Share

Bab 14

Setelah gagal melampiaskan kemarahannya pada Claire, Imelda menjadi makin uring-uringan. Sepulangnya ke rumah, dia langsung mengadu pada Rendy.

Rendy meletakkan koran yang sedang dibacanya dan bertanya dengan terkejut, "Claire sudah pulang?"

"Iya, dia sekarang sudah menjadi desainer perhiasan internasional yang terkenal, Zora. Jangankan aku dan Kayla, katanya dia bahkan berani bersikap lancang terhadap Tuan Javier."

Sejak Rendy mengetahui bahwa Kayla berpacaran dengan Javier, Rendy menjadi makin sayang dengan putrinya itu.

Claire malah selancang itu berani melawan Javier, tentu saja Rendy tidak akan berpangku tangan.

Bagaimanapun, Rendy masih ingin dihargai dan dia juga tidak ingin menyinggung Keluarga Fernando. Jadi, mana mungkin dia akan diam saja melihat menantunya yang kaya itu dibuat kesal?

Rendy melipat kembali koran itu dan berkata, "Setelah 6 tahun nggak bertemu, gadis ini malah berani cari masalah dengan Tuan Javier?"

Imelda duduk di samping Rendy sambil memegang lengannya dengan wajah sedih. "Padahal aku berbaik hati pergi ke kantor untuk mengingatkannya, tapi dia ... malah memarahiku. Sayang, Claire lebih patuh padamu. Kalau begini terus, nanti Tuan Javier malah menyalahkan Kayla juga, jadi repot nantinya."

Raut wajah Rendy menjadi suram, dia berkata dengan tegas, "Besok aku akan menyuruhnya pulang."

Mendengar ucapan Rendy, Imelda merasa senang dalam hati.

Kalau dia tidak bisa melawan Claire berengsek itu, Imelda tidak percaya bahwa Rendy tidak akan bisa mengendalikan putrinya.

....

Saat makan malam, Claire melihat pipi Jessie yang agak bengkak dan bertanya dengan alis berkerut, "Jessie, kenapa wajahmu?"

"Ibu, hari ini kami pergi makan dengan Bu Candice dan bertemu dengan ibu Kayla. Entah kenapa, ibu Kayla bertanya padaku apakah aku ini anak Ibu. Dia bahkan memukul Jessie."

Wajah Claire langsung menjadi murung. Jika bukan karena takut mengagetkan anaknya, saat ini Claire pasti sudah mengambil parang keluar rumah.

Imelda sialan, pantas saja hari ini dia datang ke kantor untuk mencari Claire.

Akan tetapi, kenapa Imelda bisa tahu dia punya anak? Selain itu, dia bahkan sangat yakin mereka ini anaknya.

Jessie meletakkan tangannya ke pundak ibunya dan berkata, "Ibu, jangan marah. Aku nggak sakit lagi, aku cuma merasa sedih karena anak-anak lain ada ayah yang melindungi mereka, tapi aku malah nggak punya."

Hati Claire langsung tertohok, pandangannya juga tampak meredup. Meskipun dia bisa memberikan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anaknya, pada akhirnya mereka akan tetap kekurangan kasih sayang seorang ayah.

Claire merasa sangat bersalah kepada anak-anaknya karena dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan masalah ayah kepada mereka.

Sebab, dia sendiri juga tidak tahu siapa ayah mereka ini ....

"Ibu, kenapa Ayah mencampakkan kami?" tanya Jody sambil mendongak.

Jerry juga mengangguk dan menambahkan, "Iya nih, kenapa Ayah nggak menginginkan kami?"

Ketika baru saja Claire hendak berkata sesuatu, tangisan Jessie sudah pecah. "Ayah pasti nggak menginginkan kita lagi karena ada wanita lain. Huhuhu ...."

Jerry dan Jody saling bertukar pandang melihat akting adiknya yang luar biasa ini.

"Jangan menangis, Jessie. Bukan seperti itu, ayah kalian nggak mencampakkan kalian." Lantaran merasa tidak berdaya, Claire terpaksa menghibur Jessie sambil menyeka air matanya.

Jessie menghentikan tangisannya dan memandang ibunya dengan mata memerah. "Apa benar begitu, Ibu?"

Claire terpaksa tersenyum ketika berkata, "Benar, kok. Mana mungkin dia akan mencampakkan kalian?"

"Lalu, kenapa Ibu nggak pernah menceritakan soal Ayah? Kenapa Ayah mencampakkan kami?" Jessie berniat menanyakan hal ini sampai jelas.

Melihat ketiga anaknya yang menatapnya, Claire menutup mulutnya dengan sedih, lalu berkata, "Jangan dibahas lagi. Aku nggak mau mengungkit ayah kalian karena dia mati muda."

