhasilanmu, Nathan!” ujar Maria seraya menaikkan gelas anggurnya untuk bersulang demi mengucapkan selamat terhadap keberhasilan anak semata wayangnya. “Bisa memenangkan tender wali kota, dan bersaing dengan perusahaan besar di usia yang begitu muda, memang benar keturunan dari papamu yang paling jenius!” puji sang ibu dengan bangga.Mendengar ucapan istrinya, ayah Nathan, David Sykes, berkata, “Itu karena Nathan anak Papa!” Pria itu mengangkat dagunya bangga. “Anakku memang pintar, ditambah didikan Papa, makanya dia jadi sehebat ini di usia yang begitu muda!”Mendengar ucapan sang suami, Maria pun menyenggolnya menggunakan sikut. “Perasaan, yang ngurus Nathan dari kecebong hingga segede ini mama, kenapa malah papa yang bilang ini didikan papa? Papa kan kerja” goda sang istri membuat sang suami meneguk ludah.“T-tapi kan yang ajarin Nathan soal perusahaan Papa, Mama ajarinnya yang lain,” balas ayah Nathan, sukar mengalah. Namun, melihat tatapan tajam sang istri, nyalinya pun ciut. “I-iya deh, Mama selalu menang.”Nathan tertawa lebar mendengar percakapan ayah dan ibunya. Dia yang di masa itu masih berusia dua puluh empat tahun terlihat begitu tampan, ramah, dan murah senyum. Tidak heran begitu banyak wanita jatuh hati padanya, terlebih mengingat karirnya untuk orang seusianya termasuk sangat sukses dan menjanjikan.Namun, hati Nathan hanya untuk satu orang, yakni tunangannya, Sherly Gunawan.Kring~~~Di tengah-tengah makan malam itu, ponsel Nathan tiba-tiba berbunyi. Dia meraih benda itu dari kantongnya dan melihat layar.'Sherly Gunawan' nama yang muncul ponsel itu.Melihat nama Sherly Gunawan di layar, Nathan pun berdiri dari kursinya. “Maaf, Ma, Pa, aku keluar sebentar untuk terima telepon,” ucapnya dengan senyum tak berdaya seraya berjalan cepat meninggalkan ruang makan.Maria kemudian berkata. “Siapa coba telepon jam segini?” sang ibu menggerutu, “Palingan juga gadis nggak tahu sopan santun itu.”“Hush, Mah. Jangan bicara sembarangan,” tegur sang ayah, tahu jelas siapa yang sang istri maksud. “Sherly itu adalah pilihan Nathan. Selain itu, Sherly juga gadis baik-baik, jadi dia cocok untuk Nathan.”Mendengar ucapan sang suami, Maria hanya merengut. “Intuisi wanita itu kuat ya, Pa. Mama tuh nggak sreg sama Sherly sedari awal. Dia tuh nggak cinta tulus sama Nathan!” sang istri meneguk penuh minumannya dengan kekesalan dan berkata, “Pokoknya, jangan bilang Mama nggak peringatin Papa ya tentang gadis itu!”Sang suami pun melirik istrinya, tapi wanita itu hanya bisa tertunduk tak berdaya. Karena menghormati keputusan dari mendiang ayah mertuanya, dia tidak bisa mengatakan apa pun.Sementara keluarganya melanjutkan makan malam, Nathan telah berada di luar rumah dan menerima telepon dari sang tunangan. “Sherly?” sapanya dengan suara yang lembut. “Ada ap—”[Nathan! Nathan, kamu harus menolongku!]Kepanikan yang terdengar dari suara Sherly di ujung telepon membuat ekspresi lembut Nathan sekejap menghilang dan digantikan kekhawatiran. “Apa yang terjadi?” Dia mendengar isakan Sherly dan suara bergetar wanita itu. “Jangan panik, jelaskan keadaanmu."[Aku … aku hampir diperkosa.]Ucapan Sherly membuat Nathan terbelalak. “Apa?!” Kemarahan menyelimuti dirinya.