Author POV.
Hanif terburu-buru berjalan menuju mobilnya dan langsung berangkat menuju rumah kakek di desa setelah mendapatkan kabar bahwa Nenek Kemala terkena serangan jantung. Keluarga Sarah rencananya akan pergi menyusul ke sana setelah papanya pulang dari kantor.
"Hallo Assalamualaikum dek, kamu udah jalan tugas?" Hanif menelepon Sarah dalam kondisi sedang menyetir mobil. Terlihat sedikit kepanikan dalam raut wajah Hanif karena mendengar kabar yang baru saja dia terima.
"......"
"Nenek masuk rumah sakit kena serangan jantung, barusan mas di telepon kakek."
"......."
"Mas belum tau tapi ini udah di jalan pulang. Masih setengah perjalanan lagi. Nanti mama papamu nyusul setelah papa pulang kerja."
"......"
"Iya, kamu hati-hati ya dek. Nanti kalau udah sampai rumah sakit, mas telepon kamu lagi. Assalamualaikum."
Sarah POV Drrtt...drrtt..drrtt. Ku rasakan getaran dari handphone yang berada di dalam tas tanganku. Aku segera mengambil handphone ku dan ku lihat nama Mas Hanif yang tertera di layar handphone ku. "..........." "Walaikumsallam, udah mas ini lagi di dalam mobil. Kenapa gitu?" "......" "Innalilahi, terus sekarang kondisinya gimana, mas?" "....." "Oh oke mas, kabarin Sarah langsung ya kalau ada apa-apa." "....." "Walaikumsallam." Tiba-tiba aku menjadi ragu untuk melanjutkan perjalanan ke kota tempat aku bertugas. Ingin rasanya aku putar arah menuju desa tempat tinggal kakek dan nenek. Walaupun aku dan Nenek Kemala mempunyai hubungan yang tidak terlalu dekat, tapi bagaimana pun juga beliau adalah nenek kandungku, jadi aku pun turut cema
Author POV"Aaahhhhhhhhhh!" Terdengar teriakan histeris dari mulut Nenek Kemala. Secara kebetulan juga Hanif dan Kakek Dedi masuk ke dalam ruang perawatan dengan terburu-buru setelah mendengar teriakan dari Nenek Kemala barusan."Nek, kenapa nek?" Tanya Hanif sambil memeluk sang nenek yang terlihat sangat ketakutan. Hanif juga mengusap air mata yang terus keluar dari kedua mata neneknya."A-a-da setan ta-tadi di sana," kata Nenek Kemala ketakutan sambil menunjuk ke arah posisi hantu wanita itu berada.Kakek Dedi dan Hanif terdiam saling memandang seolah-olah saling bertanya ada apa dengan Nenek Kemala?"Tidak ada siapa-siapa di sini, Mala." Kata Kakek Dedi mencoba menenangkan Nenek Kemala."Ada tadi di situ, mas. Mukanya serem banget, aku takut, tadi keluar dari kamar mandi."Mendengar itu, Hanif melepaskan pelukan ke neneknya dan langsun
"Sih, mata kamu bengkak banget. Kamu habis nangis ya semalam?" Tanya Dedi masih sambil memperhatikan Asih.Degggg…Jantung Asih tiba-tiba berdetak cepat mendengar pertanyaan mendadak dari Dedi.Mas Dedi ga boleh sampai tau masalah semalam di sini.."Bengkak? Ah mungkin kurang tidur aja semalem, mas," jawab Asih memberi alasan."Loh kenapa tidurnya malam? Ada yang di pikirin?" Tanya Dedi kembali."Gak ada apa-apa, mas. Percaya deh. Oh ya, Mas Dedi tumben pagi-pagi udah ke sini, ada apa?""Oh iya Mas lupa. Mas mau ngabarin kalau mulai hari ini Mas udah mulai kerja sama Juragan Slamet."Seketika Dedi melupakan rasa penasaran nya terhadap Asih, dan langsung bersemangat memberitahukan bahwa dirinya sudah mempunyai pekerjaan baru yang bisa membuat kehidupan keluarganya menjadi lebih terjamin."Oh
Bi Iroh dan Ujang hanya bisa diam tidak berkutik mendengar bentakan dari Agus. Mereka berdua menyadari bahwa kesalahan berasal dari pihak mereka yang telah berani membicarakan anak perempuan majikannya sendiri.Namun, disaat mereka masih berdiam diri di tempat sambil menundukkan kepala, tiba-tiba saja terdengar suara tertawa cekikikan yang ternyata berasal dari mulut Agus sendiri.Hahahahahaha … hahahaha …Bi Iroh dan Ujang menjadi terheran-heran melihat tingkah laku Agus yang dalam sekejap berubah seperti ini."Gus!" Panggil Bi Iroh khawatir.Hahahaha … ehm … hahahaAgus masih tertawa sambil memegang perutnya.Dengan keberanian yang berhasil di kumpulkan, Ujang berinisiatif untuk menyadarkan Agus dengan cara menepuk dahinya."Bismillahirrahmanirrahim, pergi kau setan!" Teriak Ujang s
