Share

Bab 12

Desainer?

Raut wajah Javier menjadi suram, dia tak kuasa menatap Jerry dan bertanya, "Siapa namanya?"

"Ibu kami nggak terkenal, kalau kuberi tahu juga Paman nggak akan kenal. Oh ya, Paman punya pacar?"

Jerry dengan cepat mengalihkan topiknya.

Javier memicingkan matanya. Pacar?

Memang ada seorang wanita di sisinya, tetapi dia tidak pernah mengakui wanita itu sebagai pacarnya.

Jerry tersenyum ketika berkata, "Gimana kalau kami mengenalkan Ibu kami? Meski nggak terkenal, Ibu kami sangat hebat, lho! Penampilannya juga cantik, lihat saja dari tampang kami saja sudah ketahuan."

Javier mengatupkan bibirnya tidak bersuara.

Memang, penampilan kedua anak ini sangat memesona. Wanita yang bisa melahirkan anak secantik ini juga tidak akan terlalu jelek.

Hanya saja, entah mengapa , dia sangat sulit untuk percaya bahwa kedua anak ini tidak ada hubungan darah dengannya. Akan tetapi, Kayla juga tidak pernah hamil dan melahirkan.

Selain itu, wajah anak perempuan itu juga makin dilihat, makin terasa familier ....

Jam tangan ponsel pintar Jerry bergetar. Dia melihat sekilas, ternyata panggilan dari kakaknya.

Jerry mencari alasan untuk menerima panggilan itu. "Paman, aku ke toilet dulu."

Kemudian, dia berlari dengan tergopoh-gopoh. Di luar toilet, Jerry menerima telepon dari kakaknya, "Halo, Kak?"

Saat ini, Jody sedang berada di rumah sakit dan telah mengambil hasil pengecekan DNA. "Dik, hasilnya sudah keluar."

"Apa dia ayah kita?"

"Benar, dia ayah kita."

Mendengar ucapan Jody, Jerry mengangguk dengan serius dan berkata, "Pantas saja wajahnya mirip sekali dengan kita. Kalau dia memang ayah kita, kenapa dia malah bersama wanita jahat itu?"

Jody berjalan keluar dari gerbang rumah sakit sambil mengambil hasil DNA itu dan berkata, "Bukankah Bu Candice pernah bilang, Ibu bisa diusir dari rumah karena dijebak sama wanita jahat itu 6 tahun yang lalu. Ayah juga nggak tahu keberadaan kita dan Ibu. Pasti semuanya gara-gara wanita jahat itu."

Jerry berkata dengan wajah suram, "Huh, wanita jahat itu mau merebut ayah kita? Mimpi!"

Lihat saja bagaimana mereka akan merebut kembali ayah mereka!

Ketika Jerry hendak berbalik, tiba-tiba dia tertabrak oleh seseorang hingga terjatuh.

Tiba-tiba, terdengar suara seorang wanita, "Bocah sialan dari mana ini, nggak punya mata ya!"

Imelda menepuk-nepuk pakaiannya yang merupakan pakaian bermerek. Pakaian ini terlalu mahal untuk dipakai di rumah, dia hanya memakainya ketika keluar rumah.

Sekarang malah ditabrak oleh seorang bocah, mana mungkin dia tidak kesal?

Namun, ketika melihat wajah bocah itu, Imelda langsung terkejut.

Bocah ini ... kenapa mirip sekali dengan Javier?

Jerry bangkit dari lantai dan menepuk pakaiannya sambil berkata, "Kamu yang nggak punya mata, Tante."

"Si ... siapa ibumu?" Imelda merasakan firasat buruk dalam hatinya. Kenapa tiba-tiba muncul anak yang begitu mirip dengan Javier? Jangan-jangan, ada wanita lain yang melahirkan anak untuk Javier?

Akan tetapi, sepertinya tidak terlalu memungkinkan. Sebab, Tuan Javier tidak pernah tidur dengan wanita lain selain 6 tahun lalu ....

Begitu teringat dengan kejadian 6 tahun lalu, hati Imelda menjadi gusar. Si berengsek Claire itu baru tidur dengannya sekali, mana mungkin bisa langsung hamil?

Kebetulan sekali Claire sudah kembali dan sekarang Imelda malah bertemu dengan anak yang begitu mirip dengan Javier di sini.

"Memangnya kamu pantas tahu siapa ibuku?" Jerry mengabaikannya dan hendak pergi.

Imelda tiba-tiba menarik tangannya dan memarahinya, "Bocah sialan, apa ibumu nggak pernah mengajarimu bagaimana caranya bicara dengan orang yang lebih tua?"

Jerry menoleh dengan tatapan yang dingin. "Ibumu yang nggak pernah mengajarimu menyayangi anak-anak."

Tatapannya ini mirip sekali dengan Javier ketika sedang marah.

