Home / Romansa / Kemilau Senja / Perhatian Annisa

Share

Perhatian Annisa

last update Last Updated: 2021-10-16 22:57:05

Di dalam kamar air mata ini pun terasa tumpah, hatiku benar-benar hancur, mungkin tidak akan seperti ini rasanya, jika aku tidak mencintai Mas Nando, tapi aku mencintai suamiku, entah kapan cinta ini mulai tumbuh dan bersemi di hatiku aku pun tidak tau hal itu. mungkin saja saat ijab qobul terucap, ataukah karena semalam di perlakukan dengan baik oleh Mas Nando. atau bisa jadi karena senyumannya. entahlah apa yg membuatku bisa mencintai suamiku.

Yang pasti saat ini aku benar - benar kecewa dengan perilaku Mas Nando. Dia tidak menghargaiku sama sekali. bahkan pertama kali aku masuk rumah ini pun harga diriku merasa diinjak-injak dengan ulahnya yang membawa perempuan itu kerumahnya, padahal di sini ada aku. Dia anggap apa aku ini.

Mas Nando sama sekali tidak bisa menjaga perasaanku, untuk apa aku tinggal di sini, untuk melihat mereka yang pamer kemesraan. Aku harus pergi dari sini, tapi aku akan pergi ke mana? kembali ke rumah Ayah, itu tidak mungkin. Masalah ini akan menjadi semakin parah saat Ayah tahu aku kembali pulang dengan keadaan tersakiti seperti ini, sebisa mungkin aku harus tetap menyembunyikan aib suamiku dengan tidak menceritakan masalah ini ke siapa pun, termasuk orang tua angkatku. Mereka tidak boleh mengetahui hal ini, bisa hancur semuanya kalau mereka tahu laki-laki pilihan Ayah adalah bukan yang terbaik untukku.

Aku hanya bisa menangis, tidak bisa berpikir jernih lagi. yang terlintas di pikiranku hanyalah adegan mesra mereka tadi, yang saat ini mengotori pikiranku, aku tidak bisa berbuat apa -apa untuk menyelamatkan rumah tanggaku ini, apa yang harus hamba lakukan Ya Allah.  Aku memohon pertolongan kepada Allah, aku pun mencoba untuk menenangkan diriku, meredam semua emosiku. Tidak seharusnya aku seperti ini. Aku harus kuat, aku harus bisa merebut hati suamiku. Pokoknya harus bisa. Aku tidak boleh kalah begitu saja sebelum berperang. aku tidak boleh kalah dari Alesha.

Allah berfirman : "Dan Pergauli lah Istri-istrimu dengan baik, lalu jika kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin engkau tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An-Nisa: 19)

----------------

Tidak ada satu pun di dunia ini wanita yang ingin disakiti dan dikhianati, semua wanita ingin mendapatkan kebahagiaan, kasih sayang juga rasa kedamaian di dalam dirinya, begitu juga denganku, aku ingin bisa dicintai oleh suamiku, apa aku salah meminta hak, meski suamiku telah membuat kesepakatan itu dan aku pun terpaksa menyetujuinya. Namun, paling tidak selama pernikahan ini masih berlangsung aku ingin menjalaninya dengan penuh kebahagiaan, aku ingin dianggap sebagai istri, aku ingin suamiku bisa memperlakukanku dengan baik, untuk apa dia menikahiku kalau kami pun harus terlihat asing.

Semua hanya karena ambisinya, kegilaannya dengan harta dan kekayaan. Aku tidak habis pikir, kenapa suamiku sangat menginginkan kekayaan dari keluarganya itu, padahal pekerjaan juga sudah cukup bagus, sudah memiliki rumah yang cukup besar, dia sudah memiliki segalanya, yang ia butuhkan hanyalah seorang istri yang bisa mengarahkan  ke jalan yang benar, aku ingin menjadi istri yang seperti itu, bisa merubah Mas Nando menjadi lebih baik dan bisa menyadari semua kesalahannya itu.

Suamiku telah menodai kepercayaanku, bagaimana mungkin aku bisa melupakan semua dan memaklumi segala perlakuannya terhadapku, aku bukan wanita bodoh yang bersedia harga diriku diinjak-injak oleh suamiku, tapi aku bisa apa, dalam agama aku mempunyai tanggung jawab untuk menasihati dan mengarahkan suamiku ke jalan yang benar. Namun, kesepakatan yang dibuat suamiku, bagaimana aku bisa menentang semua kesepakatan itu.

