"Daddy malam-malam begini kok sudah rapi saja, Daddy mau ke mana?" Diego menatap Caesar yang kini berjalan menuruni anak tangga. Dengan setelan formal jas hitam yang ia pakai, Caesar tampak rapi dan tampan malam ini. Laki-laki itu tersenyum pada ketiga anaknya yang memperhatikannya. "Daddy akan datang ke acara teman Daddy, Sayang," jawab Caesar pada mereka. "Yang janjian dengan Mommy waktu itu?!" sahut Adele dengan kedua mata berbinar. Caesar mengangguk. "Iya, Princess." "Waahhh, Daddy jangan lupa menjemput Mommy-ku!" pekik Alvino tegas. "Jangan membuat Mommy menunggu lama, Dad!" imbuh Diego. Caesar mengangguk dan tersenyum pada ketiga anaknya. Ia mengusap pucuk kepala mereka dengan penuh kasih sayang. "Kalian di rumah dengan Nanny, Daddy akan berangkat sekarang, oke?" pamit Caesar. "Oke! Sudah, sana-sana cepat berangkat! Mommy sudah menunggu!" pekik Diego mendorong Caesar untuk segera pergi. Caesar pun segera bergegas untuk pergi. Malam ini ia pergi sendirian ta
"Sayang, malam ini Mommy mungkin akan pulang larut malam. Dylan dan Diego menginap di rumah Auntie Amelia ya, Sayang?" Chloe membungkukkan badannya di hadapan kedua miniatur kecilnya yang mengerjap dengan dengan bibir cemberut kedua anak itu. Anak-anak itu marah, mereka tidak mau ditinggal lama-lama oleh Chloe, apalagi Alvano yang selalu khawatir pada Chloe. "Mommy bisa tidak, jangan lembur-lembur lagi kerjanya? Dylan dan Diego 'kan mau ditemani sama Mommy kalau malam," ujar anak itu memegangi tangan Chloe. Dylan mencoba untuk menahan Mommy-nya untuk tidak bekerja sehari semalam. Bagaimanapun juga, Dylan sangat khawatir pada kondisi kesehatan Chloe. Chloe yang paham dengan maksud dan tujuan Dylan, wanita cantik berbalut jas putih itu pun tersenyum, ia menekuk kedua lututnya di hadapan Dylan dan Alvano. Ibu jarinya membelai lembut pipi anak itu. "Kalau Mommy tidak bekerja, Mommy dapat uang dari mana, hm?" tanyanya pelan dan lembut. "Nanti, untuk membeli susu dan cemilan buat
Chloe menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Wanita cantik itu terdiam dengan wajah pias dan jantungnya berdegup kencang. Telapak tangan Chloe gemetar menyentuh dada. Ia menahan rasa gugup akan pertanyaan-pertanyaan yang terucap dari Caesar setelah melihat mainan-mainan milik Dylan dan Diego di dalam rumah. "Apakah dia percaya pada jawabanku tadi?" gumam Chloe lirih. Chloe menatap ke arah lantai dua, lebih tepatnya ke arah kamarnya dan kamar si kembar. Seketika, ia memejamkan kedua matanya dengan kepala menengadah. "Ya Tuhan, untung anak-anak tidak keluar dari dalam kamar...." Wanita itu berjalan pelan, ia menekan saklar lampu dan seluruh penjuru rumah menjadi gelap. Langkah kakinya kembali menuju kamar. Chloe membuka pintu kamarnya dan ia menatap kedua putranya yang kini juga tengah menatapnya. Dylan beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Chloe. "Siapa barusan yang datang, Mom?" tanya anak itu. "Bukan siapa-siapa, Sayang. Tetangga kita," jawab Chloe, ia sengaja be
"Mommy, Dylan sudah bisa membaca. Kenapa setiap hari belajar terus!" Anak itu cemberut menatap Chloe yang kini duduk di sampingnya sambil membuka buku belajar milik Dylan. Sepertinya biasa, setiap malam Chloe selalu menyempatkan waktunya untuk mengajari si kembar mengenal huruf dan angka. Hingga anak-anaknya bisa membaca dan berhitung sebelum mereka masuk ke sekolah. "Dylan sudah pintar, Mommy..." "Meskipun sudah pintar, harus tetap belajar, Sayang," jawab Chloe menatap Dylan yang masih cemberut. "Ck! Kakak itu tidak bisa jadi anak panutan, Mom. Belajar saja malas! Kita harus belajar, Kakak, supaya kita pintar!" sahut Alvano sambil memangku buku bacaan yang siang tadi Chloe berikan untuk mereka. Dylan merotasikan kedua bola matanya. "Iya, iya! Si paling cari muka! Memang kau itu diam-diam minta ditonjok, ya!” sinisnya. "Sudah! Mau belajar atau mau ribut?! Atau mau Mommy tinggal saja!" tegas Chloe pada kedua anak itu.Lantas keduanya langsung merengek dan menahan lengan Chloe.
Mobil hitam milik Caesar telah tiba di pekarangan rumahnya setelah laki-laki itu bertemu dengan dua rekan bisnisnya beberapa menit yang lalu. Caesar berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah tegas seperti biasa. Namun, begitu ia melewati ruang keluarga, laki-laki itu melihat Alvano, Alvino, dan Adele berada di dalam ruangan itu dan mereka tengah menonton acara kartun kesukaannya. "Anak-anak," sapa Caesar pada mereka dengan wajah bingung. Triplets dengan kompak menoleh dan menjawab. "Daddy?" Caesar berjalan mendekati Diego dan Alvino. "Bukannya kalian tadi pergi bersama Bu Dokter?" tanyanya penasaran. Diego, Alvino, dan Adele terlihat bingung. Tetapi, Diego langsung paham dalam hitungan detik. Pasti Dylan dan Alvano yang dilihat oleh Caesar tadi. "Iya, Dad!" jawab Diego spontan. "Ta-tadi kami bertiga ikut Mommy!" Alvino dan Adele ikut mengangguk, wajah ketiga anak itu terlihat tegang, bingung, dan gugup. Kening Caesar mengerutkan keningnya. "Princess...?" "Iya! Pri
Pukul delapan pagi, Chloe keluar dari rumah sakit setelah semalam penuh ia melanjutkan pekerjaannya dan juga memeriksa beberapa pasiennya secara khusus. Kini, Chloe menjemput Dylan dan Alvano di kediaman Amelia. Saat ia datang, Chloe tersenyum manis ketika melihat kedua putra kecilnya duduk nyaman di depan televisi sambil memakan roti panggang isi selai. "Selamat pagi," sapa Chloe berdiri di balik pintu kaca di depan. Dari dalam rumah, Dylan dan Alvano sontak menoleh ke arah depan. Kedua anak itu langsung beranjak dari duduknya dan meletakkan roti panggangnya ke dalam piring lagi. "Mommy!" pekik mereka berdua berlari ke arah depan. Kedua anak itu memeluk Chloe dengan sangat erat. Terutama Alvano benar-benar manja pada Chloe setelah semalaman mereka menginap di rumah Amelia. "Mommy ke mana saja? Kenapa malah tidak pulang sama sekali?" tanya anak itu, bibirnya pun mencebik sedih. "Kita kangen, Mommy!" pekik Dylan mendusal dalam pelukan Chloe.Wanita itu mendekap kedua buah hatiny