Share

Memburu Pengkhianat

Author: Beyouna
last update Last Updated: 2025-04-30 08:30:28

***

Suara tembakan kembali terdengar di udara. Wina menutup telinganya dengan kedua tangannya, ia menempelkan kepalanya di leher belakang Revan dengan mata memicing ketakutan.

"Tenanglah, Wina! jangan panik! aku akan berusaha agar kita selamat!"

Revan terus berlari menerobos hutan yang lembab di malam yang gelap yang hanya disinari lampu depan mobil yang sengaja ia tinggalkan dalam keadaan masih menyala. Tanahnya yang berlumpur karena mereka berada di sekitar rawa menyebabkan langkah Revan tampak berat. Namun semangatnya untuk lari dari Darius sangat besar, ia memegang erat tubuh Wina di belakang punggungnya, matanya tajam menatap ke depan.

"Revan! terimakasih." ucap Wina membisik di telinga Revan.

"Untuk apa, Wina? jangan katakan itu dahulu, kita sedang berjuang untuk lolos." jawab Revan dengan nafas tersengal-sengal.

"Terimakasih telah menyelamatkanku dan percaya padaku!" ucap Wina memegang erat tubuh Revan.

Wina menol
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bersembunyi

    *** "Aaaah, Revaan, tolong aku!" pekik Wina saat menyadari tubuhnya merosot dan akhirnya kembali ke dasar tebing. Revan kembali turun, ia berusaha kembali menyeret Wina ke balik pohon tumbang itu seraya matanya tetap awas ke sekitar. "Wina! Wina! sadarlah! kumohon!" ucap Revan menepuk-nepuk pipi Wina cemas. Wina menggeleng perlahan, ia menatap wajah Revan dengan tatapan sendu. "Aku masih sadar, Revan. Hanya saja, aku sudah kehabisan tenaga. Rasa-rasanya tubuhku sudah tak bisa kugerakkan lagi." "Wina, kumohon! kerahkan sedikit lagi tenaga yang tersisa. Kita akan selamat selangkah lagi, Wina! di sekitar sungai ini, anak buahnya Darius sedang berusaha mencari kita." Revan menggenggam erat tangan Wina, ia tampak panik dan sesekali mendongakkan kepalanya ke atas pohon yang tumbang itu, untuk memastikan bahwa mereka masih aman. Wina mencoba bergerak, ia duduk dan berusaha bangkit. Beruntung hari masih gelap, hingga pergerakan mereka cukup sulit untuk terlihat. "Aku bisa, Revan! bisa!

    Last Updated : 2025-04-30
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Menemukan Kalian

    *** Prang! Pyar! Bruk! Andrea melempar dan membanting segala sesuatu yang ada di dekatnya. Ia marah dan tempramennya tak dapat ia kendalikan. Ia bak manusia yang tengan dirasuki setan yang merubah dirinya menjadi monster dalam sekejab. "Andrea! tenanglah, Nak! semua akan baik-baik saja!" ucap Bibi Noni mengikuti langkah Andrea khawatir. "Bagaimana bisa aku tenang, Bibi?! aku membutuhkan dua orang itu untuk kelangsungan hidupku! aku jijik dan muak selalu diasupi darah pelayan dan darah-darah sembarang orang dari bank darah! mereka harus segera ditemukan, Bibi!" teriak Andrea seperti kesetanan, rambutnya acak-acakan dan liurnya keluar berhamburan saat berbicara. "Tuan Darius sedang berusaha menemukan mereka! sabarlah!" "Bagaimana aku bisa sabar, Bibi?! sudah dua hari Revan dan Wina tak kunjung ditemukan! apakah mereka sudah mati, atau bersembunyi!" ucap Andrea mendelik. Bibi Noni segera meraih telfon nirkabel di atas meja, ia mencoba menelfon Darius yang sedang entah dimana. Beber

    Last Updated : 2025-04-30
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Babi

    ***Darius yang berada di luar tampak kesal karena gedoran pintu darinya diabaikan. Ia tahu dari Tetangga sekitar, bahwa Wina dan Revan sedang berada di dalam rumah. Namun sedari tadi, tak ada satu suarapun terdengar dari dalam."Dobrak!" perintah Darius pada salah seorang anak buahnya.Revan dan Wina membuka pintu belakang perlahan. Sebelum pintu didobrak, mereka sudah keluar dan sekarang sedang berusaha memanjat pagar beton di belakang rumah.Pagar beton itu setinggi dua meter. Pagar itu membatasi daerah hutan lindung dan Pemukiman Penduduk. Jadi pagar beton itu berdiri mengelilingi sepanjang pemukiman. Mungkin salah satu gunanya, agar binatang buas tidak masuk ke pemukiman dan juga agar warga tak mudah mencemari hutan."Bagaimana caranya kita melewati pagar beton ini?" tanya Wina panik."Kita lakukan seperti waktu kita memanjat tebing di pinggir sungai malam itu!" seru Revan.Wina mengangguk, Revan segera memasang badan berjongkok di dekat Wina. Tanpa dikomando, Wina langsung naik

