Share

Bab 437

Auteur: Imgnmln
last update Dernière mise à jour: 2024-08-20 20:02:13

Di sebuah restoran, seorang pria paruh bayah dengan wajah datar sedang menyeruput teh nya dengan hati-hati, dan seorang pemuda berdiri di belakangnya dengan tubuh tegak dan rambut pendek, dia terlihat sangat cakap.

“Justin, berapa usiamu tahun ini?” Pria paruh baya itu tiba-tiba berbicra.

“Tyan, tahun ini aku sudah berusia dua puluh lima tahun!” Pemuda itu berkata dengan keras tanpa melihat ke samping.

“Hmm, kira-kira seumuran dengan dia, sama-sama masih muda dan menjanjikan, usia muda memang jauh lebih baik!” Pria itu menunjukkan tatapan mata yang sedikit iri.

Dan pada saat ini, Raj membuka pintu dan berjalan masuk, wajahnya terlihat sedikit marah.

Saat Pria itu melihat raut wjaah Raj yang kesal, dia tidak bisa menahan keterkejutannya. “Dimana orangnya?”

“Tuan Milan, dia …. Nathan mengatakan kalau dia sedang sibuk sebagai alasan untuk menolak, dia tidak berniat datang kemari!” Raj menundukkan kepalanya dan berkata dengan malu.

​“Tidak datang?” raut wajah pria itu sediki
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1289

    Ia mengulurkan tangannya yang gemuk, hendak menyentuh pipi Sheerena."Nona, kabur!"Dua murid Sekte Bloody yang sejak tadi berdiri kaku di belakang Sheerena akhirnya bergerak. Dengan teriakan perang, mereka menghunus pedang dan menerjang Hideo dari dua sisi. Sebuah serangan terakhir yang gagah berani.Hideo hanya mendengus. Ia bahkan tidak repot-repot menghindar. Dengan kecepatan yang tak disangka-sangka, kedua tangannya menyambar bilah pedang mereka, menangkapnya di udara.KLANG!Dengan sekali pelintiran, kedua pedang itu patah. Hideo tidak membuang sisa pedang itu. Dengan satu gerakan memutar yang santai, ia mengayunkan kedua bilah patahan itu. Dua kilatan cahaya dingin melintas.Leher kedua murid setia itu menyemburkan darah. Mereka jatuh ke tanah bahkan tanpa sempat bersuara.Mata Sheerena membelalak ngeri melihat pemandangan itu. Dengan sisa-sisa tenaga terakhirnya, ia menghantamkan satu pukulan lemah ke arah Hideo.Hideo menangkap pergelangan tangannya dengan mudah. "Brengsek! L

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1288

    "Ah, jangan terburu-buru," kata Irarki sambil menunjuk ke kursi di hadapannya. "Duduk dulu, kita ngobrol sambil minum teh. Aku sudah siapkan teh terbaik khusus untukmu."Sheerena duduk, tapi ia tidak menyentuh cangkir tehnya. Perasaannya sedikit tidak enak. "Sebaiknya kau langsung saja ke intinya, Irarki. Ada apa sebenarnya?"Irarki menghela napas panjang, wajahnya dipenuhi ekspresi gundah yang sangat meyakinkan. "Begini, Nona Shereena. Tadi... Hideo dari Keluarga Himalaya datang kemari."Sheerena mengangguk. "Aku tahu dia. Si buaya darat itu, kan? Yang istrinya sudah selusin? Kenapa dia?""Dia... dia bilang dia menyukai Anda," kata Irarki, seolah berat untuk mengucapkannya. "Dia memintaku untuk jadi mak comblang, untuk membantunya mendekatimu."Irarki lalu mengepalkan tangannya. "Tentu saja saya menolaknya mentah-mentah! Kita ini aliansi! Saya bilang padanya, Sheerena itu rekanku, bukan barang dagangan!."Mendengar itu, kewaspadaan di wajah Sheerena langsung luluh, digantikan oleh ra

