Share

Bab 15

Claire menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya, lalu tersenyum, "Aku tidak mengerti sikap apa yang ingin dilihat Tuan Javier. Kalau Anda menginginkan permintaan maaf, aku bisa mewakilinya minta maaf."

Bukankah pria ini hanya menginginkan permintaan maaf darinya?

Claire membungkuk dengan sopan kepadanya dan berkata, "Maaf, Tuan Javier."

Melihat Claire merendahkan dirinya, Javier malah merasa agak sinis. "Tak kusangka, Nona Claire bisa meminta maaf demi temannya, tetapi malah tega melukai kakaknya sendiri."

Claire berdiri tegak, lalu bertanya, "Apa maksud ucapan Tuan Javier?

Melukai kakaknya sendiri? Maksudnya Kayla?

Javier berjalan mendekati Claire, lalu berkata dengan nada dingin, "Kukira kamu orang yang berani bertanggung jawab atas perbuatanmu sendiri. Sekarang kelihatannya tidak seperti itu."

Sambil berbicara, Javier menoleh dengan acuh tak acuh. "Lupakan saja masalah hari ini."

Melihat kepergian mereka, beban di hati Candice langsung terangkat. Namun, mengingat perkataannya kepada Claire, Candice bertanya dengan keheranan, "Claire, apa maksud ucapan Tuan Javier tadi?"

"Mana kutahu?" Claire berkata sambil tertawan, "Kemungkinan besar karena merasa aku sengaja menentang Kayla, jadi dia ingin membantu pacarnya melampiaskan amarah?"

"Apa? Kayla pacaran dengan Tuan Javier?"

Candice tersentak, lalu berkata, "Mata Tuan Javier itu sudah buta ya? Dari sekian banyak wanita, kenapa dia bisa memilih wanita seperti Kayla?"

Claire memalingkan kepalanya sambil berkata, "Kamu masih bisa menggosip? Sebaiknya kamu pikirkan bagaimana mau menjelaskan pada ayahmu."

Usai bicara, Claire berjalan meninggalkan tempat itu. Candice menyusulnya dengan langkah cepat sambil mengerucutkan bibirnya.

Keesokan harinya.

Claire mengeluarkan sebuah daftar pembelian bahan mentah kepada staf pembelian, lalu berpesan, "Pesan batu mentah sesuai dengan daftarku ini. Kalau sampai ada yang salah, kalian yang bertanggung jawab."

Staf pembelian tersebut melihat sekilas daftarnya, kemudian mengangguk dan berkata, "Baik."

Setelah Claire pergi, staf departemen pembelian mulai menyusun daftar barang yang hendak dibeli. Namun, telepon kantor tiba-tiba berdering.

Dia meletakkan daftar tersebut di atas meja, lalu pergi mengangkat telepon.

Salah satu staf wanita lainnya berdiri di samping mejanya, lalu memotret alamat dan informasi kontak pabrik batu mentah yang ada di daftar tersebut.

Lalu, dia buru-buru kembali ke mejanya dan mengirim foto tersebut kepada Kayla.

Kayla yang sedang duduk di dalam kantornya tersenyum sinis melihat foto yang dikirimkan oleh staf pembelian tersebut.

Berhubung Departemen Pembelian ini di bawah kuasa Claire, kalau begitu jangan salahkan Kayla bertindak sadis.

Telepon di ruangan Kayla tiba-tiba berdering, dia menjawab telepon itu, "Halo?"

"Kayla, kenapa ponselmu selalu nggak aktif?" Imelda tidak bisa menghubungi ponsel Kayla, jadi dia terpaksa menelepon ke kantornya.

Mendengar hal ini, raut wajah Claire menjadi suram. "Ponselku hancur dibuang Claire, justru heran kalau teleponmu bisa tersambung. Besok aku mau ganti ponsel, ada apa Ibu mencariku?"

"Ayahmu mau menyuruh Claire si wanita sialan itu datang ke rumah malam ini. Kamu juga pulang untuk makan malam bersama Tuan Javier. Kalau status kalian sudah resmi, nggak mungkin ayahmu itu akan membiarkan Claire mendapat kesempatan."

Kayla tidak kuasa mengerutkan alisnya ketika berkata, "Ibu, sejak kapan Javier mau pulang untuk makan malam denganku? Bagaimana kalau dia nggak mau?"

Dalam 6 tahun ini, Javier sama sekali tidak pernah berkunjung ke kediaman Keluarga Adhitama untuk makan malam.

"Mau pakai cara apa pun, kamu harus bisa membujuknya. Jangan lupa, sekarang ini ayahmu sangat sayang padamu. Kalau kamu nggak datang, aku dan ayahmu juga nggak bisa membantumu."

Dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan status Nyonya Fernando bagi putrinya. Setelah melihat kedua anak itu terakhir kali, hati Imelda masih merasa gelisah sampai sekarang.

Ucapan ibunya memang cukup masuk akal. Lantaran hubungannya dengan Javier selama beberapa tahun ini, ayahnya memang menjadi sangat sayang padanya.

Kini, Claire telah pulang dengan statusnya sebagai desainer perhiasan internasional yang terkenal. Jika Kayla sampai kehilangan ayahnya sebagai pendukung, Kayla tidak akan berarti apa-apa di hadapan Claire.

Claire duduk di kantornya untuk mengecek data para staf lama, tatapannya tertuju pada Paman Fendra.

Dia ingat bahwa Paman Fendra awalnya adalah asisten ibunya. Setelah ibunya meninggal, Paman Fendra yang mengelola Vienna dan mempertahankan penjualannya agar selalu menjadi yang tertinggi di ibu kota.