    Last Updated : 2025-05-08
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   BAB 1. Jerat Rentenir

    Cuaca kelam berselimut kabut, gemuruh petir bersahut-sahutan menggelegar di angkasa. Seorang wanita muda masih duduk mematung di tepi sebuah makam yang masih baru. Ia sendirian di sana, para warga sudah beranjak sedari tadi, meninggalkannya dalam kepiluan seorang diri. "Kakek, setelah ini aku harus kemana?" isak Wina di tengah derasnya hujan. Wina akhirnya berdiri setelah sekian lama bertekur di sisi makam Kakeknya, melangkah gontai meninggalkan Pemakaman. Tubuhnya kini kuyub, ia menggigil kedinginan berjalan gontai untuk pulang. Malam telah tiba, Wina kini sendirian di rumah peninggalan Kakeknya. Rumah yang sedari kecil ia tempati bersama Kakek dan Neneknya. Yang kini keduanya telah pergi meninggalkannya. Wina duduk di atas dipan tua, mengenang kembali masa-masa indah saat mereka berdua masih hidup. Tok, tok, tok! Sebuah ketukan kasar membuat Wina terhenyak dari lamunan nostalgianya. Ada orang di luar, yang seolah tak paham bahwa hari ini ia sedang berduka. "Wina! buka pi

    Last Updated : 2025-02-23
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   BAB 2. Lepas dari Mulut Buaya, Masuk ke Kandang Harimau

    *** Wina dimasukkan ke dalam mobil, demikian Pria itu, tanpa menjawab pertanyaan Pak Gondo, ia segera berbalik badan dan melangkah menuju mobilnya. Pintu mobil dibuka oleh salah seorang Bodyguardnya, Pria itu segera naik, di sebelahnya Wina didudukkan tak sadarkan diri. "Ke, kenapa Anda tak menjawab? hey! siapa kalian?!" tanya Pak Gondo seraya melangkah berusaha mendekat ke mobil namun tampak ragu. Mobil offroad double cabin itu melaju kencang. Meninggalkan Pak Gondo sendirian di jalan dengan para Bodyguard dan Sopirnya yang terkapar akibat dihajar oleh Bodyguard pria itu tadi. "Akh! si4lan! siapa dia? kenapa aku merasa terintimidasi hanya dengan melihat matanya saja?!" gumam Pak Gondo kesal seraya menyapu wajahnya yang kuyup terkena hujan. Mobil offroad double cabin itu melaju kencang. Sekitar setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke jalan utama menuju Kota. Wina perlahan tersadar. Ia mendesis dan memegangi kepalanya yang sepertinya pusing karena efek bius. "Kau

    Last Updated : 2025-02-23
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bab 3. Memang Demikian Kenyataannya

    *** Sekitar tengah malam, tepatnya pukul dua puluh tiga lewat empat puluh menit, Wina membuka matanya yang sudah tak lagi mengantuk. Ia pandangi sekitar, kembali ia mengernyitkan keningnya karena bingung dengan keadaan dimana dia berada sekarang. "Dimana ini? apa yang terjadi? bukankah tadi aku sedang makan?" gumam Wina bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian ia terlonjak, melihat kembali ke sekitarnya. "Dimana ini?! ini kamar siapa?" gumamnya kembali beranjak dari ranjang. Ia memperhatikan ranjang yang baru saja ia tiduri. Ranjang mewah yang berbalut seprai sutra nan lembut, selimut bulu yang hangat serta bantal empuk bermacam bentuk terpajang di sisi atas ranjang itu. Wina melangkah mundur menjauhi ranjang itu, tiba-tiba ia berhenti di depan stand mirror atau cermin besar yang berdiri dengan penyangga. Betapa terkejut Wina mendapati dirinya tengah mengenakan pakaian yang sama sekali bukan miliknya. Sehelai pakaian tidur menyerupai Lingerie berbahan sutra dengan bordir renda d