[Tapi, tapi aku berhasil melindungi diriku. Aku memukul kepala pria itu.]Selama sesaat, Nathan merasa lega karena tunangannya baik-baik saja. Namun, wajahnya seketika memucat ketika dia mendengar lanjutan ucapan Sherly.[Sekarang … dia tidak lagi bernapas!]'Tidak lagi bernapas? Pria yang berusaha memperkosa Sherly … dia … mati? Kalau benar, apa pun alasannya, bukankah itu berarti Sherly akan … terlibat dengan polisi?'[Aku tidak tahu harus bagaimana, Nathan! Aku tidak mau berurusan dengan polisi!]Nathan mengerutkan keningnya seraya memutar otak. "Sherly, kamu tenang dulu. Jangan lakukan tindakan gegabah,” ujar pria tersebut seraya berlari ke pinggir jalanan untuk memanggil taksi. “Kirimkan lokasimu, aku akan ke sana.”***Hotel Northen, kamar 21.Brak!"Sherly!" Nathan membuka pintu dengan kencang dan bergegas masuk ke dalam kamar dengan panik.Melihat kedatangan Nathan, Sherly bergegas memeluknya dengan erat. “Apa yang harus kita lakukan?” lirihnya dengan air mata yang mengalir.Sekarang, di depan mata Nathan, dia memperhatikan tubuh seorang pria yang dia kenali tergeletak tak berdaya di lantai. Darah menggenangi lantai tempat kepalanya berada.Rendy Orton, itulah nama pria yang sekarang tergeletak tak berdaya di kamar tersebut. Yang paling merepotkan adalah kenyataan bahwa pemuda itu adalah ahli waris keluarga Orton, keluarga kelas atas di Northen Vale!Diceritakan oleh Sherly bahwa Rendy mengundangnya untuk pertemuan bisnis. Akan tetapi, di tengah perbincangan, kepala Sherly merasa pusing dan pandangannya membuyar. Dengan dalih membantu, Rendy mengantarkan Sherly ke kamar hotel lantaran gadis itu kesulitan untuk bahkan berjalan. Tidak Sherly kira bahwa Rendy yang telah memberi obat di minumannya dan berusaha untuk memerkosanya!“Kenapa kamu mau ikut dengannya!? Tidakkah kamu tahu menjaga diri!?” bentak Nathan yang marah membayangkan sesuatu hal buruk hampir saja menimpa tunangannya.“Aku tidak bisa berpikir, Nathan!” tangis Sherly dengan air mata memenuhi kelopaknya. “Aku sendiri tidak memikirkan apa pun saat melayangkan botol minuman itu ke kepalanya!” Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Aku tidak menyangka dia akan langsung mati!”Nathan melirik botol yang tergeletak di samping Rendy."Kejadian ini harus kita laporkan kepada polisi,” ucap Nathan membuat Sherly terbelalak. “Kamu tidak salah, jadi kamu cukup tenang saja. Dengan bukti dia yang berusaha meracuni dan memerkosamu, jelas dia yang akan dinyatakan bersalah.”"T-Tidak! Jangan lakukan itu, aku tidak mau masuk penjara!" Sherly mundur satu langkah dengan panik saat mendengar kata polisi. Gadis itu mencengkeram pundak Nathan. “Rendy adalah ahli waris keluarga Orton, mereka tidak akan melepaskanku!" Wanita itu mengguncang pundak Nathan dengan kuat. "Bukti apa? Mereka pasti akan menghancurkan semuanya dan polisi akan bekerja sama dengan mereka!”Kepanikan Sherly membuat Nathan kesulitan berpikir dingin. Akhirnya, dia pun balas membentak, "Sherly, pihak manajemen hotel pasti akan menyadari ada yang salah di sini, cepat atau lambat mereka pasti akan menemukan mayat ini!" ucap Nathan seraya memegang tangan wanita itu. "Seseorang harus menjelaskan apa yang