Namun, setelah Paman Fendra mengundurkan diri, penjualan Perusahaan Vienna terus menurun.

Tiba-tiba, ponsel Claire bergetar.

Claire melirik sekilas layar ponsel, ternyata ayahnya yang telah putus kontak selama bertahun-tahun ini meneleponnya.

Claire merenung sejenak.

Kembali ke Keluarga Adhitama terasa begitu asing baginya. Ketika menapakkan kakinya ke dalam vila, bibi asuhnya yang pertama kali mengenalinya, "Nona?"

Imelda sedang duduk di sofa sambil minum teh. Melihat kedatangan Claire, dia meletakkan kembali gelasnya, lalu berdiri dan berkata, "Wah, Claire sudah pulang ya?"

Claire kembali teringat dengan tamparan di wajah Jessie ketika melihat Imelda. Wajahnya kini juga tampak suram.

Imelda berutang sebuah tamparan padanya, suatu saat Claire pasti akan membalasnya.

Sambil tersenyum, Imelda berjalan menghampirinya. "Begitu tahu kamu sudah kembali, ayahmu langsung menyuruhmu pulang untuk makan malam. Ekspresi macam apa itu? Nggak baik kalau sampai terlihat oleh ayahmu."

Claire tertawa sinis ketika berkata, "Kenapa aku merasa perjamuan makan malam ini adalah perangkap yang sengaja diatur untukku?"

Dia tidak pernah menghubungi ayahnya sejak kembali ke negara ini. Jadi, entah Kayla atau Imelda yang memberi tahu ayahnya.

Setelah 6 tahun tidak pernah menghubunginya, hari ini malah tiba-tiba menyuruhnya pulang untuk makan malam. Yang paling membuat Claire kecewa adalah ayahnya bahkan tidak menanyakan kabarnya.

"Dasar kamu ini. Menyuruhmu pulang untuk makan malam malah dibilang perangkap."

"Jangan membuatku jijik, aku lebih terbiasa mendengarmu memanggilku wanita sialan. Kedengarannya lebih 'familier'." Claire sengaja menekankan kata "familier", seolah-olah sengaja ingin memprovokasinya.

Sebelum Imelda sempat memakinya, dari lantai atas tiba-tiba terdengar sebuah suara yang bariton, "Claire, sudah 6 tahun nggak bertemu, kamu masih nggak pernah berubah ya. Perhatikan nada bicaramu dengan ibumu."

Claire tertawa sejenak, lalu berkata, "Ibuku sudah meninggal. Saat upacara kremasi juga Ayah ada di sana, 'kan?"

"Apa saja yang kamu pelajari dari luar negeri selama 6 tahun ini? Beginikah caranya kamu bicara dengan orang tua?

Rendy hampir saja mati kesal dibuatnya. Awalnya, Rendy masih merasa sedikit bersalah karena mengusir Claire dari rumah saat itu. Namun, tak disangka ternyata Claire masih saja tidak tahu bertobat.

Imelda berjalan ke hadapan Rendy dan membujuknya, "Sayang, jangan marah lagi sama Claire. Lagi pula, aku cuma ibu tirinya. Aku bisa memaklumi Claire nggak mau menerimaku selama bertahun-tahun ini."

"Bagiku, kamu bahkan nggak pantas sebagai ibu tiri."

"Claire!" bentak Rendy dengan kesal. "Hari ini aku memanggilmu pulang untuk makan malam, bukan untuk berdebat. Kalau kamu nggak senang, keluar saja!"

Claire menatap wajah ayahnya yang murka. Enam tahun lalu, ketika mengusirnya dari rumah, Rendy juga tampak kejam seperti hari ini. Dia lebih memilih untuk percaya dengan semua ucapan Kayla dan Imelda.

Sementara itu, Claire dianggap suka berbuat onar dan tidak menghormati orang yang lebih tua.

Claire berkata dengan tersenyum, "Aku memang tidak ingin menetap lebih lama lagi."

Begitu berpaling dan hendak pergi, di depan pintu, tampak Kayla yang sedang berjalan masuk sambil menggandeng lengan Javier.

Ketika melihat Javier, Imelda dan Rendy langsung buru-buru menyambutnya. Amarah Rendy juga langsung sirna, dia tampak seperti orang yang berbeda dengan sebelumnya.

"Tuan Javier, tidak disangka Anda ikut datang juga."

"Ya," balas Javier sembari mengangguk. Tatapannya malah tertuju pada Claire, lalu dia berkata dengan nada datar, "Keluarga Adhitama ramai sekali ya."

Rendy melirik Claire sekilas, lalu berkata dengan canggung, "Hm, ini putriku yang paling kecil, Claire."

"Oh, aku juga baru tahu, ternyata Zora sang desainer perhiasan internasional yang terkenal ini adalah putri Keluarga Adhitama."

Rendy tersenyum malu-malu dan berkata, "Iya, dia ... mewarisi bakat ibunya."

Claire berdiri dengan tangan yang terlipat di samping. Bagaikan orang asing, Claire melihat mereka saling bertukar sapa. Dia tidak bisa menahan tawa melihat segala pujian dan penghormatan yang diberikan kepada Javier.

"Aku tidak akan mengganggu kalian makan malam."

Ketika baru saja hendak pergi, Kayla tiba-tiba menghampirinya dengan senyuman. "Claire, jarang-jarang kamu pulang, ayo makan malam saja dulu."

Imelda juga ikut menyahut bagaikan seorang ibu yang ramah, "Benar, Claire. Jangan bertengkar lagi dengan ayahmu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status