    Last Updated : 2025-02-23
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bab 4. Aku Bukan Isterimu

    *** Tentu saja Wina ketakutan, ia mendelik dan memegang erat lilitan handuk putih yang hanya menutupi dada sampai pahanya. Ia menatap para Pelayan seolah mengiba agar mereka mengerti situasinya. Pelayan Senior melangkah mendekati pintu, itu membuat Wina kalang kabut, ia gugup dan berusaha mencegah Pelayan itu agar tidak membukakan pintu. Pelayan Senior itu mendekatkan wajahnya ke pintu, "Nona Wina sedang berpakaian, Tuan. Silahkan menunggu sebentar lagi." ucap Pelayan itu di dekat pintu tanpa membuka pintu. Orang yang ada di balik pintu hanya mendehem, dan selanjutnya tidak ada jawaban sama sekali. Hanya suara derap langkah yang perlahan menjauh. Wina langsung lemas dan menghembuskan nafasnya lega. "Bagaimana kau tahu kalau itu adalah tuan Darius?" tanya Wina pada Pelayan itu. "Aku sudah bekerja di sini selama puluhan tahun, dan aku sangat hapal derap langkah dan ketukan pintu dari tuan Darius." ucap Pelayan senior sembari terus melangkah dan membuka pintu ruang ganti. Pintu

    Last Updated : 2025-02-23
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bab 5. Darius dan Ambisinya

    *** Darius seketika melepas cengkramannya dari pinggang Wina. Wina sontak melangkah mundur menjauhi Darius yang seperti sedang kesetanan. "Maaf! aku hilang kendali." ucap Darius kemudian. "Apa yang Anda lakukan?! apakah maksud Anda menghadirkan saya di sini, hanya sekedar untuk melepaskan rasa rindu Anda pada Isteri Anda?! Hah! konyol sekali!" dengus Wina kesal. "Tidak! baiklah. Maafkan aku karena penyambutanku tidak sopan. Bagaimana kalau kita bicarakan dengan duduk bersama di sini." ucap Darius sembari menarik kursi untuk Wina. Wina menggeleng, namun ia tak punya pilihan. Masih jelas ingatannya saat Darius kehilangan kendali akan dirinya, Wina sempat melihat sorot mata Darius yang menyeramkan, sorot mata arogan dan beringas. Wina menelan ludah berkali-kali. Namun ia tetap berusaha melangkah mendekati kursi yang ditawarkan oleh Darius, sembari memandang ke arah Darius dengan waspada. "Aku berjanji tidak akan mengulangi tindakanku tadi! duduklah!" pinta Darius mendadak lemb

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Babi

    ***Darius yang berada di luar tampak kesal karena gedoran pintu darinya diabaikan. Ia tahu dari Tetangga sekitar, bahwa Wina dan Revan sedang berada di dalam rumah. Namun sedari tadi, tak ada satu suarapun terdengar dari dalam."Dobrak!" perintah Darius pada salah seorang anak buahnya.Revan dan Wina membuka pintu belakang perlahan. Sebelum pintu didobrak, mereka sudah keluar dan sekarang sedang berusaha memanjat pagar beton di belakang rumah.Pagar beton itu setinggi dua meter. Pagar itu membatasi daerah hutan lindung dan Pemukiman Penduduk. Jadi pagar beton itu berdiri mengelilingi sepanjang pemukiman. Mungkin salah satu gunanya, agar binatang buas tidak masuk ke pemukiman dan juga agar warga tak mudah mencemari hutan."Bagaimana caranya kita melewati pagar beton ini?" tanya Wina panik."Kita lakukan seperti waktu kita memanjat tebing di pinggir sungai malam itu!" seru Revan.Wina mengangguk, Revan segera memasang badan berjongkok di dekat Wina. Tanpa dikomando, Wina langsung naik

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Menemukan Kalian

    *** Prang! Pyar! Bruk! Andrea melempar dan membanting segala sesuatu yang ada di dekatnya. Ia marah dan tempramennya tak dapat ia kendalikan. Ia bak manusia yang tengan dirasuki setan yang merubah dirinya menjadi monster dalam sekejab. "Andrea! tenanglah, Nak! semua akan baik-baik saja!" ucap Bibi Noni mengikuti langkah Andrea khawatir. "Bagaimana bisa aku tenang, Bibi?! aku membutuhkan dua orang itu untuk kelangsungan hidupku! aku jijik dan muak selalu diasupi darah pelayan dan darah-darah sembarang orang dari bank darah! mereka harus segera ditemukan, Bibi!" teriak Andrea seperti kesetanan, rambutnya acak-acakan dan liurnya keluar berhamburan saat berbicara. "Tuan Darius sedang berusaha menemukan mereka! sabarlah!" "Bagaimana aku bisa sabar, Bibi?! sudah dua hari Revan dan Wina tak kunjung ditemukan! apakah mereka sudah mati, atau bersembunyi!" ucap Andrea mendelik. Bibi Noni segera meraih telfon nirkabel di atas meja, ia mencoba menelfon Darius yang sedang entah dimana. Beber

