Share

BAB 4

Author: Little Forest
last update Last Updated: 2025-10-02 07:30:27

Setiap malam Kate memanjat doa, membujuk Tuhan agar memaafkan khilafnya. Dan meminta agar melindunginya dengan ketenangan. Namun, apakah doanya hanya bertahan empat tahun? 

Sejak kedua orang tuanya pergi untuk selamanya, hidup Kate seolah kehilangan warna. Hari-harinya hanyalah serpihan waktu yang jatuh satu per satu, dingin, sunyi, dan tanpa cahaya.

Ia pernah punya mimpi, tapi kematian menggerusnya perlahan. Kini yang tersisa hanya perjuangan untuk bertahan, napas yang berat, langkah yang lelah, dan hati yang terus memanggul luka.

Ketika kemiskinan menelannya, Kate menunduk pada kenyataan paling pahit, menjual waktu, tenaga, bahkan harga dirinya demi sepotong harapan. Ia bekerja hingga tangan kapalan dan mata basah, melayani orang-orang yang tak tahu betapa setiap sen yang ia dapatkan adalah hasil dari pengorbanan yang tak terlihat.

Seolah kemiskinan saja tak cukup menelanjangi hidupnya, Kate harus menerima kabar buruk yang menghantam seperti badai di tengah laut yang nyaris tenang, adiknya ditahan dengan tuduhan penipuan.

Adik yang selama ini ia lindungi dengan sisa tenaga, terkurung di balik jeruji besi. Semua pengorbanan, semua doa yang ia bisikkan setiap malam, seakan tak cukup untuk menebus takdir yang bengis.

Demi menolong sang adik, Kate menukar kehormatan dirinya dengan kesepakatan gelap. Malam itu, harga dirinya meluruh bersama air mata yang tak sempat jatuh. Awalnya, ia pikir itu akan menjadi sekali saja, sekadar jalan pintas untuk membebaskan sang adik dari jeruji besi. Namun kehidupan selalu punya cara untuk menjerat.

Matt, lelaki dengan tatapan dingin dan sentuhan yang membuat logika runtuh, datang membawa kenyamanan semu yang tak pernah Kate rasakan seumur hidupnya. Ia memberinya kenyamanan, dan tidur tanpa lapar. Semua yang dulu sempat hilang, kembali ia rasakan, namun sebagai gantinya ia harus menyerahkan diri.

Dan di sanalah kelemahannya tumbuh. Kate ketagihan bukan pada tubuh Matt, tapi pada kebebasan dari penderitaan. Ia menikmati hari-hari tanpa harus mencuci piring di restoran, tanpa perlu memikirkan uang sewa, tanpa ketakutan setiap kali tagihan datang. Ia tahu ini salah. Ia tahu dirinya tenggelam semakin dalam. Namun di balik rasa jijik pada diri sendiri, ada rasa tenang yang tak bisa ia tolak.

Setiap malam, ketika Matt menelusuri wajahnya dengan jemari dingin itu, Kate menutup mata, bukan karena menikmati, tapi karena berusaha melupakan siapa dirinya sebelum malam pertama itu. Dan di dalam keheningan yang menyesakkan, ia sadar, bahwa ia telah menjual kehormatan sebagai wanita demi bertahan hidup.

Dan celakanya, ia tak menyesal sepenuhnya. Kate perlahan tunduk, bukan karena uangnya saja, melainkan juga sosok Matt yang membuatnya nyaman berada di dekat pria itu.

Lalu datanglah hari itu, hari ketika tubuh Kate memberi tanda yang tak bisa ia abaikan lagi. Kehidupan kecil tumbuh di dalam rahimnya. Kehidupan yang selama ini ia sembunyikan demi melindunginya dari lelaki pengecut.

Kembali pada dirinya kini yang termenung di dalam bilik toilet. 

 Setelah empat tahun lamanya, Kate merasa Tuhan mengabulkan doanya, namun apakah kini Tuhan akan menghukum Kate atas perbuatan masa lalunya?

Sungguh, bertemu dengan pria itu lagi, adalah hukuman bagi Kate.

Matt.

Matthew.

Adalah orang yang sama, pria yang sempat menjadi bagian perjalanan hidupnya. Pria brengsek yang ingin menyingkirkannya melalui orang.

Pria yang kini menghimpitnya dan mengunci kedua tangannya di atas kepalanya. Kate tidak bisa berkutik. "Apa yang anda lakukan," bentak Kate setengah menjerit. "Lepaskan, atau-"

"Atau apa?" tantang Matt jelas tak takut. Katya, pria itu memanggilnya. Nama yang terasa akrab empat tahun lalu.

