Share

Pertunjukan Dimulai

                                                                                   ***

You b*tch!” ujar perempuan itu dengan wajah memerah marah.

Namira memekik kaget melihat apa yang terjadi di depannya, “Who are you? What’s wrong with you?”

Do you know her?” Namira beralih bertanya kepada Alina.

Alina menggeleng tidak tahu. Dirinya juga bingung, apa gerangan yang terjadi, kenapa ia harus disiram air? Memang apa salahnya?

Perempuan itu disusul dengan dua perempuan lainnya dan bertanya kepada Alina, “Lo ya yang namanya Alina?”

“Dasar maba gak tahu diri, baru sehari ngirup udara kampus udah belagu mau ngerebut cowo orang!” ujar lainnya.

Alina masih tidak memahami apa yang terjadi. Hari ini ia sama sekali tidak mengobrol dengan pria manapun. Bahkan untuk urusan perkuliahan, Alina lebih memilih untuk membicarakannya dengan Namira.

“Jangan pura-pura polos deh lo. Bisa-bisanya lo ngasih surat yang isinya rayuan-rayuan receh dan murahan ke Mr. David. Dia tunangan gue!” pekik perempuan yang menampar Alina.

Alina semakin menganga dan bingung dengan apa yang terjadi di sini. Menulis surat? Terdengar sangat kuno, padahal ia memiliki nomor Mr. David. Kenapa harus surat? Surat apa? Siapa yang menulis? Apa ada yang mau memfitnah dia?

“Sialan,” Alina tersadar, kalau ini pasti perbuatan Seline. Hanya dia dan Allen yang bertemu dan masuk ke ruangan David hari ini. Pasti dia sengaja menjebak Alina dengan menulis surat itu dan mengatasnamakan dirinya.

“Apa lo bilang? Wah, gak sopan lu ya sama kating?” perempuan itu hendak menjambak rambut Alina. Tapi Alina dapat menangkis tangan itu.

Alina mendekatkan dirinya ke perempuan itu seraya berkata, “Bukannya lo duta kampus, ya Kak Alexa de Mils? Lo ga malu nampar adik tingkat dan teriak-teriak di kantin?” alina menekankan kata “kak”.

Perlakuan itu membuat Alexa sadar dan melihat sekelilingnya. Banyak gawai yang terangkat merekam kelakuannya barusan. Alexa merutuki perbuatannya sendiri dan melangkah mundur. Ia tidak bisa mempertaruhkan reputasinya hanya untuk hal sepele seperti ini.

“Satu lagi, kak Alexa. Gue ga pernah godain Mr. David, dan gue yakin itu bukan surat yang gue tulis. Ada orang lain yang ingin merayu Mr. David, lo cari sendiri,” ujar Alina tegas kepada Alexa.

Alexa diam, sebenarnya dia bukan orang yang mudah terpengaruh. Hanya saja, akhir-akhir ini hubungannya dengan David sangat tidak baik. Ia takut jika gagal menikah dengan David. Tidak hanya kandas, namun juga akan merugikan perusahaan papanya.

Alexa melenggang pergi, antara malu, sedih, khawatir dan marah bercampur jadi satu dalam dirinya. Entah apa yang dilakukan David jika mengetahui hal ini. Mungkin hubungan mereka akan lebih retak dan renggang.

Sedang Alina terduduk lemas di kursi kantin. Sebenarnya, ia sangat ciut karena Alexa berkepribadian kuat dan dominan. Sementara itu, perlakuan Seline padanya sangat keterlaluan. Alina tidak menyangka Seline akan bermain sekotor ini.

Are you okay Alina?” tanya Namira yang tak tega melihat waja Alina memucat.

No, this is crazy,” tukas Alina.

Do you mind to tell me some?” Namira sempat tidak memahami apa yang terjadi. Alina kemudian menjelaskan tentang keluarganya serta Seline dan ibunya yang tidak berkelakuan baik padanya.

Namira kaget seraya mengatakan “Wow, tenang aja Alina, gue mihak elo. Kalo lo ada kesulitan, please call me without hesitate,” Alina tersenyum, tampaknya dia sudah menemukan teman yang akan menemaninya selama berkuliah di Law School.

Setelah membersihkan diri dan mengobrol, ada sosok laki-laki yang mendekat ke arah mereka berdua. “Hey, sorry ganggu. Kalian maba kan?” suara berat dari laki-laki itu membuat Alina dan Namira menoleh ke arahnya, kemudian mengangguk ragu.

“Oh, please. Jangan takut, gue Ronald anggota BEM. Gue mau nawarin kalian untuk ikutan, siapa tau berminat, kalian follow I* kami ya. Di sana nanti ada link form pendaftaran yang harus kalian lengkapi,” Alina dan Namira sedikit malas menanggapi. Di pikiran mereka sudah terbayang bagaimana mereka memelas dan mengatakan “Kak… risol mayo kak,” keduanya bergidik.

“Hahaha, I can read your mind, girls. Tenang ya, kalian inget kan kita ada di Law School ternama di negeri ini. Sudah jelas banyak partner sponsor yang mau membiayai kita, bahkan beberapa diantaranya malah mengajukan proposal,” jawab laki-laki tersebut.

Alina dan Namira cengengesan dan mengangguk seadanya saja. Laki-laki itu kemudian berkata lagi. “Kalau gitu, gue pamit ya, gue Cuma mau nawarin itu ke kalian. Gue harap, kalian mau join, karena ini jadi ajang untuk expand network dan career path kalian di masa mendatang. So, don’t miss it, ladies,” Ronald berjalan menghampiri meja yang lainnya.

                                                                                     ***

Alina merebahkan badannya ke kasur, masih memikirkan bagaimana ngerinya seorang Seline. Jelas dia akan merusak seluruh rencana dan kehidupannya yang tenang. Tadinya, rencana Alina hanya ingin pergi dengan tenang dan menjalani hidup sendiri. Alina sudah menyiapkan perbekalan. Namun, perilaku Seline dan ibunya sangat meresahkan. Memangnya, dia salah apa? Mengapa Alina sangat dibenci oleh keduanya.

Sejak kedatangan mereka ke rumah, Alina berusaha bersikap baik dan menerima bahwa papanya ternyata dapat mencintai wanita lain selain mamanya. Tidak berselang lama, mereka mengucilkan Alina, dan seolah mengambil alih semua perhatian yang selama ini dimiliki Alina. Bahkan, seorang papa yang dulu sangat mencintai Alina, sekarang tampak pudar dan tidak lagi memperhatikannya.

Sudah setengah jam Alina merenung dan larut dalam kesedihannya, tiba-tiba pintu kamar dipukul-pukul kasar. Alina kaget dan sontak berdiri takut. Dibalik pintu itu, papanya sedang berteriak marah dengan memanggil namanya berkali-kali.

“Alina!“

“Alina!”

“Keluar kamu!” mendengar Lesmana sedemikian marah, Alina bingung gelagapan. Dia takut sesuatu akan terjadi padanya, di sisi lain dirinya merasa tidak memiliki kesalahan apapun yang bisa membuat ayahnya murka.

“Alina! Papa tau kamu di dalam. Cepat buka atau papa dobrak sekarang!” Alina tidak punya pilihan lain selain membuka kunci kamarnya. Begitu kamar terdengar dibuka kuncinya, Lesmana mendorong pintu itu dan mengenai kepala Alina hingga jatuh ke lantai.

Belum sempat Alina memproses rasa sakit dan kebingungannya, tangan yang besar dan kuat itu menghantam pipi kanan Alina.

Plak!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status