terjadi agar kebenaran terungkap!”Mendengar hal ini, Sherly pun menatap kosong ke arah Nathan. Melihat keyakinan di wajah pria itu bahwa kebenaran akan terungkap, dia pun berkata, “Kalau begitu, kamu yang harus berurusan dengan polisi dan jelaskan kepada polisi kejadian ini.”BRAK!Saat Nathan sedang mengingat kembali kejadian lima tahun yang lalu, terdengar suara pintu yang di dobrak."Maria!"Terdengar suara pria yang berteriak dengan keras.Maria yang mendengar teriakan itu seketika memucat, wajahnya terlihat sangat ketakutan.Nathan kebingungan melihat ekspresi wajah Maria. “Ma, siapa itu?”Scholar menggeleng kagum, namun tetap mematikan. “Kau hebat, sangat hebat. Di generasi muda, hanya kau yang bisa menahan seranganku sejauh ini.”“Tapi justru karena itu, aku tidak bisa membiarkanmu hidup,” aura Scholar kembali melonjak dengan ekstrem.Aura di sekelilingnya menggila.Dengan satu lambaian tangannya, sebuah pagoda besar layaknya candi muncul di udara.! Udara terdistorsi dan pagoda itu berotasi, menghisap kekuatan langit dan bumi, menciptakan pusaran udara raksasa di langit, seperti kuburan abadi yang siap menyegel siapa pun yang menyentuhnya."Penjara Pagoda Suci!"Langit retak oleh seruan itu. Sebuah cahaya suci turun dari awan keemasan, membentuk pagoda raksasa yang perlahan melayang turun, memancarkan aura damai namun menyesakkan. Tubuh Nathan gemetar, bukan karena takut, tapi karena tekanan spiritual yang melumpuhkan. Cahaya itu merangsek ke dalam aliran energi tubuhnya, mengoyak konsentrasi, melemahkan auranya.Namun di tengah kesunyian itu, sesuatu dalam diri Natha
Energi pedang luar biasa itu kembali lenyap dalam sekejap ketika bersentuhan dengan aura Scholar, seperti ditelan dimensi kosong. Tidak tersisa apa pun, kecuali sisa panas membakar di udara."Seolah-olah tebasan itu tak pernah ada," Scholar melangkah ringan, tanpa tergores sedikit pun. “Kau hanya seorang puncak penguasa Ingras,” ucapnya pelan. "Artefak sebanyak apa pun tak ada artinya di hadapanku.”Klang!Kemudian, dia mengangkat tangan seperti pedang, dan menebaskannya ke arah Nathan. Cahaya pedang menembus udara seperti kilat petir surgawi.Nathan bereaksi cepat—melompat menghindar, tapi terlambat setengah detik.Srakk!Pedang energi itu menggores punggung Nathan. Sisik-sisik emas beterbangan, dan luka dalam muncul. Tubuh Nathan terjatuh menghantam tanah. Nafasnya berat, pundaknya berguncang."Bahkan fisik bajamu itu tidak mampu menahan serangan itu."Nathan tahu, ini adalah perbedaan mutlak antara dirinya dan seorang Villain sejati.“Kenapa? Hanya sampai sini?” Scholar mencibir. “
Saat dia melompat ke udara, Scholar mengayunkan tangannya. “Kau mau kabur?”Dalam sekejap, jaring energi raksasa muncul dari langit, menutupi seluruh jalan keluar seperti penjara transparan yang kokoh.BANG!Nathan menghantamnya dengan tinju, memecah jaring itu menjadi titik-titik cahaya, namun tubuhnya terpental keras ke tanah. Debu berhamburan, dan lantai retak di sekelilingnya.Nathan menggeram pelan."Kesempatan terbaik telah lewat."Tak ada pilihan. Menyerang adalah satu-satunya pertahanan yang tersisa.Dengan raungan keras, kekuatan taiju meledak dari tubuhnya. Cahaya keemasan mengalir dari pori-porinya. Kulitnya mulai berubah mengeras seperti baja, dan sisik emas tumbuh cepat menyelimuti tubuhnya.“Tinju Peledak!”BANG! BANG! BANG!Serangkaian bayangan tinju membelah udara menuju Scholar. Langit di atas vila Keluarga Arteta tampak bergetar hebat. Aura menghancurkan menyebar, membuat tanaman di sekitar kering seketika.Scholar sempat menyipitkan mata, ekspresi wajahnya berubah s