Aku pun masih dalam keadaan yang sama, keadaan yang sangat memilukan, bahkan tidak ada yang bisa mengerti perasaanku, segalanya tentang semua kesedihanku dulu pun ikut teringat dipikiranku, mungkin ini memang takdir yang harus kujalani.

Diriku yang semenjak kecil tidak pernah di anggap sebagai anak oleh orang tuaku, bahkan saat aku telah menjadi seorang istri, aku pun tidak dianggap sebagai istri, tidak diperlakukan selayaknya seorang suami memperlakukan istrinya. Semua hal itu menjadikanku wanita kuat, tapi di sisi lain hatiku sangat rapuh, harus merasakan lagi diri ini tak dianggap.

Sampai sekarang aku belum pernah lagi bertemu dengan ayah kandungku, bagaimana kabar ayah saat ini, apakah ayah masih mengingatku, atau aku telah dilupakan olehnya. membuang semua jauh-jauh tentangku, anak yang tak pernah dianggap.

Bahkan aku tidak mengetahui bagaimana wajah ibu kandungku, ayah kandungku tidak pernah memberitahuku akan hal itu. Meski dulu aku terus mencoba bertanya. Namun, ayah selalu memberikan alasan yang aku pun harus mengerti.

Pikiran tentang masa laluku pun terlihat jelas lagi di pikiranku, aku yang saat ini tengah lelah sedari tadi terus menangis kini hanya mencoba mengingat semua kejadian menyedihkan yang telah aku lalui, aku mencoba mengambil hikmah di balik kejadian-kejadian yang menimpaku.

Mungkin ini adalah rencana Allah, agar aku bisa menjadi wanita yang kuat dan tegar dalam menghadapi masalah seberat apa pun itu, Allah ingin membimbingku menjadi lebih baik, lebih dewasa dalam berpikir dan bersikap. Aku terus mencoba menata hatiku kembali, menghapus semua luka yang menyayat bahkan merobek dinding hati. Aku mencoba untuk menyembuhkan luka hati ini, selalu kuucapkan istigfar agar aku tidak larut dalam kesedihan.

Hingga dering di ponselku berhasil mengagetkanku,

Aku mengambil ponsel yang ada di atas meja rias, kulihat seorang sahabat terbaikku. Annisa, ya, Annisa menghubungiku, aku pun segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Nandini." Terdengar ucapan salam dari Annisa lewat telepon genggam.

"Wa'alaikumussalam, ada apa Nis, tumben malem gini telepon?" tanyaku pada Annisa.

"Aku hanya ingin tau kabarmu saja, bagaimana apa kamu betah tinggal di rumah suamimu?" ujar Annisa menanyakan kabarku, mungkin dia sudah merasa kangen denganku.

"Baru juga sehari di sini, ya belum bisa bilang betah sih," ucapku ragu, memang sudah merasa tidak betah walaupun masih sehari tinggal di rumah Mas Nando.

"Tapi kamu baik-baik saja 'kan Dini?" tanyanya penasaran.

"Iya baik kok, Nis," ucapku dengan lembut dan mencoba menghapus peluh di pipiku.

"Syukurlah kalau kamu baik, tapi kok suara kamu agak serak gitu, seperti orang yang habis nangis, kamu beneran nggak kenapa-kenapa 'kan Din?" tanya Annisa yang sepertinya merasa khawatir denganku. Duh, ketahuan deh kalau aku memang habis nangis.

"Nggak papa kok Nis, aku baik-baik saja di sini. suaraku agak serak mungkin karena kecapekan aja," ujarku dengan ragu karena Annisa pasti sudah mulai curiga.

"Jangan bohongin aku, Din. Aku tau kamu, kalau kamu lagi nangis pasti kayak gini deh, suara kamu serak," kata Annisa yang tidak mempercayai perkataanku.

"Sudahlah, Nis, kamu jangan mengkhawatirkan aku, aku baik baik saja, beneran," ucapku meyakinkan Annisa, dan mencoba untuk menyembunyikan kesedihanku.