Drrtt … drrt …Terdengar suara getaran dari handphone milik Andre tanda dirinya sedang mendapatkan panggilan telepon. Andre sedang melakukan ritual mandinya sehingga tidak menyadari bahwa ada panggilan telepon tersebut."Ah, seger banget habis mandi," kata Andre kepada dirinya sendiri. Dia keluar dari kamar mandi yang terdapat di dalam kamar pribadinya dengan hanya memakai celana training saja. Terlihat jelas pantulan dirinya dari kaca lemari yang berada di samping tempat tidurnya.Tubuh tinggi atletis, dengan perut yang lumayan menampilkan otot-otot nya, di tambah dengan rambutnya yang masih setengah basah, menambah kesan maskulin yang ada di dalam diri Andre.Dia lalu mengambil handphone nya yang ada di atas kasurnya dan melihat ada beberapa panggilan dari kekasih hatinya yang tidak lain adalah Sarah. Lalu, dia juga melihat ada beberapa pesan dari nomor yang tidak di kenalnya.
Sarah POVAku terkejut setelah mengalami kejadian melihat kembali hantu wanita itu di depan mataku. Meskipun hanya beberapa menit saja bahkan mungkin beberapa detik, tetapi hal tersebut cukup membuatku merasa ketakutan.Joseph sudah kembali duduk di sampingku, dengan sabar dia menenangkan diriku, mengusap-usap lembut punggungku demi membuat diriku menjadi lebih tenang.Seorang pramugari kereta kembali datang ke kursi kami membawakan sebotol air mineral yang diminta Joseph sebelumnya. Setelah memastikan keadaanku kembali, pramugari itu berlalu dari hadapan kami dan melanjutkan lagi tugasnya.Beberapa mata penumpang masih menatap kami dan ada juga beberapa yang mulai membicarakan tingkah laku kami berdua, lebih tepatnya tingkah laku ku yang tiba-tiba saja menangis di dalam pelukan seorang pria."Kamu kenapa tadi, Darl?" Tanya Joseph kepadaku.Aku masih terdiam
Tring… tring…Terdengar bunyi pesan masuk dari handphone yang sedang Hanif pegang. Dia segera membuka pesan tersebut dan ternyata itu berasal dari Bagas, teman yang disebutnya sebagai titisan indigo.Bagas: Weiiii, diem-diem aja gak ada kabar, bro!Hanif tersenyum membaca pesan itu, dan dia pun membalas.Hanif: Weiiii, bro! Di rumah aja ini, masih belum tenang ninggalin nenek gue.Ddrttt… ddrttt… ddrttt…Getaran handphone milik Hanif menandakan bahwa ada seseorang yang sedang menghubunginya saat ini. Hanif segera mengambil handphone dan menatap layar nya sekilas, terlihat nama "Bagas" sebagai penanda manusia yang sedang melakukan panggilan dengan nya."Hallo, Gas?" Sapa Hanif begitu menangkat teleponnya.Assalamualaikum, Nif. Gimana masih di kampung?"Masih ini,
“Saya ceritain tapi jangan bilang siapa-siapa dulu ya, Mbok.”Hanif kemudian menceritakan kejadian yang baru saja dia alami tadi ke Si Mbok. Mbok yang mendengar ceritanya pun bergidik ngeri, antara percaya tidak percaya dengan pengalaman mistis yang di alami oleh Hanif.“Hii, beneran itu mas? Mbok jadi merinding ini dengernya,” kata Si Mbok sambil mengelus-ngelus lengan tangannya sendiri.“Beneran, Mbok. Yang bikin Hanif tambah merinding ya, setan lainnya tiba-tiba dateng tapi wujudnya persis Mbok, nyuruh saya pergi dari gudang terus katanya biar dia aja yang nutupin pintu gudangnya. Terus akhirnya saya masuk ke dapur sini ambil minum, lah kok tiba-tiba Mbok dateng lagi dari arah depan rumah dan bilang kalau saya di cariin sama mama di depan. Syok lah saya lihatnya.”“Duh, Mbok kok jadi takut gini ya. Kok itu setan milih menyerupai Mbok sih bukannya yang lain aja yang lebih mudaan sedikit?”“Lah