Kedua tangannya menutupi wajah, pikirannya justru tak terkendali mengingat kembali adegan barusan.Meskipun mereka sudah menjadi suami istri selama dua tahun, momen intim yang pernah terjadi baru beberapa kali saja. Semuanya pun dilakukan secara wajar di rumah, di atas ranjang, dan selalu di malam hari.Baru kali ini mereka melakukannya di luar, di siang bolong, di dalam ruang ganti. Meskipun terasa memalukan, dia tak bisa menyangkal bahwa di lubuk hatinya justru ada rasa bahagia.Ini karena Ralph tak bisa menahan diri terhadapnya, terpesona, dan tak rela melepaskan. Meskipun sebatas dorongan fisik, meskipun hanya ketagihan pada tubuhnya, setidaknya itu membuktikan bahwa Ralph membutuhkannya.Benar, Nikki kembali goyah. Dia tahu seharusnya tidak begitu mudah dikuasai oleh Ralph, tetapi dia benar-benar tak bisa mengendalikan diri.Barusan di tengah suasana yang kacau, Ralph sudah membantu menarik turun ritsleting gaunnya. Dia dengan hati-hati melepaskan gaun itu, menggantungkannya, lalu
Jari-jarinya sama sekali tak menurut pada kendali otak. Seolah-olah punya kesadaran sendiri, jari-jari itu perlahan menarik turun ritsleting. Kemudian, gaun itu melorot dari bahu Nikki.Nikki terkejut dan refleks menciut, secara naluriah merapatkan kedua lengannya. Saat berikutnya, dia melihat pria di depannya menatapnya seperti terhipnotis."Kamu ... di dalam cuma pakai ini?" Ralph seperti baru pertama kali melihatnya, bertanya dengan penasaran.Nikki merasa malu bukan main, buru-buru menarik gaunnya untuk dipakai kembali. Dia menyahut dengan terbata-bata, "Kalau pakai gaun malam, memang ditempel ini, nggak bisa pakai bra biasa."Selesai berbicara, dia sendiri merasa aneh. Seorang pria dengan status seperti Ralph ternyata tidak tahu hal sesederhana ini?Apa benar dia dan Shireen tidak punya hubungan apa-apa? Dengan status Shireen, menghadiri pesta itu sudah hal biasa, seharusnya Ralph sudah pernah melihatnya kalau mereka berhubungan badan.Ralph menelan ludah, mengangkat tangan hendak
Ruang ganti? Memangnya kenapa? Dia sudah tidak sabar!Sejak melihat Nikki mengenakan gaun itu dan muncul di hadapannya, jiwanya seolah-olah terpikat. Wajahnya secantik bidadari, anggun, membawa kesan suci yang tak bisa dinodai.Begitu pandangannya jatuh pada tubuh itu, di kepalanya hanya tersisa dua kata, gadis penggoda! Bagaimana mungkin dia memiliki wajah malaikat tetapi tubuh iblis?Ralph terus menekan dan mencium dalam-dalam, sementara pikirannya melayang penuh hasrat. Memang tempat ini tidak cocok, tetapi Wenny yang pintar sudah mengosongkan ruangan, jadi sepertinya tidak akan ada yang datang mengganggu. Makanya ...."Ralph! Jangan macam-macam ya! Kalau kamu terus begini, aku marah!" Nikki terus menolak dan menghindar, tetapi tubuh Ralph yang tinggi dan kakinya yang panjang membuatnya seperti kurungan hidup. Sama sekali tak ada celah baginya untuk kabur. Dia hanya bisa marah!Menyadari kemarahan Nikki, Ralph akhirnya sedikit lebih sadar. Wajah tampannya menunduk, bersandar di lehe
Dia sedang dalam masa menyusui, memang ukurannya bertambah dua cup dibanding sebelumnya.Mencari gaun yang ukurannya pas di ketiga lingkar tubuh memang agak sulit."Kak Ralph, bukan bajunya yang terbuka, tapi tubuh Kak Nikki yang terlalu bagus. Masa kamu nggak tahu sendiri istrimu?" Wenny tersenyum nakal, nadanya mengandung rasa iri."Pokoknya nggak boleh." Ralph yang memang cemburuan, tidak rela tubuh istrinya dilihat orang lain di depan umum. Dia langsung menggenggam lengan Nikki dan menariknya masuk. "Ayo, cepat ganti."Shireen yang berdiri di samping melihat semua itu dari awal hingga akhir. Perasaannya campur aduk. Kini, dia benar-benar yakin pria yang dulu matanya hanya tertuju padanya, yang hatinya penuh dengannya, perlahan sudah melupakannya. Dunia pria itu telah diisi oleh wanita lain.Tak sanggup lagi bertahan di sana, Shireen kehilangan mood untuk belanja. Dia berbalik, menuruni tangga, dan pergi dengan perasaan muram.Wenny memandang punggung Shireen, ekspresinya penuh pema
Shireen terlihat agak murung, seolah-olah terluka. "Nggak ada apa-apa, cuma nanya saja. Mungkin karena sekarang aku nggak hidup dengan baik, jadi iri sama kebahagiaan orang lain."Ralph menangkap maksud tersiratnya. "Kamu sama Irfan masih belum baikan?"Shireen mencebik. "Ya seperti biasa, toh nggak ada artinya. Aku mau cerai, dia nggak mau. Ya sudah, biarin berlarut-larut saja."Ralph membela Irfan, "Irfan sudah tahu salahnya, dia sebenarnya sayang sama kamu. Coba kasih dia kesempatan lagi."Shireen memang terlihat seperti perempuan cantik yang hanya menjadi pajangan, tetapi pikirannya sangat jernih. "Heh ... dia mana mungkin tahu salahnya. Dia cuma pilih yang paling menguntungkan buat dirinya.""Pengakuan dan sikap manisnya sekarang itu cuma supaya aku bertahan. Begitu aku benar-benar bertahan, dia tetap akan mengabaikan dan menyepelekanku seperti dulu.""Kalau dia benar-benar sayang, dia nggak akan tega nyakitin aku, nggak akan paksa aku gugurin anak, dan nggak akan biarin hubungan
Shireen sedang mencoba gaun adibusana model terbaru dari sebuah merek ternama. Dia masih berada di awal masa kehamilan, tubuhnya sama sekali belum terlihat gemuk, bahkan tampak lebih ramping sedikit.Gaun bulu edisi terbatas yang harganya selangit itu membalut tubuhnya dengan sempurna, membuatnya benar-benar seperti peri yang anggun. Harus diakui, dia memang sangat cocok dengan gaya bersih dan luwes seperti itu.Sementara itu, Nikki tidak begitu cocok. Bukan karena Nikki kalah cantik, tetapi karena tubuhnya terlalu berisi. Bagian dada gaun seperti ini jelas tidak akan bisa menutupinya dengan pas."Kak Ralph? Kok kamu di sini?" Begitu menatap ke arah Ralph, Shireen sempat terkejut, lalu mengangkat sedikit gaunnya dan berputar ringan."Lihat deh. Menurutmu aku cocok nggak pakai gaun ini? Mereka semua bilang aku cantiknya kayak bidadari." Seperti bertahun-tahun yang lalu, dia sama sekali tidak merasa perlu sungkan. Dia masih menunggu pujian dari Ralph, seolah-olah lupa bahwa hubungan mere