共有

Kemilau Senja
Kemilau Senja
作者: Oktafia Ningsih

Perjodohan

last update 最終更新日: 2021-09-07 19:36:00

Menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya adalah kewajiban yang harus aku lakukan, karena diriku yang telah berjanji kepada Ayah akan menerima perjodohan ini.

Aku yang terbilang wanita polos pun harus menerima takdir bahwa diriku akan menjadi  istri seorang manager disalah satu perusahaan yang menekuni bidang properti, aku terima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki calon suamiku.

"Saya terima nikahnya Nandini Lailatul Izzah Binti M. Syarifudin Hamzawi dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang tunai senilai lima juta rupiah dibayar tunai."

"Saksi bagaimana, sah?" ucap seorang penghulu.

"SAH ...."

"Alhamdulillah, kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri, Nando sebagai seorang suami, kamu harus menunaikan semua tanggung jawab kamu kepada Nandini, berilah istrimu semua haknya," ujar Ayah angkatku.

"Untuk Nandini kamu juga sama, Nak. Sudah menjadi kewajiban kamu  untuk menunaikan semua tugas-tugas kamu sebagai istri yang salihah, layani suami kamu dengan baik dan jadilah istri yang penurut, jangan menentang mau pun membantah segala perintah dan kehendak suamimu selama itu baik dan sesuai dengan syariat," ucap Ayah yang bersyukur putri sulungnya kini telah menikah dengan laki-laki pilihannya.

"Ayah, titip Nandini ya, Nak Nando, jaga putri Ayah dengan sebaik-baiknya, bahagiain putri Ayah ya, seperti kami yang selalu berusaha membahagiakan Nandini sebagai mana mestinya. Jangan sakiti anak Ayah, lindungi dia dan bimbing anak Ayah untuk bisa menjadi lebih baik."  Pesan Ayah pada Mas Nando, seraya berharap agar Mas Nando bisa menjagaku dengan baik.

"Baik Ayah, saya berjanji akan menjaga Nandini yang kini telah resmi menjadi istri saya dengan baik dan saya akan berusaha untuk bisa selalu mencukupi segala kebutuhan dan bisa menjadi suami yang baik untuknya, Ayah tidak perlu khawatir, saya pasti bisa membahagiakan Nandini," ucap Mas Nando meyakinkan ayah bahwa dirinya adalah suami yang baik untukku.

Awalnya aku berpikir kehidupan rumah tanggaku dengan Mas Nando akan baik-baik saja, meski kami awalnya tidak saling mencintai, ternyata aku salah menduga, Mas Nando sama sekali tidak berusaha membuka hatinya untukku.

Dia pandai menyembunyikan rasa kesalnya akan perjodohan ini dan seakan-akan dia terlihat mencintaiku dengan sepenuh hati, di depan orang tuaku dia selalu pandai dalam menutupi kebenciannya terhadapku, yang tanpa kusadari hal itu.

Di malam pernikahan kami, yang seharusnya malam ini adalah malam di mana kami akan saling mengenal satu sama lain, tapi malam ini menjadi malam yang menyakitkan buatku, dan itu pun juga aku rasakan di hari-hari berikutnya.

Mas Nando sangat cuek denganku yang sedari tadi menunggunya di kamar kami, ya kamar ini telah menjadi kamarku dan Mas Nando, begitulah menurutku. Namun, mungkin lain dipikiran Mas Nando tentunya.

Sebisa mungkin kutepis semua pikiran negatif yang saat ini membelenggu pikiran, aku tidak ingin malam ini mengecewakan Mas Nando karena semua pikiran negatif ini.

Kami belum saling mengenal, bisa jadi ini hanyalah pemikiranku yang salah, mungkin Mas Nando cuek terhadapku karena dia belum mengenalku, aku masih terasa asing baginya.

Pernikahan yang terjalin karena perjodohan pastinya menimbulkan rasa canggung, aku yakinkan diriku untuk tetap berpikir positif, mungkin saja Mas Nando merasa canggung, aku sendiri saja sangat malu jika menatap wajahnya. 

