Share

2. Take Me Out, Rasul!

Author: Annisarz
last update Huling Na-update: 2023-07-25 11:06:35

“Kak Rasul! Turunin Zahra sekarang!!” teriak Zahra sembari terus memukul punggung Rasul yang membawanya keluar dari tempat acara itu.

Rasul menurunkan Zahra dengan perlahan lalu mencengkeram pergelangan tangan kanan Zahra dan sedikit membungkuk untuk menatap istrinya yang lebih pendek darinya itu.

“Kak Rasul sengaja ikut acara itu untuk tebar pesona dengan semua wanita cantik di sana, hah?! Baru saja dua jam yang lalu Kak Rasul mengucapkan akad, sudah mau mengucap akad lagi, hm?!” cecar Zahra dengan mata melotot yang nyaris keluar dari tempatnya.

“Lalu kenapa kamu ada di belakang podium, Zahra? Hendak mencari pria yang akan menyebut namamu dalam akad lagi?” sindir Rasul.

“Jangan memutar balikkan fakta, Kak! Zahra ada di sana karena Kak Rasul mengejar Zahra sampai ke sini!” omel Zahra sembari mengalihkan pandangannya dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Rasul yang tampak kuat menguncinya.

Rasul dengan cepat melepas cengkeraman tangannya namun beralih pada pinggang Zahra dan mendorongnya mendekat.

Jantung Zahra berpacu amat cepat saat itu juga, matanya bahkan tak bisa jenak menatap mata indah milik Rasul yang sekarang terus mengamati gerak-geriknya yang mencoba kabur itu.

“Dengarkan saya, Zahra. Saya bahkan merelakan uang lima juta dalam tabungan saya untuk memaksa mereka memperbolehkan saya ikut dan menjadi urutan pertama. Kamu pikir ini petak umpet premium hingga saya harus membayar mahal hanya untuk menjemput istri saya sendiri?” bisik Rasul tepat di hadapan Zahra.

Saat wanita itu merasa tangan Rasul melemah, dengan cepat ia mendorong Rasul lalu hendak berlari. Tetapi sayangnya, salah satu manik gaunnya tersangkut pada jas milik Rasul dan membuat keduanya seolah tengah berdansa di tengah koridor mall itu.

Rasul tersenyum seringai sembari menahan tubuh istrinya yang nyaris jatuh ke belakang itu. Sementara Zahra mulai panik, Rasul perlahan membenahi posisi berdiri sang istri agar kembali seimbang.

“Kalau kamu memaksa kabur lagi, saya akan terus mengumumkan kehilanganmu di seluruh pengeras suara mall ini, Zahra.”

“Zahra malas pergi ke acara! Bosan, Kak! Zahra sudah bilang, setidaknya untuk pernikahan kita, Kak Rasul berhenti dulu memberi materi. Tetap saja Kak Rasul menerima ajakan host dan memberikan materi lalu meninggalkan Zahra di pelaminan sendiri. Apa salah Zahra kabur sekarang?” omel Zahra.

Tangan Rasul perlahan melepaskan manik gaun Zahra yang tersangkut pada kancing jasnya sambil terus diam-diam tersenyum mendengar keluhan yang sang istri katakan. Tak begitu berat sebenarnya keluhan Zahra, tetapi hal itu menjadi masalah serius saat mempelai wanita tak ada lagi di pelaminan usai materi yang diberikan sang suami untuk para tamu undangan.

“Saya sudah selesai, Zahra. Saya akan duduk bersamamu di pelaminan setelah ini. Saya janji.”

“Bohong! Lagi pula Zahra sudah tidak berselera lagi duduk di sana. Kalau dipikir-pikir mall ini jauh lebih asyik daripada hanya duduk dan melihat tamu undangan melintas dan makan enak. Zahra juga lapar, tapi makan di sana tak bisa sepuas biasanya. Harus jaga make up, harus pura-pura elegan, huh melelahkan!”

“Baiklah, bagaimana dengan ice cream?” tawar Rasul seketika membuat Zahra kembali tersenyum dan mengangguk setuju setelahnya.