Ketiga anak itu terdiam mendengarnya. Apa ibunya ini masih punya hati nurani berkata seperti itu?

Di saat Claire sedang bingung bagaimana cara mengelabui ketiga anaknya ini, tiba-tiba panggilan dari Candice datang. Syukurlah!

Claire berjalan ke balkon untuk menerima panggilan itu, "Aku lagi makan, kenapa?"

Namun, di ujung telepon malah terdengar sebuah suara pria asing, "Apakah Anda adalah keluarga Nona Candice? Di sini adalah kantor polisi ...."

Claire bergegas menuju kantor polisi. Di sana, dia melihat Candice sedang duduk dengan tampang menyedihkan.

Sambil menarik napas dalam-dalam, Claire menghampirinya dan bertanya, "Nona, ada apa denganmu?"

"Aku ... nggak sengaja menabrak mobil orang. Apalagi, orang itu adalah orang yang nggak bisa kusinggung."

Kali ini, Candice mendapat masalah besar. Kalau ayahnya sampai mengetahui hal ini, dia pasti akan dihabisi ayahnya.

Claire menatapnya dan bertanya, "Mobil siapa yang kamu tabrak?"

Candice melihat ke dalam dengan hati-hati. Pada saat ini, terlihat seorang polantas yang berjalan keluar dari kantor bersama dua orang pria.

Pria itu lagi-lagi Javier.

Ekspresi Claire langsung menjadi kaku. Dia memelototi Candice sambil menggertakkan gigi. "Pandai sekali kamu memilih orang untuk ditabrak. Kenapa nggak tabrak sampai mati saja?"

Alis Candice mengerut dan dia berkata dengan nada polos, "Aku benar-benar nggak sengaja. Aku lagi terburu-buru, jadi ...."

Saat menabrak mobil Rolls-Royce tersebut, Candice sudah tertegun. Ditambah lagi ketika melihat orang yang berada di dalamnya, Candice makin terkesiap.

Tatapan Javier meredup melihat Claire. Apalagi ketika teringat dengan malam di mana Kayla berusaha mendekatinya, entah mengapa benak Javier malah terlintas wajah wanita ini.

Javier menghampiri mereka dan menatap Claire. "Kamu penjaminnya?"

Claire tersenyum dan berkata, "Ya, kejadian kali ini memang salah temanku. Sesuai prosedur saja, Tuan Javier langsung bilang saja mau bayar berapa?"

Ekspresi Javier tidak berubah sama sekali. "Tidak perlu ganti rugi lagi, lagi pula mobil itu sudah jadi rongsokan."

Rongsokan?

Claire menatap Candice, lalu bertanya, "Separah itu?"

Candice menggeleng dan menjawab, "Nggak, cuma agak penyok."

Roger yang berdiri di sampingnya menjelaskan sambil tertawa, "Nona Claire, mobil Tuan Javier selalu diganti dengan yang baru dan tidak pernah diperbaiki. Bahkan sebuah mur yang lepas pun sudah dianggap rongsokan oleh Tuan."

"Jadi, maksud kalian, kalian mau temanku ini mengganti mobil baru untuk kalian?" tanya Claire dengan raut wajah suram.

Roger menjawab dengan terus terang, "Semuanya tergantung pada sikap kalian."

"Kalian ...."

Emosi Claire langsung mendidih. Candice buru-buru menarik baju Claire dan mengisyaratkan bahwa dia tidak sanggup membelikan mobil baru.

Claire tahu bahwa pria ini tidak kekurangan uang. Jadi, sudah pasti dia tidak akan meminta mobil baru kepada Candice. Javier sengaja mempersulitnya karena ingin "membalas" Claire.

"Dilihat dari sikap Nona Claire, sepertinya tidak puas dengan keputusan ini?"

Javier menatap Claire lekat-lekat. Awalnya, Javier ingin menyerahkan hal ini kepada polisi, dia juga tidak benar-benar bermaksud ingin wanita ini membelikan mobil baru untuknya.

Namun, melihat penjamin wanita ini adalah Claire, ditambah lagi dengan ucapan Kayla semalam, Javier menjadi agak emosi.

Biasanya, emosinya tidak pernah dipengaruhi oleh siapa pun, bahkan wanita sekalipun. Hari ini, emosinya telah tersulut karena kejadian dua anak kecil itu. Sekarang malah terpengaruh oleh wanita ini lagi?

Selain itu, apa benar wanita ini memperlakukan Kayla seperti itu 6 tahun yang lalu?

Kalau begitu, Javier ingin melihat sejauh mana Claire bisa berkorban untuk temannya.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Just Rara
padahal km yg dibodohin sm kayla javier,disini yg jd korban kayla adalah claire
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status