"Din, menurut feelingku kamu itu lagi nggak dalam keadaan yang baik," ujar Annisa yang enggan percaya semua perkataanku.

"Nis, kalau sudah waktunya nanti aku akan cerita, itu pasti, kamu nggak perlu khawatirkan aku, di sini aku bisa jaga diri dengan baik," ucapku dengan lembut, saat ini aku masih enggan untuk menceritakan semuanya pada Annisa.

"Tuh, kan bener, kamu pasti lagi ada masalah. Ya sudah, aku yakin kamu bisa menyelesaikan masalah itu sendiri, tapi jangan di pendam terus, Din karena nggak biasanya kamu kayak gini, aku selalu siap untuk kamu ajak berbagi suka dan dukamu Nandini, kalau kamu sudah siap buat cerita, kita ketemu, aku bisa jaga rahasia kok, Din, kamu kan tau aku gimana, aku nggak mau kalau kamu sampai berpikir keras lagi seperti dulu Din, kumohon kamu pikirkan baik-baik saran dariku," ujar Annisa yang memang ingin tau masalahku.

Annisa bukan sekadar sahabatku, dia adalah sahabatku dari kecil, kami  sama-sama hidup di panti asuhan, yang saat ini juga menjadi anak angkat. Kami sudah seperti saudara, dia sahabat dalam suka dan duka, yang selalu bisa memberiku nasihat yang baik, aku juga selalu menuruti semua nasihatnya karena semua nasihatnya itu sungguh menghasilan kebaikan dalam hidupku.

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kemilau Senja    Suamiku Lebih Mementingkan Aleesha

    Makanannya telah ia habiskan,aku menuangkan air minum di gelas dan aku berikan padanya."Ini Mas, minumnya.""Iya, makasih ya, sayang, kamu sudah melayaniku dengan baik," ujarnya sembari menerima segelas air minum dari tanganku."Iya, sama-sama, Mas. Meski rumah tangga kita tidak bisa berjalan dengan lama, setidaknya aku bisa membuat Mas Nando bahagia bersamaku, itu sudah cukup membuatku puas kok, Mas," jawabku dengan menunduk."Iya, makasih ya, Nandini. Maaf kalau aku belum bisa bahagiain kamu. Saat ini belum bisa mencintai kamu, tapi entah dengan perhatian kamu selanjutnya, mungkin saja bisa membuat hatiku luluh," ujar Mas Nando sembari menatapku lembut dan memberikan senyuman manisnya.Berarti aku masih ada kesempatan untuk memenangkan hatinya karena Mas Nando sendiri yang telah memberikan aku kesempatan itu."Aku akan pergunakan kesempatan itu dengan baik, Mas," jawabku sembari tersenyum manis."Iya Nandini.""Mana tadi kat

  • Kemilau Senja    Soto Betawi Menghangatkan Suasana

    "Sudah azan Maghrib nih, Bi, sholat dulu yuk.""Iya Mba Nandini, ini Bibi juga mau ambil air wudu."Aku telah selesai menyetrika pakaian, sambil ngobrol nggak terasa capeknya. Aku pun bergegas mengambil air wudu dan menjalankan ibadah salat Maghrib, dilanjut dengan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, sejak masalah menghampiriku aku tidak fokus untuk memuroja'ah hafalan. Sekarang aku ingin lebih fokus lagi untuk muroja'ah hafalanku, agar tidak terlupa.Setelah salat dan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, aku bersiap untuk memasak makan malam. Mas Nando pasti suka aku masakin soto betawi, pulang kerja pasti dia belum sempat makan. Aku beinisitif untuk membuatkan soto betawi yang super lezat. Khusus untuk suamiku.Aku memasaknya sendiri, sebenarnya sih Bi Inah ingin membantuku tapi aku mencegahnya. Ini saatnya aku melaksanakan tugas-tugasku sebagai istri yang baik. Karena sejak masalah ini menghampiriku aku merasa aku belum melakukan tugasku sebagai seorang istri, yaitu

