Share

Kemilau Senja
Kemilau Senja
Penulis: Oktafia Ningsih

Perjodohan

Menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya adalah kewajiban yang harus aku lakukan, karena diriku yang telah berjanji kepada Ayah akan menerima perjodohan ini.

Aku yang terbilang wanita polos pun harus menerima takdir bahwa diriku akan menjadi  istri seorang manager disalah satu perusahaan yang menekuni bidang properti, aku terima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki calon suamiku.

"Saya terima nikahnya Nandini Lailatul Izzah Binti M. Syarifudin Hamzawi dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang tunai senilai lima juta rupiah dibayar tunai."

"Saksi bagaimana, sah?" ucap seorang penghulu.

"SAH ...."

"Alhamdulillah, kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri, Nando sebagai seorang suami, kamu harus menunaikan semua tanggung jawab kamu kepada Nandini, berilah istrimu semua haknya," ujar Ayah angkatku.

"Untuk Nandini kamu juga sama, Nak. Sudah menjadi kewajiban kamu  untuk menunaikan semua tugas-tugas kamu sebagai istri yang salihah, layani suami kamu dengan baik dan jadilah istri yang penurut, jangan menentang mau pun membantah segala perintah dan kehendak suamimu selama itu baik dan sesuai dengan syariat," ucap Ayah yang bersyukur putri sulungnya kini telah menikah dengan laki-laki pilihannya.

"Ayah, titip Nandini ya, Nak Nando, jaga putri Ayah dengan sebaik-baiknya, bahagiain putri Ayah ya, seperti kami yang selalu berusaha membahagiakan Nandini sebagai mana mestinya. Jangan sakiti anak Ayah, lindungi dia dan bimbing anak Ayah untuk bisa menjadi lebih baik."  Pesan Ayah pada Mas Nando, seraya berharap agar Mas Nando bisa menjagaku dengan baik.

"Baik Ayah, saya berjanji akan menjaga Nandini yang kini telah resmi menjadi istri saya dengan baik dan saya akan berusaha untuk bisa selalu mencukupi segala kebutuhan dan bisa menjadi suami yang baik untuknya, Ayah tidak perlu khawatir, saya pasti bisa membahagiakan Nandini," ucap Mas Nando meyakinkan ayah bahwa dirinya adalah suami yang baik untukku.

Awalnya aku berpikir kehidupan rumah tanggaku dengan Mas Nando akan baik-baik saja, meski kami awalnya tidak saling mencintai, ternyata aku salah menduga, Mas Nando sama sekali tidak berusaha membuka hatinya untukku.

Dia pandai menyembunyikan rasa kesalnya akan perjodohan ini dan seakan-akan dia terlihat mencintaiku dengan sepenuh hati, di depan orang tuaku dia selalu pandai dalam menutupi kebenciannya terhadapku, yang tanpa kusadari hal itu.

Di malam pernikahan kami, yang seharusnya malam ini adalah malam di mana kami akan saling mengenal satu sama lain, tapi malam ini menjadi malam yang menyakitkan buatku, dan itu pun juga aku rasakan di hari-hari berikutnya.

Mas Nando sangat cuek denganku yang sedari tadi menunggunya di kamar kami, ya kamar ini telah menjadi kamarku dan Mas Nando, begitulah menurutku. Namun, mungkin lain dipikiran Mas Nando tentunya.

Sebisa mungkin kutepis semua pikiran negatif yang saat ini membelenggu pikiran, aku tidak ingin malam ini mengecewakan Mas Nando karena semua pikiran negatif ini.

Kami belum saling mengenal, bisa jadi ini hanyalah pemikiranku yang salah, mungkin Mas Nando cuek terhadapku karena dia belum mengenalku, aku masih terasa asing baginya.

Pernikahan yang terjalin karena perjodohan pastinya menimbulkan rasa canggung, aku yakinkan diriku untuk tetap berpikir positif, mungkin saja Mas Nando merasa canggung, aku sendiri saja sangat malu jika menatap wajahnya. 

Bagaimana dengan dirinya. Bisa jadi sikap cueknya itu karena dia merasa malu sekaligus belum siap untuk memulai obrolan denganku. Aku akan menunggunya, harus sabar Nandini. 