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bersembunyi

    *** "Aaaah, Revaan, tolong aku!" pekik Wina saat menyadari tubuhnya merosot dan akhirnya kembali ke dasar tebing. Revan kembali turun, ia berusaha kembali menyeret Wina ke balik pohon tumbang itu seraya matanya tetap awas ke sekitar. "Wina! Wina! sadarlah! kumohon!" ucap Revan menepuk-nepuk pipi Wina cemas. Wina menggeleng perlahan, ia menatap wajah Revan dengan tatapan sendu. "Aku masih sadar, Revan. Hanya saja, aku sudah kehabisan tenaga. Rasa-rasanya tubuhku sudah tak bisa kugerakkan lagi." "Wina, kumohon! kerahkan sedikit lagi tenaga yang tersisa. Kita akan selamat selangkah lagi, Wina! di sekitar sungai ini, anak buahnya Darius sedang berusaha mencari kita." Revan menggenggam erat tangan Wina, ia tampak panik dan sesekali mendongakkan kepalanya ke atas pohon yang tumbang itu, untuk memastikan bahwa mereka masih aman. Wina mencoba bergerak, ia duduk dan berusaha bangkit. Beruntung hari masih gelap, hingga pergerakan mereka cukup sulit untuk terlihat. "Aku bisa, Revan! bisa!

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Memburu Pengkhianat

    ***Suara tembakan kembali terdengar di udara. Wina menutup telinganya dengan kedua tangannya, ia menempelkan kepalanya di leher belakang Revan dengan mata memicing ketakutan."Tenanglah, Wina! jangan panik! aku akan berusaha agar kita selamat!"Revan terus berlari menerobos hutan yang lembab di malam yang gelap yang hanya disinari lampu depan mobil yang sengaja ia tinggalkan dalam keadaan masih menyala. Tanahnya yang berlumpur karena mereka berada di sekitar rawa menyebabkan langkah Revan tampak berat. Namun semangatnya untuk lari dari Darius sangat besar, ia memegang erat tubuh Wina di belakang punggungnya, matanya tajam menatap ke depan."Revan! terimakasih." ucap Wina membisik di telinga Revan."Untuk apa, Wina? jangan katakan itu dahulu, kita sedang berjuang untuk lolos." jawab Revan dengan nafas tersengal-sengal."Terimakasih telah menyelamatkanku dan percaya padaku!" ucap Wina memegang erat tubuh Revan.Wina menol

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Kaburlah Bersamaku

    ***"Lepaskan, Tuan!"Wina menolak tubuh Darius dengan sekuat tenaga. Rambutnya berantakan, kerah piyamanya serong ke pundak, ia mundur bebera langkah. Ia hapus kuat-kuat bibirnya seolah jijik dengan ciuman paksaan yang baru saja terjadi."Kau menolakku?" tanya Darius tersenyum sinis."Ya, tentu dan pasti! apa yang Anda lakukan pada tubuhku di saat aku kehilangan kesadaran kemarin malam?!""Hah! sesuatu yang wajar dilakukan oleh seorang Suami pada Isterinya. Memangnya apa lagi? mencumbumu, mer4ba seluruh tubuhmu, dan menyetvbvhimu...""Hentikan! Anda benar-benar bukan manusia, Tuan! tidakkah Anda sudah kehilangan hati nuraini? Isteri? Suami? aku bahkan tidak merasa kalau kita sudah menikah!""Hati nurani? hmmm, aku sudah lama kehilangan itu. Aku hanya memiliki amarah dan ambisi."Darius kembali melangkah mendekati Wina dengan senyuman sinisnya, spontan ia menangkap kedua pundak Wina saat Wina menyadari pergeraka

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Andrea, Kau Seperti Vampir Penghisap Darah