  • Kemilau Senja    Bi Inah Membongkar Semua Rahasia

    Tugas mengajar hari ini telah terselesaikan. Aku mencoba mengubungi Mas Nando. Ya, barangkali suamiku mau menjemputku, tapi lagi-lagi tidak diangkat olehnya. Aku pun mengirimkan pesan whatsapp.[Mas, aku akan pulang bersama Mas Aditia ya, aku harap kamu tidak marah padaku] isi pesan dariku.Aku langsung menghubungi Mas Aditia, dan langsung saja tersambung, memang orang ini selalu sigap jika aku membutuhkan bantuannya."Assalamualaikum Mas Aditia.""Wa'alaikumussalam, Iya, Mbak Nandini.""Bisa jemput saya sekarang, Mas?""Bisa kok Mbak, segera meluncur.""Baiklah, terima kasih banyak ya* Mas Aditia, saya tunggu di dekat gerbang kampus," ujarku."Iya sama-sama, Mbak Nandini, ini saya langsung meluncur ke sana.""Iya Mas Aditia, hati-hati ya. "Wassalamu'alaikum.""Iya, Mbak Nandini. Wa'alaikumussalam."Aku pun menutup teleponnya dan berjalan ke dekat gerbang kampus untuk menunggu Mas Aditia di sana.

  • Kemilau Senja    Sulit Untuk Berbohong

    "Tenang, Nandini. Kamu harus tetap semangat, alihkan dulu masalah yang membebani pikiran, konsentrasilah untuk mengajar," gumamku dalam hati, menyemangati diriku yang mulai down."Assalamualaikum Naharukis sa'id thalibul ilmi." Aku mengucapkan salam kepada para Mahasiswa."Wa'alaikumussalam, said mubarok Ustazah, Nandini." Mereka menjawab salamku dengan serempak, seperti biasanya."Kayfa halukuma?" Aku menanyakan kabar mereka."Alhamdulillah ala kulli hal.""Kayfa haluk Ustazah Nandini?" tanya salah satu mahasiswi yang bernama Zakia."Alhamdulillah ana bi khoir," jawabku sembari melempar senyum manis."Sudah bisa kita mulai proses belajarnya?" ujarku menanyakan kesiapan mereka."Sudah siap, Ustazah." Mereka menjawabnya dengan serempak."Baiklah mari kita mulai proses belajarnya hari ini kita awali dengan bacaan basmalahya.""Bismillahirrohmanirrohim ... selanjutnya kita berdoa agar diberikan ilmu yang berman

  • Kemilau Senja    Kembali Mengajar

    Aku masuk ke ruang kerjaku. Di ruangan itu telah banyak dosen yang sudah datang. Ya, memang aku agak kesiangan, biasanya aku selalu datang lebih dulu dari mereka semua. Aku yang datang kesiangan pun menjadi bahan candaan mereka. Ya, maklum aku 'kan pengantin baru."Assalamualaikum." Aku masuk ke ruang kerjaku dengan mengucapkan salam."Wa'alaikumussalam." Para dosen menjawab salam dengan serempak.Mereka semua langsung saja menatapku, aku yang berdiri di antara tatapan mereka pun menjadi sangat malu, bagaikan aku ini seorang artis saja yang penuh sorotan dan tatapan penggemar."Eheeemm, pengantin baru sudah mulai masuk kerja nih?" goda salah satu rekan kerjaku yang bernama Bu Yulistya,"Iya, nih, apa jangan-jangan maksain kerja nih," sahut Pak Nawawi dosen paling Killer di sini, tetapi kali ini malah bisa bercanda."Nandini, kamu minta perpanjang cuti kerja juga pasti dibolehin kok, mengingat pasti lagi asyik-asyiknya menikmati b

  • Kemilau Senja    Gagal Ngambek

    "Jika kau akan pergi, mengapa kau datang, jika aku mencintaimu apakah itu salahku?"***Keesokan harinya, aku sengaja tidak ke luar kamar terlebih dahulu, hari ini aku bersiap untuk mengajar, aku sudah rindu dengan para mahasiswi, aku berangkat kerja akan tetap meminta tolong Mas Aditia untuk mengantar.Keegoisan Mas Nando sungguh tidak wajar, dia terlalu posesif, tak seharusnya dia cemburu dengan Mas Aditia, dia tidak mencintaiku kenapa dia harus cemburu? Aneh bukan?Aku masih menunggu di kamar, aku tidak akan keluar dari kamar sebelum Mas Nando berangkat kerja. Aku malas untuk membahas hal yang sama, yang bisa membuat moodku hilang, aku harus semangat lagi untuk mengajar, harus fokus. Jangan karena masalah ini membuatku jadi sulit berkonsentrasi penuh pada pekerjaanku. Aku harus kembali bersemangat, demi masa depanku dan kebahagiaanku sendiri. Apa aku egois? Aku rasa tidak.Terdengar suara langkah kaki seperti sedang berjalan ke arah