Aku berusaha menenangkan diriku dari rasa gugup, jujur sebelum menerima perjodohan ini aku juga belum pernah dekat dengan pria manapun, aku termasuk gadis yang polos, lugu, setiap ada pria yang berusaha mendekatiku aku mencoba menghindarinya, karena itulah ayah angkatku menjodohkanku dengan anak dari sahabat baiknya. Semua ini demi kebaikanku, mungkin mereka takut anak angkatnya ini akan menjadi perawan tua.

Aku berusaha menerima semua keputusan ayah angkatku, aku yakin ayah tidak akan salah pilih. Selama ini aku hanya berusaha menjadi anak yang penurut, karena kedua orang tua angkatku sudah sangat baik mau menerimaku dengan ikhlas menjadi anak mereka, aku banyak berhutang budi terhadap orang tua angkatku.

 

Sebisa mungkin aku akan berusaha untuk tidak membuat mereka kecewa. Telah banyak pengorbanan yang telah mereka lakukan untukku. Karena menerimaku itu juga bukan hal yang mudah.

Rumah tangga yang sakinah pasti didambakan semua orang, begitupun juga diriku, pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan, melainkan juga dua keluarga, sebisa mungkin aku harus berusaha menjaga nama baik dua keluarga, menjadikannya selalu rukun dan tentram, hal itu kini telah menjadi tanggung jawabku, sebagai seorang menantu aku juga harus bisa menempatkan diriku sebaik mungkin.

Keluarga Mas Nando bukan keluarga biasa, ayah Mas Nando adalah seorang pengusaha ternama di Jakarta, ayahku telah mengenalnya lama, ayah Mas Nando adalah teman kuliah ayahku dulu, yang kini telah sukses menjadi pengusaha, tidak bisa dijelaskan lagi seberapa banyak kekayaan yang mereka miliki. Namun,  aku sama sekali tidak tergiur dengan harta duniawi yang dimiliki dengan kekayaan yang dimiliki keluarga suamiku, aku menerima Mas Nando murni karena baktiku terhadap kedua orang tua angkatku, bukan semata-mata karena sebuah materi. 

Kalaupun aku mendapatkan kebahagiaan materi, aku anggap semua itu sebagai ujian, karena setiap harta yang kita miliki akan ada hisabnya di akhirat nanti. Itu semua adalah ujian, bagaimana kita memanfaatkan semua harta duniawi itu sebaik mungkin tanpa membuat kita sombong.

Sejak kecil aku diajarkan hidup sederhana, hanyalah kesederhanaan yang aku miliki, entah apa yang membuat keluarga Mas Nando memilihku untuk menjadi menantu mereka, bukankah orang terhormat seperti keluarga Mas Nando bebas untuk memilih siapa saja yang akan menjadi menantu mereka, tentu yang derajatnya sama.

Namun, aku tidak melihat perbedaan itu di mata mereka, mereka memandang orang bukan dari derajatnya, bahkan tak kusangka aku yang dari kalangan sederhana ini bisa menjadi bagian dari keluarga mereka. Sungguh ini adalah anugerah sekaligus nikmat yang besar yang Allah berikan untukku, aku tiada hentinya bersyukur atas nikmat ini.

Tak pernah terpikirkan olehku, aku akan menikah dengan anak orang kaya, sungguh tak pernah aku duga hal ini bisa terjadi, yang aku pinta pada Tuhan, aku bisa mendapatkan jodoh yang bisa merubahku menjadi lebih baik dan juga bisa membuatku lebih dekat dengan Allah, pria yang saleh yang selalu menjaga ibadahnya dan bisa menghargaiku sebagai istri.

Pertama kali aku melihat Mas Nando aku memiliki keyakinan dia akan menjadi suami yang baik, semoga pemikiran itu tidak salah. 

Aku mencoba menerima takdir ini dengan lapang dada dan keikhlasan, mungkin ini memang yang terbaik untukku. Sabar dan ikhlas akan menjadi penolong di kala kegundahan menyerang.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pena Jingga
gaya ceritanya kayak novel terjemahan ya (semoga paham maksudku). in a good way tapi ya..
goodnovel comment avatar
naushin
bertele-tele
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status