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1287

    Di Sekte Bloody, suasana terasa muram. Hujan gerimis seolah ikut menangisi kepergian pahlawan mereka."Kak," bisik Sheena, matanya sembap. "Apa Kak Nathan sudah mati? Aku tidak percaya. Siapa tahu Martial Shrine hanya bohong, kan?"Sheerena yang sedang menatap kosong ke tetesan hujan di jendela, tidak menjawab. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu organisasi sebesar Martial Shrine tidak akan menyebar berita bohong soal hal sepenting ini. Tapi, ada sepercik harapan kecil yang menolak padam. Ia ingat malam itu, saat ia mengira Nathan sudah tewas, tapi kemudian langit dan bumi justru bergetar saat pemuda itu melakukan terobosan.‘Orang seperti dia,’ pikir Sheerena, tidak mungkin mati semudah itu.Saat mereka sedang terdiam, seorang murid datang melapor. "Nyonya, ada utusan dari Sekte Herbivor."Sheerena buru-buru menghapus jejak kesedihannya. "Persilakan masuk."Sejak mereka beraliansi, hubungan kedua sekte memang menjadi lebih erat. Utusan itu masuk, membungkuk hormat, dan menyampaikan pesan.

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1286

    Di perbatasan Barat Daya, Kota Orbit.Sekte Herbivor terasa muram. Sejak Nathan membunuh Julian—sang pemimpin sebelumnya, sekte yang dulunya menjadi nomor satu di wilayah Selatan ini seolah kehilangan cahayanya. Irarki yang sekarang mengambil alih pusing tujuh keliling. Mengurus sekte yang sedang di ambang kehancuran ternyata jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan.Saat ia sedang menatap tumpukan laporan keuangan yang membuat kepala berdenyut, seorang murid masuk dengan tergesa-gesa."Baginda," katanya dengan napas terengah, "Hideo dari Keluarga Himalaya ingin bertemu."Irarki mengerutkan kening. ‘Hideo? Dari Keluarga Himalaya? Keluarga konglomerat sombong yang selalu menganggap diri mereka penguasa tak resmi di wilayah ini? Mau apa dia kemari?’ batin Irarki curiga. Hubungan mereka selama ini bisa dibilang dingin.Melihat Irarki yang diam, murid bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Baginda?"Irarki menghela napas panjang. "Persilakan dia masuk."Mau bagaimana lagi? Sekte Herbivor

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1285

    Nathan perlahan mengangkat telapak tangannya. Seluruh cahaya emas dan merah darah dari tubuhnya tertarik keluar, berkumpul di atas telapak tangannya, membentuk sebuah bola energi yang berdenyut seperti jantung bintang. Udara di sekitarnya menjadi sangat panas, pepohonan di luar jaring mulai layu dan mengering.Melihat ini, senyum di wajah Sancho lenyap. Untuk pertama kalinya, ia merasakan teror yang sesungguhnya. Ia tidak menyangka bocah yang sekarat ini masih bisa mengeluarkan kekuatan sebesar ini. Auranya sendiri meledak secara maksimal, cahaya ungu gelap yang pekat menyelimuti seluruh tubuhnya, membentuk sebuah perisai berlapis-lapis.Keduanya tahu. Ini adalah serangan terakhir.Bola cahaya di tangan Nathan, Matahari Terakhir-nya, tumbuh semakin besar dan menyilaukan.Mata Nathan terbuka. Dengan sebuah raungan yang bukan lagi milik manusia, ia menghantamkan bola cahaya itu ke arah Sancho.Gelombang panas yang dilepaskan begitu dahsyat hingga formasi sutra di sekitar mereka meleleh

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1284

    Sancho bingung, tapi ia tidak peduli. Ini adalah kesempatan emas. Dengan raungan penuh kemenangan, ia menghantamkan seluruh kekuatannya ke dada Nathan.Nathan menyemburkan seteguk darah. Organ dalamnya terasa seperti diremukkan. Tubuhnya terlempar jauh ke belakang seperti layang-layang putus.Namun di udara, ia menggertakkan giginya. Dengan sisa-sisa kekuatan spiritualnya, ia menghentakkan kakinya di sebatang pohon, menggunakan momentum dahsyat dari pukulan Sancho untuk melesat lebih jauh lagi ke dalam hutan. Ia sengaja terluka parah demi satu kesempatan untuk kabur.Melihat Nathan yang mencoba melarikan diri, Sancho tidak panik. Ia hanya berdiri di sana, dan seulas senyum yang sangat licik terukir di wajahnya.Nathan yang sempat menoleh ke belakang merasa aneh.Kenapa Sancho tidak mengejarnya?Saat itulah, tubuhnya yang sedang melesat kencang seolah menabrak dinding kaca raksasa.BRAKK!Ia jatuh dengan keras ke tanah. Saat ia mendongak, ia melihat benang-benang energi perak yang tak

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status