    ***Di dalam ruangan minim penerangan, hanya beberapa lampu temaran yang menyala di sudut-sudut ruangan di taman yang membentuk seperti goa alami itu, seorang gadis tengah mengigil gemetaran bersandar di sebuah dinding batu. Ia seolah pesakitan yang sedang sakau, membutuhkan asupan bubuk putih sesegera mungkin. Atau sesosok Vampir yang kehausan dan tengah sekarat karena belum menghisap darah manusia.Andrea berkali-kali menelfon Revan, Bibi Noni dan Darius. Sepertinya semua sedang sibuk dengan pekerjaannya dan hanya menghasilkan jawaban 'tunggu sebentar!'"Aaaahkgh!" teriak Andrea kesal. Ia lemparkan ponsel mahal itu ke lantai.Tiba-tiba ponsel itu berdering, sebuah panggilan terlihat dari layar ponsel. Andrea segera merangkak gemetaran meraih kembali ponsel itu."Hallo! Bibi, lekaslah kemari! aku sudah tidak tahan lagi."Andrea memegangi tangannya masing-masing karena perasaan dingin dan menyakitkan berpadu dengan kejang yang ia

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Kau Ambil Perawan Yang Kumiliki

    ***Pagi yang cerah. Sinar mentari pagi tanpa segan masuk menyusup celah-celah lobang angin di jendela balkon kamar utama. Tirai berbahan rami yang menjuntai menutupi jendela balkon melayang-layang terkena angin yang masuk dari pintu jendela yang tak tertutup dengan benar.Sinar mentari mengenai wajah Wina yang masih tertidur pulas di atas ranjang. Rambutnya tergerai tak beraturan, tubuhnya tertutupi selimut hingga ke lehernya. Ia tiba-tiba tersentak, memeriksa seluruh tubuhnya dan panik seketika."Apa yang terjadi?!" pekiknya tertahan melirik ke kiri dan ke kanan.Wina membuka selimut itu untuk melihat kondisi tubuhnya, ia dalam keadaan telanjang sama sekali tak berpakaian. Ia perhatikan sekitar, dua lembar handuk ada di sekitar lantai seperti terlempar begitu saja. Tiga botol Wine yang sudah terbuka juga ada di atas meja, dan satu gelas yang masih berisi sedikit Wine.Ingatannya secara jelas tergambar akan kejadian semalam, ia dan Dariu

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Agar Aku Memiliki Bayi Darimu

    ***Darius mengecup kening Wina dengan lembut, sementara Wina memicingkan matanya seakan menolak kecupan itu. Ia berusaha berontak, namun tangannya ditahan oleh Darius."Tolong, Tuan. Jika memang Anda ingin melakukannya padaku, biarkan aku dalam keadaan bersih dahulu." ucap Wina kemudian seolah mendapatkan sebuah ide. Darius seolah terhenyak, ia tersenyum dan membelai rambut Wina."Kau ingin kita mandi bersama?""Tidak! biarkan aku mandi sendiri. Aku butuh menyiapkan mentalku dahulu. Dan izinkan aku melakukannya di kamar mandi. Aku butuh sendiri! aku berjanji tidak akan lama!""Aaah, baiklah! lakukanlah! aku akan menunggumu di sini! dan pastikan kau sudah dalam keadaan siap nanti, saat keluar dari kamar mandi."Wina menghembuskan nafas lega perlahan, Permohonannya dikabulkan. Dengan perasaan takut mencoba beringsut dari ranjang, menjauhi Darius yang masih berbaring dengan bersandarkan lengan di atas ranjang sembari ters

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Manipulatif

    ***Wina berontak, melonjak-lonjakkan tubuh rampingnya dari gendongan Darius. Entah karena gemas bercampur bahagia, Wina langsung dijeburkan ke dalam kolam renang yang berdampingan dengan gazebo.Byuurrr!!"Hahahah! Wina, Wina! kenapa kau begitu menggemaskan sekali?! ingin sekali rasanya menggigit dan mengunyahmu! hahahah! ucap Darius kegirangan.Namun, Wina bukanlah wanita yang pandai berenang. Di tengah gelak tawa Darius yang kegirangan melihat Wina tercebur di kolam renang. Wina sedang berusaha untuk mendongakkan kepala agar tidak tenggelam. Ia berontak menggapai-gapai, meminta tolong pada Darius."Tolong! tolong aku! aku tak bisa berenang!"Darius masih dalam tawanya, ia masih tak sadar dengan keadaan Wina. Tiba-tiba,Byurrrr!Seseorang langsung masuk ke dalam kolam dan meraih tubuh Wina untuk diangkat ke permukaan."Wina! kau baik-baik saja?"Revan menggendong Wina untuk dinaikkan ke pingg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status