Bagaimana dengan dirinya. Bisa jadi sikap cueknya itu karena dia merasa malu sekaligus belum siap untuk memulai obrolan denganku. Aku akan menunggunya, harus sabar Nandini. 

Aku berusaha menenangkan diriku dari rasa gugup, jujur sebelum menerima perjodohan ini aku juga belum pernah dekat dengan pria manapun, aku termasuk gadis yang polos, lugu, setiap ada pria yang berusaha mendekatiku aku mencoba menghindarinya, karena itulah ayah angkatku menjodohkanku dengan anak dari sahabat baiknya. Semua ini demi kebaikanku, mungkin mereka takut anak angkatnya ini akan menjadi perawan tua.

Aku berusaha menerima semua keputusan ayah angkatku, aku yakin ayah tidak akan salah pilih. Selama ini aku hanya berusaha menjadi anak yang penurut, karena kedua orang tua angkatku sudah sangat baik mau menerimaku dengan ikhlas menjadi anak mereka, aku banyak berhutang budi terhadap orang tua angkatku.

 

Sebisa mungkin aku akan berusaha untuk tidak membuat mereka kecewa. Telah banyak pengorbanan yang telah mereka lakukan untukku. Karena menerimaku itu juga bukan hal yang mudah.

Rumah tangga yang sakinah pasti didambakan semua orang, begitupun juga diriku, pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan, melainkan juga dua keluarga, sebisa mungkin aku harus berusaha menjaga nama baik dua keluarga, menjadikannya selalu rukun dan tentram, hal itu kini telah menjadi tanggung jawabku, sebagai seorang menantu aku juga harus bisa menempatkan diriku sebaik mungkin.

Keluarga Mas Nando bukan keluarga biasa, ayah Mas Nando adalah seorang pengusaha ternama di Jakarta, ayahku telah mengenalnya lama, ayah Mas Nando adalah teman kuliah ayahku dulu, yang kini telah sukses menjadi pengusaha, tidak bisa dijelaskan lagi seberapa banyak kekayaan yang mereka miliki. Namun,  aku sama sekali tidak tergiur dengan harta duniawi yang dimiliki dengan kekayaan yang dimiliki keluarga suamiku, aku menerima Mas Nando murni karena baktiku terhadap kedua orang tua angkatku, bukan semata-mata karena sebuah materi. 

Kalaupun aku mendapatkan kebahagiaan materi, aku anggap semua itu sebagai ujian, karena setiap harta yang kita miliki akan ada hisabnya di akhirat nanti. Itu semua adalah ujian, bagaimana kita memanfaatkan semua harta duniawi itu sebaik mungkin tanpa membuat kita sombong.

Sejak kecil aku diajarkan hidup sederhana, hanyalah kesederhanaan yang aku miliki, entah apa yang membuat keluarga Mas Nando memilihku untuk menjadi menantu mereka, bukankah orang terhormat seperti keluarga Mas Nando bebas untuk memilih siapa saja yang akan menjadi menantu mereka, tentu yang derajatnya sama.

Namun, aku tidak melihat perbedaan itu di mata mereka, mereka memandang orang bukan dari derajatnya, bahkan tak kusangka aku yang dari kalangan sederhana ini bisa menjadi bagian dari keluarga mereka. Sungguh ini adalah anugerah sekaligus nikmat yang besar yang Allah berikan untukku, aku tiada hentinya bersyukur atas nikmat ini.

Tak pernah terpikirkan olehku, aku akan menikah dengan anak orang kaya, sungguh tak pernah aku duga hal ini bisa terjadi, yang aku pinta pada Tuhan, aku bisa mendapatkan jodoh yang bisa merubahku menjadi lebih baik dan juga bisa membuatku lebih dekat dengan Allah, pria yang saleh yang selalu menjaga ibadahnya dan bisa menghargaiku sebagai istri.