Wajah Nathan seketika berubah dingin. Suaranya tajam dan datar. “Maaf, tapi itu satu hal yang tidak bisa kuberikan pada siapa pun.”Nathan bangkit berdiri. “Aku permisi.”Tapi saat dia sampai di depan pintu—"Tutup pintunya," titah Scholar dengan lantang.Kepala pelayan dan empat penjaga tiba-tiba berdiri menghalangi jalan keluar.Nathan berbalik, menatap Scholar yang kini berdiri dengan ekspresi bengis. “Apa maksudmu, kepala keluarga Arteta?” tanyanya dengan suara dalam.Scholar tersenyum tipis, namun kini penuh racun. “Tentu saja, mengambil yang aku inginkan. Jika kau tidak memberikannya, maka aku akan mengambilnya sendiri.”Tatapan Nathan berubah tajam dan penuh ancaman. “Aku datang sebagai tamu, kau tahu itu? Dan aku memberi muka pada Bachira. Tapi jika kalian memaksaku ….”Suara Nathan semakin dalam, dingin seperti logam. “Aku tidak segan menjadikan tempat ini ladang pembantaian.”“Hahaha!” Scholar hanya tertawa keras. “Pembantaian?”Raut wajah Scholar semakin dingin dan tatapan
Malam itu, mobil hitam mengantar mereka menuju kediaman keluarga Arteta. Rumah besar dengan arsitektur kuno bergaya Eropa itu menyambut mereka dengan lampu-lampu temaram yang menambah suasana misterius. Scholar, dengan jubah mewah dan senyum penuh pesona, menyambut Nathan secara langsung di halaman depan.Saat melihat sosok pemuda yang memasuki kediamannya, Scholar mendekat dengan wajah senang. “Hahaha! Nathan!” serunya, menggenggam tangan Nathan erat. “Akhirnya aku bisa melihat langsung pemuda yang selama ini diceritakan Bachira. Luar biasa, benar-benar luar biasa!”Nathan menunduk sopan. “Terima kasih atas undangannya, Kepala Keluarga.”Perjamuan sudah disiapkan. Meja bundar besar dipenuhi hidangan lezat dari berbagai penjuru dunia. Scholar mempersilakan Nathan duduk di sebelahnya, posisi terhormat yang menunjukkan bahwa malam itu, Nathan adalah tamu utama.“Anggap saja ini rumah sendiri,” kata Scholar ramah. “Aku senang Bachira punya teman seperti dirimu.”Ia menoleh pada anaknya d
Kediaman keluarga Arteta.Malam menyelimuti pesta yang gemerlap. Lampu-lampu gantung kristal menyala terang, membiaskan cahaya ke perabotan mewah dan para tamu berpakaian formal. Namun di balik kemewahan itu, tersembunyi rencana yang lebih gelap dari bayangan siapa pun.Scholar, pemimpin Keluarga Arteta yang terkenal dengan ketenangan dan kecerdasannya, duduk dengan tenang di kursi utama. Di tangannya ada sebuah pil kecil—jernih dan berkilau seperti kristal embun, namun menyimpan racun paling licik yang pernah dia miliki.“Obat vitalitas,” katanya dengan senyum tipis, seolah sedang memamerkan permata. “Sekali masuk ke tubuh, siapa pun, sekuat apa pun, tak akan bisa menggerakkan kekuatannya. Tubuh mereka akan menjadi lemah seperti anak kecil.”Kepala pelayan yang berdiri di sebelahnya tampak ragu. “Tuan Besar, kalau Nathan benar-benar Penguasa Saibu Care seperti rumor yang beredar, bukankah dia akan menyadari jika diracun?”Scholar melirik tajam. “Itu justru keindahannya. Obat ini tak