“Kenapa kamu sangat mudah dibujuk dengan ice cream, Zahra? Saya takut kamu akan hilang saat seorang penjahat memberimu ice cream sebagai pancingan mereka!” kekeh Rasul sembari menggandeng tangan istrinya dan mulai berjalan meninggalkan kawasan live ‘Take Me Out, Sir!’ itu.

“Kalau begitu, Kak Rasul harus selalu ada di dekat Zahra supaya bisa menangkis para penjahat yang akan menculik Zahra!” Wanita itu kini melingkarkan tangannya ke tangan Rasul dan mulai menyandarkan kepalanya pada lengan pemuda itu.

Bukannya kembali ke acara pernikahan mereka, kini keduanya malah ada di salah satu ruko ice cream yang ada di mall dan asik memakannya sembari bersenda gurau satu sama lain.

“Kak Rasul tidak memberi kabar pada keluarga? Bagaimana jika mereka mencari nanti?” tanya Zahra sembari memasukkan satu sendok kecil ice cream gelato ke dalam bibir mungilnya.

Rasul membuka ponselnya dan melirik jam yang ada di layar sebelum menunjukkan sebuah pesan yang ia kirimkan kepada sang ibu alias mertua Zahra.

[Ibu, Rasul sudah menemukan Zahra. Tetapi ada masalah dengan sesuatu di sini, mungkin kami akan kembali saat acaranya telah usai. Ibu tidak perlu khawatir, kami berdua aman. Tolong sampaikan permintaan maaf Rasul dan Zahra kepada seluruh keluarga ya, Bu!]

Senyum melebar di bibir Zahra lalu melirik ke arah sang suami.

“Kita kembali saja, deh! Lagi pula ceramah Kak Rasul sudah selesai juga! Ada satu makanan yang ingin Zahra coba di sana dan belum merasakan sedikit pun! Sebelum menu itu habis, kita harus mengambilnya!” pekik Zahra.

“Saya bingung denganmu, Zahra. Apakah kamu selalu selabil ini? Tadi kamu bilang tidak mau kembali, sekarang memaksa kembali. Bagaimana jika kamu membagi otak dan hatimu agar saya tidak seperti orang bingung yang memahami semua keinginanmu?”

Zahra tampak memutar bola matanya lalu melepas tangannya yang melingkari tangan Rasul. Napas panjang ia tarik lalu dihempaskan dengan sedikit kasar.

“Siapa suruh Kak Rasul langsung menikahi Zahra hanya dengan dua kali pertemuan! Pertemuan keluarga pula, mana bisa kita saling mengenal secepat itu? Lagi pula memang Kak Rasul percaya bahwa Zahra sangat mencintai Kak Rasul?”

“Tentu! Ibu bilang, putrinya tampak terus tersenyum dan bergaya di depan cermin dengan gaun pengantinnya semalam sebelum pernikahan kita. Bukankah kamu sangat antusias dengan pernikahan kita, Zahra?” sahut Rasul lagi-lagi membuat Zahra seolah kalah telak.

“Aishh, ibu selalu saja membocorkan sesuatu yang tidak semestinya diketahui orang lain!” cibir Zahra.

Rasul menggeser tubuhnya dan kini menghadap ke arah Zahra yang menusuk-nusuk gelas ice cream-nya dengan emosi yang cukup parah.

“Tapi ada satu hal yang saya tidak tahu. Kenapa kamu mesti memanggil saya dengan sebutan 'Kak'? Ya, jika sebelum pernikahan mungkin oke, tapi sekarang saya bukan orang lain bagimu, Zahra. Saya suamimu. Tidak bisakah memanggil saya dengan sebutan yang lain?” tutur Rasul.

“Baiklah, misalnya?” sahut Zahra kini memangku dagunya mencoba menatap mata Rasul dengan intens.

Sayang, Honey, Cinta, Suamiku, Hidupku, atau Belahan Jiwaku!”

“Ih! No! Zahra tidak mau memanggil dengan semua sebutan itu! Sangat lembek!” olok Zahra seolah tanpa dosa.