Kate mencoba lepas, namun tenaga Matt bukan tandingannya. "Apa yang anda lakukan," bentak Kate setengah menjerit. "Lepaskan, atau-"

"Atau apa?" tantang Matt jelas tak takut.

"Atau aku akan berteriak".

Matt menyeringai. "Berteriaklah, kita lihat apakah akan ada orang yang datang." Menunggu wanita itu bertindak atas ucapannya. Dan seringainya semakin lebar kala Kate hanya diam dengan tatapan ketakutan.

"Setelah kabur dariku, kini kau bermain sekretaris-sekretarisan, hah?!"

Napas Kate terdengar patah-patah, bergerak tak nyaman kala merasakan napas pria itu di pipinya. 

"Berapa Nick membayar tubuhmu?"

Pisau tak kasat mata menghujam dada Kate. Pancaran terluka di mata Kate tak membuat Matt iba. Malah ia kembali menghujam Kate dengan kata-kata. "Apa lebih besar dariku?"

"Pak Nicholas lebih terhormat dari anda, tuan". Satu air mata lolos membasahi wajah pucatnya.

Matt hanya berdecih.

Hidung mereka hampir menempel. Kate buru-buru memalingkan wajahnya ke kiri, bulir air mata kembali menetes di pipinya. 

"Jangan kau pikir, dengan menangis kau akan terbebas dariku".

”Apa maumu?” tanya Kate parau, wajahnya masih berpaling dari Matt.

”Kau!” jawab Matt menyeringai, untung saja Kate tidak melihatnya, dia bisa bergidik ngeri. Mendengar jawaban Matt saja sudah membuat Kate menegang takut. 

Matt berbisik. "Kau, aku mau kau sekarang!"

Mengenal Matt selama dua tahun, Kate tahu bahwa pria ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Matt ingin dirinya sekarang, maka akan pria itu wujudkan.

Dan jika dulu Kate tidak pernah bisa menolak pria ini. Maka lain halnya dengan keadaan sekarang. "Aku sudah bukan pelacurmu lagi, tuan!" kata Kate tajam. 

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 11

    Di luar pintu toilet, Kate berhenti sejenak. Matanya menangkap pemandangan yang begitu manis, Alan duduk di sofa dengan dua bocah kecil di pangkuannya.Angel duduk tenang di sisi kanan, memeluk boneka kecil di dadanya, sementara Angelo bersandar manja di dada Alan. Di depan mereka, layar televisi menayangkan kartun lucu dengan warna cerah dan lagu ceria yang terus berulang.“Ankel, itu pasti sakit,” seru Angelo. Dahi kecilnya mengerut melihat salah satu karakter kartun itu terjatuh. Si adik memang seorang anak yang perasa."Gak nanis, gak takit," sahut Angel."Itu pasti sakit," keukeuh Angelo yang pernah jatuh dan merasakan sakit waktu itu. "Kalau itu kau, pasti menanis!"Angelo bangkit dan buru-buru membela diri, “Nggak nangis! ail matanya kelual”.Alan terkekeh melihat perdebatan lucu kedua keponakannya. Semantara Kate yang mendengar itu buru-buru mendekat dan bertanya, "Apa Jelo pernah jatuh? Kapan? di mana?" tanyanya agak khawatir.Angel mengangguk. "Jelo jatuh, menanis"."Tapi i

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 10

    Matt tidak pernah setertarik ini kepada Kate. Maksudnya, dari dulu Kate memang menarik untuknya, namun tak lebih sebatas fisik saja.Dulu ia tidak akan begitu peduli di mana wanita itu tinggal, bagaimana keluarganya, dan sampai mana pendidikannya. Dan karena kurangnya informasi tersebut, membuat Matt sempat kehilangan jejak Kate untuk beberapa tahun.Pertemuan itu membangkitkan bara lama dalam diri Matt, hasrat untuk sekali lagi menjadikan Kate miliknya, begitu kuat hingga nyaris tak tertahankan. Perlahan tapi pasti, Matt bertekad meruntuhkan pertahanan Kate yang sejak bertemunya lagi, wanita itu dengan terang-terangan menolak dirinya. Dan kali ini, ia berniat merebutnya kembali dari pria yang berani mengambil tempat di sisinya.Ia akan merebut Kate dari pria yang mungkin saja menjadi alasan kepergiannya dulu. Bagi Matt, kepergian Kate bukan sekadar kehilangan, itu adalah tamparan keras pada egonya. Sebab sepanjang hidupnya, tak ada satu pun wanita yang berani meninggalkannya begitu