  • Kemilau Senja    Mas Nando Egois

    Belum sempat aku masuk ke rumah, Mas Nando tiba-tiba menghampiriku di luar yang masih ngobrol dengan Mas Aditia."Nandini, kamu sudah pulang sayang?" ucapnya sembari merangkul pundakku."Iya sudah kok, Mas.""Eh lo rupanya, Dit?" tanya Mas Nando yang kaget melihat Mas Aditia yang mengantarku pulang."Iya, Mas Nando," jawab Mas Aditia sembari membuka mobilnya lalu ke luar dari mobil."Nandini, kamu kok diantar pulang sama nih anak?" tanya Mas Nando sembari menatapku sinis, sepertinya dia marah."Iya, Mas. Mas Aditia ini kan sopir grab car," jawabku sembari tetap tersenyum padanya."Oh jadi lo sekarang jadi sopir grab car, Dit?" tanya Mas Nando pada Mas Aditia.Aku heran, mereka 'kan tetangga, Mas Aditia aja kenal baik, bahkan tahu semua tentang Mas Nando, tetapi Mas Nando malah tidak tahu kalau Mas Aditia kerjanya jadi sopir grab car, kan aneh aja gitu."Iya, Mas," jawab Mas Aditia singkat dan eksresinya agak gugup.

  • Kemilau Senja    Belanja ke Pasar

    Diteras kulihat Mas Aditia tengah duduk di kursi yang semalam dia tempati buat tidur."Assalamualaikum Mbak Nandini.""Wa'alaikumussalam warahmatullah. Sudah sedari tadi di sini ya, Mas?""Barusan kok, Mbak. Oh ya, ini bubur ayamnya, saya belikan dua, barangkali Mba Nandini suka nanti bisa nambah lagi.""Makasih ya, Mas, jadi ngerepotin," ucapku dengan lembut"Iya sama-sama* Mbak, nggak ngrepotin kok.""Mas Aditia nanti bisa antar saya ke pasar sebentar untuk membeli keperluan memasak, sudah habis semua.""Bisa kok, Mbak, sekarang?""Saya mau sarapan dulu, Mas, nanti saya hubungi kalau sudah siap berangkat""Oh baik, Mbak. Saya permisi pulang ya, mau sarapan juga sekalian mau cuci mobil dulu, " ujar Mas Aditia yg pamit pulang."Iya, Mas. Hati-hati, sekali lagi makasih ya, buburnya.""Iya dihabiskan ya!"Aku mengangguk."Ya sudah, Mbak. Saya pulang dulu. Assalamualaikum.

  • Kemilau Senja    Perhatian Mas Aditia

    Pagi yang cerah, aku Nandini, aku akan membuat suamiku sadar betapa berartinya diriku."Aku akan membuat kamu lupa dengan masa lalu kamu yang pahit itu Mas Nando," gumamku dalam hati."Astagfirullah, aku sampai lupa, bukankah tadi malam Mas Aditia telah menolongku, dan tidur di teras," gerutuku.Aku pun bergegas ke luar rumah untuk melihat apakah Mas aditia masih berada di sana ataukah sudah kembali ke indekos.Aku ke luar rumah, tidak ada siapa pun di sana, bantal dan selimut masih ada di kursi, lalu di mana Mas Aditia?"Mbak Nandini sudah bangun?" tanya Mas aditia menghampiriku."Iya, sudah sejak Subuh tadi, Mas, Mas Aditia dari mana?""Oh ini loh, Mbak, tadi itu saya pulang dulu, untuk sholat Subuh di masjid, karena saya masih ngantuk ketiduran deh di kamar indekos, bangun tidur saya inget, kalau saya pulang tadi belum pamit sama Mbak Nandini, saya berpikir pasti Mbak Nandini nyariin, makanya saya ke sini lagi Mbak," ujar Mas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status