Pertama kali aku melihat Mas Nando aku memiliki keyakinan dia akan menjadi suami yang baik, semoga pemikiran itu tidak salah. 

Aku mencoba menerima takdir ini dengan lapang dada dan keikhlasan, mungkin ini memang yang terbaik untukku. Sabar dan ikhlas akan menjadi penolong di kala kegundahan menyerang.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
Pena Jingga
gaya ceritanya kayak novel terjemahan ya (semoga paham maksudku). in a good way tapi ya..
goodnovel comment avatar
naushin
bertele-tele
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Kemilau Senja    Suamiku Lebih Mementingkan Aleesha

    Makanannya telah ia habiskan,aku menuangkan air minum di gelas dan aku berikan padanya."Ini Mas, minumnya.""Iya, makasih ya, sayang, kamu sudah melayaniku dengan baik," ujarnya sembari menerima segelas air minum dari tanganku."Iya, sama-sama, Mas. Meski rumah tangga kita tidak bisa berjalan dengan lama, setidaknya aku bisa membuat Mas Nando bahagia bersamaku, itu sudah cukup membuatku puas kok, Mas," jawabku dengan menunduk."Iya, makasih ya, Nandini. Maaf kalau aku belum bisa bahagiain kamu. Saat ini belum bisa mencintai kamu, tapi entah dengan perhatian kamu selanjutnya, mungkin saja bisa membuat hatiku luluh," ujar Mas Nando sembari menatapku lembut dan memberikan senyuman manisnya.Berarti aku masih ada kesempatan untuk memenangkan hatinya karena Mas Nando sendiri yang telah memberikan aku kesempatan itu."Aku akan pergunakan kesempatan itu dengan baik, Mas," jawabku sembari tersenyum manis."Iya Nandini.""Mana tadi kat

  • Kemilau Senja    Soto Betawi Menghangatkan Suasana

    "Sudah azan Maghrib nih, Bi, sholat dulu yuk.""Iya Mba Nandini, ini Bibi juga mau ambil air wudu."Aku telah selesai menyetrika pakaian, sambil ngobrol nggak terasa capeknya. Aku pun bergegas mengambil air wudu dan menjalankan ibadah salat Maghrib, dilanjut dengan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, sejak masalah menghampiriku aku tidak fokus untuk memuroja'ah hafalan. Sekarang aku ingin lebih fokus lagi untuk muroja'ah hafalanku, agar tidak terlupa.Setelah salat dan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, aku bersiap untuk memasak makan malam. Mas Nando pasti suka aku masakin soto betawi, pulang kerja pasti dia belum sempat makan. Aku beinisitif untuk membuatkan soto betawi yang super lezat. Khusus untuk suamiku.Aku memasaknya sendiri, sebenarnya sih Bi Inah ingin membantuku tapi aku mencegahnya. Ini saatnya aku melaksanakan tugas-tugasku sebagai istri yang baik. Karena sejak masalah ini menghampiriku aku merasa aku belum melakukan tugasku sebagai seorang istri, yaitu

  • Kemilau Senja    Bi Inah Membongkar Semua Rahasia

    Tugas mengajar hari ini telah terselesaikan. Aku mencoba mengubungi Mas Nando. Ya, barangkali suamiku mau menjemputku, tapi lagi-lagi tidak diangkat olehnya. Aku pun mengirimkan pesan whatsapp.[Mas, aku akan pulang bersama Mas Aditia ya, aku harap kamu tidak marah padaku] isi pesan dariku.Aku langsung menghubungi Mas Aditia, dan langsung saja tersambung, memang orang ini selalu sigap jika aku membutuhkan bantuannya."Assalamualaikum Mas Aditia.""Wa'alaikumussalam, Iya, Mbak Nandini.""Bisa jemput saya sekarang, Mas?""Bisa kok Mbak, segera meluncur.""Baiklah, terima kasih banyak ya* Mas Aditia, saya tunggu di dekat gerbang kampus," ujarku."Iya sama-sama, Mbak Nandini, ini saya langsung meluncur ke sana.""Iya Mas Aditia, hati-hati ya. "Wassalamu'alaikum.""Iya, Mbak Nandini. Wa'alaikumussalam."Aku pun menutup teleponnya dan berjalan ke dekat gerbang kampus untuk menunggu Mas Aditia di sana.