“Lembek apanya? Bagus kok! Kalau kamu tidak mau memilih, biar saya yang pilihkan! Bagaimana dengan—”

“Kak Rasul!” sela Zahra cepat. “Yap! Setuju!!” pekiknya lagi lalu menjabat tangan sang suami seolah tengah membuat sebuah kesepakatan penting.

“Hei! Mana bisa seperti ini!” pekik Rasul.

“Bisa! Buktinya, kita sudah menyetujuinya barusan!” kekeh Zahra. “Ayo kembali ke acara pelaminan kita, Kak Rasul!” kekeh Zahra lalu bangkit dari posisi duduknya.

“Kenapa terburu? Apa mantan kekasihmu itu sudah mengabari kedatangannya, hm?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   20. Hadiah Suami Baik

    Rasul mengerutkan dahinya, ia berusaha mencerna apa yang Zahra katakan. Jelas saja ia bingung, baru pagi tadi ia menggunakan kompornya dan semua baik-baik saja. Namun sekarang? “Rusak bagaimana? Pagi tadi saya pakai masih bisa kok,” sahut Rasul. “Zahra juga nggak tahu, Kak! Coba deh kak Rasul cek! Masalahnya apinya nggak mau keluar! Zahra udah coba sepuluh kali! Kalau kak Rasul nggak percaya coba aja!” ujar Zahra. Rasul bangkit dari sofa lalu berjalan ke arah dapur diikuti Zahra di belakangnya. Pemuda itu kini mengamati sebentar kompornya, semua tampak normal bahkan gas pun terpasang dengan baik. Pemuda itu tampak sedikit menunduk demi mendapatkan posisi yang nyaman untuk menyalakan kompor itu. Dipegang tuas kecil untuk menyalakan benda itu. Tak ada tarikan gas, semuanya terasa anyep begitu saja. Pundak Rasul langsung mengendur lalu menoleh dan menatap Zahra dengan tatapan datar. “Zahra Sayang, kamu memang suka bikin saya kaget?” ujar Rasul. “Iya ‘kan? Nggak bisa ‘kan! Zahra ba

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   19. Raja Ratu Gombal

    “Diajarin kak Rasul, sih!” sahut Zahra sembari membuka lemari es. “Ngaku aja kalau sudah dari sananya kamu jago menggombal. Bilang saja awalnya masih malu-malu, padahal sebenernya udah kebelet ngegombal dari hari akad. Iya ‘kan?” terang Rasul sembari bersandar pada dinding di dekat kulkas. “Mm, benar juga!” kekeh Zahra disambung kekehan Rasul. Zahra kini beralih ke meja bar dapur dan mulai mengupas bawang serta memotong beberapa sayuran yang ia ambil dari lemari pendingin tadi. “Mau buat apa? Perlu saya bantu apa?” tanya Rasul sembari menyangga dagu di meja bar itu memandang Zahra juga sayuran di sana. “Enggak usah, deh! Kali ini spesial buat kak Rasul. Tadi pagi ‘kan kak Rasul sudah buatkan sup, sekarang ganti deh Zahra yang buatkan untuk kak Rasul! Nasi goreng! Hehe,” kekeh Zahra. Rasul tampak mengangguk setuju. Pemuda itu lanjut mengambil gelas dari rak dan menuangkan air minum dari dispenser. “Minum dulu, salah tingkah bikin gagal fokus soalnya!” pekik Rasul. Zahra mengerut

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   18. Berbagi

    Zahra duduk di depan meja rias sembari mengarahkan pengering rambut itu ke rambutnya sendiri, sesekali mulutnya bersenandung riang sementara tangannya menyapu rambut hitamnya perlahan.Dari belakang, tampak pintu toilet perlahan terbuka. Zahra seketika melebarkan matanya. Ditariknya pengering rambut itu ke dekapannya dengan kedua tangan mencengkeram erat. Bibirnya menyatu satu sama lain sembari menelan salivanya. Senandungnya berhenti seketika.Rasul keluar dari toilet sembari mengusap-usap rambutnya dengan handuk berwarna biru tua. Pemuda itu sebentar berhenti di depan pintu toilet dan mengeringkan kakinya pada anyaman plastik karet bertulis ‘welcome’ itu.Rasul mendongak, tepatnya menatap kaca cermin. Mata Zahra langsung beralih dan berusaha kembali natural dengan mengeringkan rambutnya sendiri.Pemuda itu berjalan santai ke dekat Zahra. Di tariknya sebuah kursi untuk dirinya bersanding di sebelah Zahra. Semerbak aroma wangi mengisi ruang hidung Zahra. Entah apa yang berbeda, tetapi