“Bukan sekadar harta biasa,” jawab Kaidar dengan nada berat. “Artefak seperti Menara Kegelapan tak akan hancur begitu saja kecuali ada kekuatan ilahi yang diambil dari dalamnya—kunci, segel, atau inti roh purba .... siapa tahu?”Kilau ambisi muncul di mata Gill. “Kalau begitu, Nathan membawa kekuatan yang seharusnya tak dimiliki oleh siapa pun.”“Dan karena itu kita harus merebutnya,” Kaidar mengangguk setuju. “Namun jangan lupa, Nathan bukan kultivator biasa. Dia bukan hanya membunuh Darwin, tapi juga berhasil membuat Sancho dari Martial Shrine tak bisa menyentuhnya. Bahkan Ryujin terlihat melindunginya secara tidak langsung.”Gill mengepalkan tangan, matanya membara. “Aku tidak peduli pada siapapun atau Martial Shrine. Kota Hulmer terlalu jauh dari pengaruh mereka. Tapi aku kekurangan tenaga. Jika kau bersedia meminjamkan beberapa ahli, kita bisa menyingkirkan Nathan. Dan semua harta itu kita bagi dua.”Kaidar berpikir panjang. Lalu, dia menjawab datar, “Aku akan meminjamkan dua ahl
Kabut malam menyelimuti Kota Moniyan seperti tirai kelabu yang menggantung di langit. Lampu-lampu jalanan berkedip pelan, menerangi siluet bangunan-bangunan tinggi yang berdiri bisu di tengah keheningan yang mencekam. Angin berhembus dingin, menyelusup masuk ke dalam lorong-lorong kota yang sunyi.Nathan melangkah pelan di antara bayangan gedung-gedung tua, wajahnya tersembunyi di balik tudung jubah gelap yang berkibar tertiup angin. Matanya tajam, menelusuri setiap gerakan dari sudut-sudut kota, namun perjalanannya tetap sunyi. Tidak ada penyergapan, tidak ada gangguan. Terlalu sunyi, bahkan untuk ukuran malam di Moniyan."Mereka semua diam?" gumamnya perlahan. Tapi Nathan tahu, badai tak selalu datang dengan suara gemuruh. Kadang, dia mengendap dalam keheningan.Di sisi lain kota, di ruang tamu keluarga Winaya yang mewah dan dingin, Gill masih duduk tegak di atas sofa beludru merah darah. Jubahnya jatuh rapi, namun matanya menyala dingin seperti baja.Sudah satu jam.Cangkir teh di
Dalam sekejap, Nathan mengangkat tangannya dan menyusupkan jari-jarinya ke dalam tubuh Darwin. Dengan satu tarikan tegas, dia menyentuh dan menarik keluar kristal misterius yang tersembunyi di dalam sana.Wajah Darwin seketika berubah pucat pasi. Matanya membelalak penuh teror. “T-tidak! B-bagaimana kau masih bisa bergerak!?”Namun Nathan tak menjawab, dia menarik napas dalam, lalu mengaktifkan kijutsu. Aliran spiritual yang sempat ditarik Darwin, kini berbalik mengalir deras kembali ke tubuh Nathan. Bahkan energi milik Darwin sendiri ikut tersedot, seperti sungai yang tertelan ke laut.“T-tidak .… Ini tidak mungkin!”Darwin terguncang, tubuhnya mulai gemetar. Cahaya dari kristalnya redup, lalu padam. Dalam hitungan detik, tubuh Darwin terasa hampa, semua energi di dalamnya menghilang.Tidak lama setelah kristal itu ditarik keluar dari tubuhnya, seluruh tubuh Darwin mulai mengerut. Otot-ototnya kempis, kulitnya kehilangan warna, dan keriput merayap cepat seolah waktu puluhan tahun men