Share

Bab 11

Keesokan harinya.

Foto produk merek "Belia" yang dibintangi oleh Jessie dan Jody langsung viral di internet. Kedua anak ini masuk ke dalam peringkat pencarian terhangat ketiga karena penampilan mereka yang tampan dan cantik.

#KesenanganTakTerbatas#:

[ Gila, foto ini luar biasa sekali! ]

#BijiWijen#:

[ Astaga, mukanya seperti titisan dewa! Irinya ... huhuhu .... ]

#MusimPanas#:

[ Aku penasaran sama tampang orang tuanya! ]

#MalaikatAwan#:

[ Padahal cuma baju anak-anak, tapi kalau mereka yang pakai jadi elegan. Faktor muka ya? ]

Kolom komentar di bawahnya sangat ramai, hampir semua isi komentarnya sedang memuji paras kedua anak ini.

Javier yang duduk di kantor presdir Grup Angkasa juga kebetulan melihat pencarian terhangat ini.

Kedua anak di dalam foto itu tidak tampak gugup ketika pemotretan. Selain itu, mereka juga bersikap sangat kooperatif, seolah-olah memang dilahirkan untuk tampil di atas panggung.

Hanya saja, entah mengapa, Javier tidak bisa menahan diri untuk memperhatikan mereka.

Pada saat ini, Roger mengetuk pintu ruangan dan berjalan masuk. "Tuan Javier, penjualan produk 'Belia' mendadak melonjak drastis. Kelihatannya, tidak salah kita memilih kedua anak ini untuk menjadi duta produk."

Javier mengangguk, tetapi pandangannya masih tetap menatap ke layar.

Roger tiba-tiba kepikiran akan sesuatu, dia melanjutkan, "Satu lagi, katanya Agensi Majestik hari ini menelepon dan mengatakan ingin mengontrak kedua anak ini."

Agensi Majestik adalah perusahaan hiburan terbesar di ibu kota. Perusahaan ini juga merupakan satu-satunya anak perusahaan Grup Angkasa yang bergerak di industri hiburan.

Banyak tokoh besar dalam dunia hiburan yang dibina oleh Agensi Majestik. Artis yang diakui oleh mereka memiliki potensi besar di masa depan.

Javier menyipitkan matanya ketika berkata, "Sebaiknya kita tanyakan dulu pada orang tua anak ini. Bagaimanapun, mereka masih terlalu muda, kita tidak bisa mengambil keputusan untuk mereka."

Roger terdiam. "Tapi, di data pribadi mereka tidak tertulis nomor kontak orang tua mereka."

Barulah pada saat ini, Javier mendongak. "Tidak ada nomor yang bisa dihubungi?"

"Memang ada sebuah nomor telepon di sini, tapi entah benar tidak nomor orang tuanya," ucap Roger sambil memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dengan cepat, dia telah menemukan nomor anonim yang ditinggalkan oleh kedua anak itu.

Di Vila Kandara.

"Anak-anakku sayang, Ibu berangkat kerja dulu ya. Kalian harus patuh di rumah. Kalau ada apa-apa, kalian telepon saja ibu angkat kalian," pesan Claire sambil mengenakan sepatunya sebelum keluar rumah.

Ketiga anak itu melambaikan tangan mereka dan berkata, "Sampai jumpa, Ibu ...."

Claire tersenyum dan melemparkan sebuah ciuman ke arah mereka, lalu berangkat kerja dengan bersemangat.

Begitu Claire keluar dari rumah, telepon di samping mereka berdering.

Ketiga anak itu berlari ke depan telepon itu dan melihat ternyata panggilan dari nomor tak dikenal. Hanya satu kemungkinan yang terpikirkan oleh mereka. Sebab, mereka menuliskan nomor ini di data pribadi yang diberikan ke Grup Angkasa.

Jessie mengangkat telepon itu dan menjawabnya dengan suara manja sambil berjinjit, "Halo, di sini rumah Ibunda Ratu. Ini siapa ya?"

"Aku ...." Javier berhenti sejenak, lalu menjawab dengan nada lembut, "Paman yang kemarin menggendongmu."

"Oh, Paman Tampan ya ...," balas Jessie.

"Apa orang tuamu ada di rumah?"

"Ibu sudah berangkat kerja. Apa Paman Tampan punya urusan?" tanya Jessie dengan santai sambil menopang kepalanya dengan kedua tangan.

Sudut bibir Javier membentuk sebuah senyuman. "Kalian di mana? Biar kujemput."

Melihat Javier yang tersenyum dan merendahkan gengsinya untuk menjemput kedua anak itu, Roger sontak merasa takjub.

Setelah Jessie memberikan alamatnya, Javier langsung menutup panggilan dan berdiri sambil mengambil kunci mobil.

"Tuan Javier, bagaimana kalau saya yang menjemput mereka?" Roger tidak mungkin membiarkan Tuan Javier yang menjemput mereka secara pribadi.

Javier melemparkan kunci mobil padanya dan berkata, "Kamu yang bawa mobilnya."

Roger hanya terdiam.

Sesampainya di Vila Kandara nomor 9, Roger memarkirkan mobilnya di luar pintu. Setelah itu, mereka melihat kedua anak itu keluar dari rumah dengan gembira.

Roger merasa getir dalam hatinya. Dilihat sekilas, Tuan Javier seolah-olah mau menculik anak orang?