  • Kemilau Senja    Sulit Untuk Berbohong

    "Tenang, Nandini. Kamu harus tetap semangat, alihkan dulu masalah yang membebani pikiran, konsentrasilah untuk mengajar," gumamku dalam hati, menyemangati diriku yang mulai down."Assalamualaikum Naharukis sa'id thalibul ilmi." Aku mengucapkan salam kepada para Mahasiswa."Wa'alaikumussalam, said mubarok Ustazah, Nandini." Mereka menjawab salamku dengan serempak, seperti biasanya."Kayfa halukuma?" Aku menanyakan kabar mereka."Alhamdulillah ala kulli hal.""Kayfa haluk Ustazah Nandini?" tanya salah satu mahasiswi yang bernama Zakia."Alhamdulillah ana bi khoir," jawabku sembari melempar senyum manis."Sudah bisa kita mulai proses belajarnya?" ujarku menanyakan kesiapan mereka."Sudah siap, Ustazah." Mereka menjawabnya dengan serempak."Baiklah mari kita mulai proses belajarnya hari ini kita awali dengan bacaan basmalahya.""Bismillahirrohmanirrohim ... selanjutnya kita berdoa agar diberikan ilmu yang berman

  • Kemilau Senja    Kembali Mengajar

    Aku masuk ke ruang kerjaku. Di ruangan itu telah banyak dosen yang sudah datang. Ya, memang aku agak kesiangan, biasanya aku selalu datang lebih dulu dari mereka semua. Aku yang datang kesiangan pun menjadi bahan candaan mereka. Ya, maklum aku 'kan pengantin baru."Assalamualaikum." Aku masuk ke ruang kerjaku dengan mengucapkan salam."Wa'alaikumussalam." Para dosen menjawab salam dengan serempak.Mereka semua langsung saja menatapku, aku yang berdiri di antara tatapan mereka pun menjadi sangat malu, bagaikan aku ini seorang artis saja yang penuh sorotan dan tatapan penggemar."Eheeemm, pengantin baru sudah mulai masuk kerja nih?" goda salah satu rekan kerjaku yang bernama Bu Yulistya,"Iya, nih, apa jangan-jangan maksain kerja nih," sahut Pak Nawawi dosen paling Killer di sini, tetapi kali ini malah bisa bercanda."Nandini, kamu minta perpanjang cuti kerja juga pasti dibolehin kok, mengingat pasti lagi asyik-asyiknya menikmati b

  • Kemilau Senja    Gagal Ngambek

    "Jika kau akan pergi, mengapa kau datang, jika aku mencintaimu apakah itu salahku?"***Keesokan harinya, aku sengaja tidak ke luar kamar terlebih dahulu, hari ini aku bersiap untuk mengajar, aku sudah rindu dengan para mahasiswi, aku berangkat kerja akan tetap meminta tolong Mas Aditia untuk mengantar.Keegoisan Mas Nando sungguh tidak wajar, dia terlalu posesif, tak seharusnya dia cemburu dengan Mas Aditia, dia tidak mencintaiku kenapa dia harus cemburu? Aneh bukan?Aku masih menunggu di kamar, aku tidak akan keluar dari kamar sebelum Mas Nando berangkat kerja. Aku malas untuk membahas hal yang sama, yang bisa membuat moodku hilang, aku harus semangat lagi untuk mengajar, harus fokus. Jangan karena masalah ini membuatku jadi sulit berkonsentrasi penuh pada pekerjaanku. Aku harus kembali bersemangat, demi masa depanku dan kebahagiaanku sendiri. Apa aku egois? Aku rasa tidak.Terdengar suara langkah kaki seperti sedang berjalan ke arah