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 9

    Sejak Kate memutuskan untuk menghasilkan uang dengan manjadi simpanan seorang lelaki, dan saat itu kebutulan adalah Matt. Seorang lelaki yang sering datang ke klub tempatnya bekerja part time. Kate menawarkan diri, dan Matt menyambutnya. Hubungan yang Kate kira akan selesai dalam satu malam, namun ternyata berlangsung cukup lama.Kenyaman yang diberikan oleh Matt, membuai Kate. Terlebih perlakukan Matt dulu padanya, meski dirinya hanya sebagai penghangat ranjang Kate, dia diperlakukan cukup baik. Walaupun Kate sadar, sebaik apapun Matt, orang itu tetaplah pria yang hanya menginginkan tubuhnya. Dan tak lebih dari itu. Akan tetapi, jika dibandingkan sikap Matt dulu, jauh lebih baik daripada sikapnya beberapa waktu lalu, yang hampir melecehkannya di kamar mandi. Dan apakah bisa disebut melecehkan jika nyatanya Kate malah terbuai?Kate sudah melupakan kejadian di toilet tempo hari. Namun lagi-lagi pria itu bersikap kurang ajar padanya. Di tempat umum pula.Kate memejam erat. "Oke". bisik

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 8

    Ketukan sebanyak tiga kali pada pintu mengalihkan atensi Matthew dari berkas laporan di mejanya. Adalah Jerremy, sekretaris yang merangkap asistennya, masuk ke dalam ruangan dan mengingatkan tentang kunjungan ke salah satu bakal cabang hotel yang baru dibangun. Matthew memijat pelipisnya yang berdenyut."Apakah pak Matthew baik-baik saja?" tanya Jerremy, melihat atasannya tampak tak sehat."Apakah kau bisa menjadwal ulang agenda hari ini, Jerremy?" "Baik, Pak". Lalu Jerremy keluar.Dering ponsel di meja membuat Matt berdecak. Ia matikan panggilan dari ayahnya yang membuat kepalanya semakin derdentam. Matthew mendesah panjang. Sakit di kepalanya pastilah akibat dirinya yang mabuk semalaman. Dan dia hanya beristirahat selama dua jam. Dan ketika dirinya terbangun, sakit kepala menyerangnya. selain itu, rapat pagi membuatnya melupakan sarapan.Matthew memijat tengkuknya yang juga terasa berat, pekerjaannya yang semakin hari semakin terasa menjadi beban. Sejak ayahnya memutuskan keluar

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 7

    "Mommy...""Mommy.."Suara itu menyambut Kate yang baru saja membuka pintu flatnya. Kate merentangkan kedua tangannya dan membungkuk untuk menerima pelukan dari dua malaikat kecil yang langsung menabrakan diri pada Kate."Emh.. wanginya anak-anak mommy", Kate mencium anak-anaknya secara bergantian. Angela dan Angelo, anak kembar berusia tiga tahun, harta paling berharga yang tidak ternilai."Sudah makan malam?" Kedua menggeleng."Baiklah, kita makan bersama. Lihat," Kate mengangkat plastik bergambar ayam. "Mommy beli chicken".Kedua mata si kembar berbinar. Itu adalah makanan kesukaan mereka yang jarang Kate belikan karena Kate tak ingin anaknya terlau sering memakan makanan dari luar. Namun hari ini pengecualian.Kate mencapit hidung Angel dan Jello bergantian dengan gemas. Kate berdiri. "Come, I'm starving.". Kate menggandeng membawa kedua tangan anaknya dan mendudukan mereka di kursi makan khusus anak balita yang dibelinya ketika sedang ada promo beli satu dapat dua."Apa itu?" Seo

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 6

    Sementara Matt, yang ditinggalkan Kate di balik bilik kamar mandi, memejamkan mata erat. Sungguh dia tersiksa. Oh, betapa sakit bagian tertentunya, sampai untuk tetap berdiri saja Matt harus mengepalkan sepuluh jarinya.Make out kilat tadi memberikan efek yang sangat luar biasa untuk Matt. Terutama bagi teman seumur hidupnya di bawah sana.Sialan! Matthew mengumpat dalam hati. Seharusnya dia menghukum wanita itu, bukan malah tergoda dan ingin memasukinya, jika saja...Sialan! lagi Matt mengumpat, menyugar rambutnya frustasi karena menahan gejolak gairah yang tidak bisa ia tuntaskan.Gairah dan amarah menyatu yang ditujukan untuk wanita itu.Siapa tadi namanya, Katherine? Matt terkekeh sinis.Wanita itu Katya, wanita yang pernah menghangatkan ranjangnya selama dua tahun.Wanita yang secara tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Wanita yang muncul kembali setelah empat tahun lalu membuat Matt menggila karena kehilangan pelampiasan nafsunya.Wanita yang selalu ia sebut diakhir kelimasknya den

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status