Jessie dan Jerry naik ke mobilnya, lalu Jessie duduk di samping Javier. Hari ini, dia mengikat dua kucir kuda dan mengenakan rok kembang bergambar bunga matahari. Penampilannya terlihat sangat imut.

Jerry mengenakan pakaian yang bermodel sama dengan adiknya. Hari ini, dia menyamar sebagai Jody untuk menemani adiknya bertemu dengan pria ini.

"Paman mau bawa kami ke mana?" tanya Jerry dengan penasaran.

Javier berpikir sejenak, lalu melihat Jerry yang berada di samping. Dia merasa anak ini agak berbeda dengan kemarin.

"Apa kalian sudah makan siang?"

"Belum, apa Paman mau mentraktir kami?" tanya Jerry sambil mengedipkan mata.

Javier memperhatikan bahwa di sudut mata anak ini ada sebuah tahi lalat. Akan tetapi, Javier juga tidak yakin apakah dia yang tidak menyadarinya kemarin. Kemudian, dia mengelus kepala Jerry sambil berkata, "Kamu sangat waspada padaku kemarin."

Jerry menggaruk pipinya dan menjulurkan lidahnya sambil berkata, "Itu karena aku pikir Paman orang jahat."

"Kalau Kakak mengira itu orang jahat, dia akan sangat galak," timpal Jessie menjelaskan.

Sudut bibir Javier terangkat ketika berkata pada Roger, "Ke Hotel Oriental."

Restoran eksekutif di Hotel Oriental telah dipesan semuanya oleh Javier. Jadi, saat ini mereka adalah tamu satu-satunya.

Javier menatap kedua anak itu sambil tersenyum tipis. Dia berkata, "Pesan saja semua yang kalian inginkan."

Setelah mengambil buku menu dan melihatnya sekilas, ternyata hidangan di sini semuanya sangat mahal. Namun, Jessie malah menunjuk ke gambar hidangan yang paling mahal.

"Kak, aku mau makan ini."

"Hm, kalau begitu pesan saja."

"Ini juga!"

"Pesan saja."

"Ini dan ini!"

Jerry mengejeknya, "Kamu ini sudah kelaparan berapa hari?"

Jessie memalingkan kepalanya dengan kesal. Kalau ini Kak Jody, dia pasti akan menuruti semua keinginan Jessie.

Javier meminum seteguk air, entah kenapa rasanya dia makin suka dengan kedua anak ini.

Manajer restoran yang sedang berdiri di samping kedua anak itu merasa agak kesulitan ketika melihat mereka memesan lobster Australia. "Maaf, Dik. Hari ini lobster Australia sedang kosong. Bukan hanya restoran kami yang kekurangan bahan, restoran lainnya juga sama."

"Eh?" Jessie merasa agak kecewa.

Sama seperti ibunya, Jessie paling menyukai lobster.

Javier mendongak, lalu bertanya, "Kalau dikirim dari Kota Oseania ke sini lewat udara butuh berapa lama?"

Roger berdecak. Yang benar saja, masa Tuan Javier mau menghabiskan uang untuk mengirimkan lobster demi kedua anak ini? Wajah mereka memang mirip, tetapi apa dia benar-benar menganggap mereka ini anaknya?

Manajer restoran menjawab dengan tersenyum, "Tuan Javier, kalau dikirim lewat udara dari Kota Oseania butuh dua jam."

"Kalau begitu kirimkan saja."

"Baik," jawab manajer restoran sambil mengangguk. Setelah itu, dia pergi setelah menulis semua pesanan mereka.

Jessie dan Jerry menatapnya dengan serempak. "Paman kaya sekali, ya ...."

Roger hanya terdiam melihat bosnya ini menghambur-hamburkan uang.

Javier bertanya sambil tersenyum, "Kalian pernah kepikiran mau jadi artis?"

"Paman, apa ada perusahaan hiburan yang mau mengontrak kami?" tanya Jessie seraya memiringkan kepalanya.

"Iya, tapi tentu saja aku tidak akan memaksa kalau kalian tidak mau." Bagaimanapun, kedua anak ini masih terlalu muda. Selain itu, kalau kedua orang tuanya tidak setuju, Javier juga tidak akan memaksakannya.

Ketika mengungkit soal orang tua, Javier merasa sangat penasaran.

"Aku mau!" seru Jessie.

Kalau bisa mendapatkan uang untuk membantu ibunya, tentu saja dia mau.

Javier tertegun, tetapi ekspresinya langsung berubah seperti semula lagi. "Apa orang tua kalian juga setuju?"

"Kami nggak punya ayah, hanya punya Ibunda Ratu. Ibunda Ratu harus bekerja keras untuk menghidupi kami, kasihan sekali. Kalau kami bisa membantu Ibu, Ibu juga nggak akan terlalu kesulitan lagi."

Tidak ada ayah?

Sorot mata Javier meredup mendengar ucapan ini.

"Apa pekerjaan ibu kalian?" tanya Javier lagi.

Jerry menopang kepalanya dengan kedua tangan, lalu berkata dengan tersenyum, "Ibu kami hebat, lho! Dia adalah seorang desainer."
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Just Rara
lucu ni anak2 nya,pintar ya mereka,apa yg dikasih tau sm ibunya benar2 mereka terapkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status