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   17. Sebaik-baik Cinta ialah Menikah

    Rasul tampak menyesal, pemuda itu bangkit dari posisi berbaring namun masih duduk di atas ranjang dan memandang wajah istrinya itu serius. “Maafkan saya, Zahra. Saya benar-benar tidak berniat menggampangkan kamu. Saya juga sangat ingin tetap berada di swalayan tadi, tapi ya begitulah seperti yang saya katakan,” ujar Rasul. “Ya! Zahra memang masih marah karena itu! Tapi yang bikin kesal lagi, karena itu, Zahra lupa mengambil roti! Sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa membuat Nugget roti tanpa ada roti? Zahra sudah malas juga keluar rumah lagi. Capek harus bolak-balik memasang sarung tangan lengan juga kaos kaki!” omel Zahra. “Ya sudah, kalu begitu Zahra maunya apa? Atau mau saya yang belikan sendiri di warung sebelah?” tanya Rasul melembutkan suaranya. “Nggak usah! Kita pesan makanan online saja! Zahra juga mau lanjutkan menonton dramanya! Kak Rasul selesaikan saja pekerjaan kakak!” sergah Zahra. Rasul meringis lalu menoleh ke laptop Zahra yang ia pindah ke atas nakas tadi. Ia m

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   16. Drama Moody

    Zahra hanya tersenyum paksa pada keduanya lalu kembali masuk ke dalam dengan baki kosong yang ia pegang di tangannya. Wanita itu menghela napasnya panjang di dapur seolah baru saja menemui seorang pejabat tinggi hingga napas saja harus ia atur sedemikian rupa. Baru saja mengembalikan moodnya yang hilang entah ke mana, Zahra akhirnya memutuskan untuk membuat menu yang memang ia rencanakan tadi di swalayan. Namun ia teringat akan sesuatu. Dengan cepat ia mengecek kembali barang belanjaannya dan menyadari ada sesuatu yang kurang. Wajah Zahra langsung berubah muram. Mulutnya moncong, sementara matanya menatap ketus meja makan yang penuh dengan bahan belanjaannya itu. “Bagaimana bisa buat nugget roti kalau rotinya saja tidak ada!” pekik Zahra. Malas memikirkan menu apa yang bisa menggantikan menu sasarannya, terlebih emosinya yang masih naik turun karena dipaksa pulang membuatnya memilih untuk masuk ke kamar dan membuka laptopnya yang ia bawa dari rumah kedua orang tuanya. “Daripada

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   15. Menolak Pulang

    Mata Zahra melotot, ia langsung menoleh tajam ke arah rasul yang saat itu juga langsung menoleh ke arahnya. Zahra terang-terangan menunjukkan tatapan tajamnya sembari mengangkat dagunya. Sementara itu Rasul malah mengerutkan dahi sembari menggeleng. “Saya sedang di luar rumah bersama Zahra, Alimah. Apakah ada sesuatu yang sangat penting?” tanya Rasul lagi. “Zahra enggak mau pulang sekarang!!” Mulut wanita itu dengan lebar terbuka menuturkan apa yang ingin ia katakan dengan tanpa suara berharap sang suami memahaminya. “Ehm–” gumam Rasul sembari terus mendengarkan perkataan Alimah dari seberang dan sedikit mengabaikan Zahra yang terus menggeleng tidak mau pulang. “Baiklah, kalau begitu saya akan pulang setelah ini.” Keputusan Rasul barusan tentu saja mengundang amarah bagi Zahra. Wanita itu seketika melotot dan tak bergerak. Pandangannya seolah menatap Rasul kesal sementara tangannya telah terlepas dari genggaman sang suami. “Iya, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!” pekik

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status