  • Kemilau Senja    Mas Nando Egois

    Belum sempat aku masuk ke rumah, Mas Nando tiba-tiba menghampiriku di luar yang masih ngobrol dengan Mas Aditia."Nandini, kamu sudah pulang sayang?" ucapnya sembari merangkul pundakku."Iya sudah kok, Mas.""Eh lo rupanya, Dit?" tanya Mas Nando yang kaget melihat Mas Aditia yang mengantarku pulang."Iya, Mas Nando," jawab Mas Aditia sembari membuka mobilnya lalu ke luar dari mobil."Nandini, kamu kok diantar pulang sama nih anak?" tanya Mas Nando sembari menatapku sinis, sepertinya dia marah."Iya, Mas. Mas Aditia ini kan sopir grab car," jawabku sembari tetap tersenyum padanya."Oh jadi lo sekarang jadi sopir grab car, Dit?" tanya Mas Nando pada Mas Aditia.Aku heran, mereka 'kan tetangga, Mas Aditia aja kenal baik, bahkan tahu semua tentang Mas Nando, tetapi Mas Nando malah tidak tahu kalau Mas Aditia kerjanya jadi sopir grab car, kan aneh aja gitu."Iya, Mas," jawab Mas Aditia singkat dan eksresinya agak gugup.

  • Kemilau Senja    Belanja ke Pasar

    Diteras kulihat Mas Aditia tengah duduk di kursi yang semalam dia tempati buat tidur."Assalamualaikum Mbak Nandini.""Wa'alaikumussalam warahmatullah. Sudah sedari tadi di sini ya, Mas?""Barusan kok, Mbak. Oh ya, ini bubur ayamnya, saya belikan dua, barangkali Mba Nandini suka nanti bisa nambah lagi.""Makasih ya, Mas, jadi ngerepotin," ucapku dengan lembut"Iya sama-sama* Mbak, nggak ngrepotin kok.""Mas Aditia nanti bisa antar saya ke pasar sebentar untuk membeli keperluan memasak, sudah habis semua.""Bisa kok, Mbak, sekarang?""Saya mau sarapan dulu, Mas, nanti saya hubungi kalau sudah siap berangkat""Oh baik, Mbak. Saya permisi pulang ya, mau sarapan juga sekalian mau cuci mobil dulu, " ujar Mas Aditia yg pamit pulang."Iya, Mas. Hati-hati, sekali lagi makasih ya, buburnya.""Iya dihabiskan ya!"Aku mengangguk."Ya sudah, Mbak. Saya pulang dulu. Assalamualaikum.

  • Kemilau Senja    Perhatian Mas Aditia

    Pagi yang cerah, aku Nandini, aku akan membuat suamiku sadar betapa berartinya diriku."Aku akan membuat kamu lupa dengan masa lalu kamu yang pahit itu Mas Nando," gumamku dalam hati."Astagfirullah, aku sampai lupa, bukankah tadi malam Mas Aditia telah menolongku, dan tidur di teras," gerutuku.Aku pun bergegas ke luar rumah untuk melihat apakah Mas aditia masih berada di sana ataukah sudah kembali ke indekos.Aku ke luar rumah, tidak ada siapa pun di sana, bantal dan selimut masih ada di kursi, lalu di mana Mas Aditia?"Mbak Nandini sudah bangun?" tanya Mas aditia menghampiriku."Iya, sudah sejak Subuh tadi, Mas, Mas Aditia dari mana?""Oh ini loh, Mbak, tadi itu saya pulang dulu, untuk sholat Subuh di masjid, karena saya masih ngantuk ketiduran deh di kamar indekos, bangun tidur saya inget, kalau saya pulang tadi belum pamit sama Mbak Nandini, saya berpikir pasti Mbak Nandini nyariin, makanya saya ke sini lagi Mbak," ujar Mas

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status