"Ibumu si Claire berengsek itu ya?!"

Mendengar Imelda memaki ibunya berengsek, Jerry langsung menggigit tangannya.

"Ah!" Imelda yang digigit olehnya langsung mendorong Jerry dengan kesal. Jerry terjatuh dan menangis keras.

"Huaaa! Ada yang memukul anak kecil, huhuhu ...."

Suara tangisan Jerry menarik perhatian beberapa pelayan. Melihat seorang anak yang terduduk di lantai sambil menangis keras, ditambah lagi melihat sikap wanita itu yang begitu sombong, pelayan itu langsung memapah anak itu. "Bu, kenapa Anda mendorong anak kecil?"

"Nggak usah ikut campur! Siapa yang mendorongnya? Dia sendiri yang jatuh!"

Jerry berkata dengan suara tercekat, "Aku cuma menabrakmu, kamu malah mendorongku dan memarahi ibuku berengsek. Huhuhu ...."

Beberapa pelayan itu merasa iba melihat anak itu. Di sisi lain, manajer restoran buru-buru melapor kepada Javier. Bagaimanapun, anak ini datang bersama Javier.

Ketika mendengar kabar ini, Javier langsung mengikuti manajer restoran.

Roger dan Jessie juga bergegas ke sana.

"Kakak!"

Melihat Jerry terduduk di lantai dan menangis, Jessie buru-buru menghampirinya dan memelotot kepada Imelda. "Kenapa kamu dorong kakakku!"

"Memangnya siapa yang dorong dia? Kalian semua mau memfitnahku ya? Dasar bocah sialan, kalian nggak tahu aku ini siapa? Lihat saja bagaimana aku memberi pelajaran pada kalian!"

Begitu teringat bahwa anak ini kemungkinan adalah milik Claire, Imelda langsung emosi. Dia mengangkat tangan dan hendak memukul mereka.

Jessie menghalangi di depan kakaknya.

Plak!

Tubuhnya yang kecil terkena tamparan dan terjatuh. Semua orang yang menyaksikan hal ini langsung murka.

Jessie tidak menangis, tetapi muncul bekas tamparan yang sangat jelas di wajahnya yang putih dan mungil itu.

"Kamu ... kamu sendiri yang maju!" seru Imelda tertegun. Padahal dia belum sempat melayangkan tamparan, tetapi anak ini sendiri yang maju.

Detik berikutnya, wajah Imelda menjadi pucat ketika melihat Javier. "Tu ... Tuan Javier ...."

Melihat bekas tamparan di wajah Jessie, Javier langsung menjadi murung. Suasana di sekitarnya juga menjadi tegang. "Nyonya Imelda, apa maksudmu memukul anak kecil?"

"Aku ... bukan begitu. Tuan Javier, anak ini yang menabrakku duluan. Dia tidak minta maaf dan malah melawanku. Lihat saja, dia sampai menggigitku."

Imelda mengulurkan tangannya yang digigit, bekas gigitannya masih terlihat jelas.

Jerry menangis terisak-isak sambil berkata, "Kamu yang duluan memarahiku. Kamu juga memaki ibuku wanita berengsek, makanya aku menggigitmu."

Butiran air mata mengalir deras dari matanya, isakan tangisnya terdengar begitu menyayat hati. Bahkan pelayan di sekitarnya juga merasa tidak tega. "Kalaupun anak ini menabraknya, pasti juga bukan karena sengaja. Kenapa harus perhitungan dengan anak kecil?"

"Iya nih, padahal dia juga ibu, tapi nggak tahu sayang anak kecil."

"Mukul anak kecil sampai separah itu, bisa-bisa anak itu jadi trauma."

Javier berjalan ke sisi Jessie dan Jerry. Dia mengelus-elus pipi Jessie yang memerah dan membengkak. Anak itu tampak sangat tegar dan tidak menangis. Kemudian, Javier menyeka air mata Jerry.

Perasaan kedua anak ini memengaruhi suasana hatinya.

Javier berdiri, lalu menatap Imelda dengan tatapan tegas. "Minta maaf pada kedua anak ini."

"Tuan Javier, apa hubungan Anda dengan kedua anak ini ...."

Javier mengatupkan bibirnya. Kedua anak ini memang tidak ada hubungan dengannya, tetapi ....

"Kamu tidak perlu tahu hubungan kami. Karena kamu adalah ibu Kayla, aku tidak akan mempermasalahkan hal ini lagi asalkan kamu meminta maaf pada kedua anak ini."
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Just Rara
pintar banget ni si jerry aktingnya hahaha
goodnovel comment avatar
Desi Solo
masa javier gak ada kepikiran buat tes dna sih, kalah jenius nih sma trio kembar
goodnovel comment avatar
Robiatul Adawiyah
suka sekali ama ceritanya keren...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status