“Ouh, Tuan Yu, begini saja.. ouuh, emm, hentakan pinggangmu sangat nikmat sekali.. ouuh Tuan..” Saena mengusap lembut punggung basah penuh keringat milik Yu Silan. Wanita itu sesekali menatap organ intim mereka berdua yang masih bertautan. Yu Silan sengaja memperlambat gesekannya karena Saena sedang melihat sisi bawah tubuh mereka berdua. Pria itu juga menarik mundur tubuhnya untuk menunjukkan pada Saena, gesekan organ intimnya yang selalu berubah ritme pada liang basah penuh lendir milik Saena ternyata membuat gadis itu tertarik untuk melihatnya.
“Kamu menyukainya..”“Tuaaan Yu, ouuh, gesekanmu ouuh, nikmat sekali.. ouuh Tuan..” Saena kembali meletakkan kepalanya di atas bantal seraya menikmati desakan pada organ intim miliknya.“Kamu ingin aku memuaskanmu berapa kali? Katakan padaku.. ah, ouh, ah, ah.” Yu Silan menghentakkan pinggulnya dengan gerakan super cepat, sampai Saena menggelinjang hebat akibat ulahnya.“Ak, akkkh, akh, ouhwhh, akk, Tuan, ahh, akhh!”“J“Ouh, Tuan Yu, begini saja.. ouuh, emm, hentakan pinggangmu sangat nikmat sekali.. ouuh Tuan..” Saena mengusap lembut punggung basah penuh keringat milik Yu Silan. Wanita itu sesekali menatap organ intim mereka berdua yang masih bertautan. Yu Silan sengaja memperlambat gesekannya karena Saena sedang melihat sisi bawah tubuh mereka berdua. Pria itu juga menarik mundur tubuhnya untuk menunjukkan pada Saena, gesekan organ intimnya yang selalu berubah ritme pada liang basah penuh lendir milik Saena ternyata membuat gadis itu tertarik untuk melihatnya.“Kamu menyukainya..”“Tuaaan Yu, ouuh, gesekanmu ouuh, nikmat sekali.. ouuh Tuan..” Saena kembali meletakkan kepalanya di atas bantal seraya menikmati desakan pada organ intim miliknya.“Kamu ingin aku memuaskanmu berapa kali? Katakan padaku.. ah, ouh, ah, ah.” Yu Silan menghentakkan pinggulnya dengan gerakan super cepat, sampai Saena menggelinjang hebat akibat ulahnya.“Ak, akkkh, akh, ouhwhh, akk, Tuan, ahh, akhh!”“J
Di dalam kamar Yu Silan, Saena berjalan mondar-mandir sementara Nuan sibuk membereskan kamar itu kembali bersama dengan tiga pelayan. Jika sampai kamar masih belum beres saat Yu Silan kembali maka bisa-bisa mereka akan dipecat oleh majikannya itu.Saena belum mengenal sosok Yu Silan. Perilaku sedikit lembut yang ditunjukkan oleh Yu Silan padanya, itu hanya bisa dilihat oleh Saena seorang. Mendengar suara langkah kaki menuju ke sana, pelayan di dalam kamar segera berbaris dengan kepala menunduk juga punggung membungkuk. Tidak seorangpun yang berani mengangkat wajahnya saat berhadapan dengan Yu Silan di dalam kediamannya itu kecuali Saena Abraham. Sebelumnya Saena sudah menyuruh mereka pergi karena dia ingin menunjukkan kamar porak-poranda itu pada Yu Silan. Tapi para pelayan itu tetap berkeras untuk membereskan semua kekacauan yang dia lakukan.“Kalian pergi saja! Semua ini adalah urusanku! Sudah kalian pergi sana!” Usir Saena pada para pelayan beberapa jam yang lalu.“Ma
Saena segera berlari menuju ke dalam kamar Yu Silan. Saena ingin mengganti bajunya dengan baju yang dia pakai sebelumnya.“Nuan! Kamu urus Nona Abraham! Aku akan mengurus pria ini!”“Baik Tuan..” Nuan segera menyusul Saena ke dalam kamar Yu Silan. Dia melihat Saena sedang sibuk mencari sesuatu di sana-sini.“Nana..?” Panggi Nuan padanya, gadis itu merasa sedih melihat Saena begitu panik.“Nuan!” Serunya seraya berlari menghambur ke dalam pelukan asisten Yu Silan. “Nuaan, bantu aku pergi dari sini.. tolong bantu aku..” Ucapnya dengan wajah memelas.Nuan menyentuh kedua bahu Saena, wanita itu menggelengkan kepalanya. “Maafkan aku, Nana. Aku datang ke sini hanya untuk menjagamu. Tuan Presdir tidak mengijinkanmu keluar dari dalam rumah ini. Bersabarlah dan tunggu besok, pasti Tuan Presdir akan..”“Tidak! Yu Silan tidak akan pernah bermurah hati padaku! Pria itu sangat kejam dan tidak manusiawi! Aku sangat membencinya! Aku benci diaa!” Teriaknya sambil mengamuk da
“Tuan Yu.. awh, emmh.” Saena merintih menikmati sentuhan jemari Yu Silan pada sisi bawah tubuhnya. Yu Silan menarik kedua sisi pinggang Saena untuk menekan tonggak miliknya yang sudah mengeras. Pria itu menghentakkan pinggangnya seraya meremas-remas bukit kembar pada dada Saena.“Ouwhhh, Saena.. ouhh, akh.” Yu Silan sangat menikmati gesekan yang dia lakukan pada liang sempit dan berdenyut-denyut milik Saena.“Tuan Yu, ahh, ahh, ahh.” Saena meremas tepian bathub.Yu Silan menyusuri tengkuk dan punggung Saena menggunakan bibir dan lidahnya untuk membuat Saena semakin menikmati permainan yang dia lakukan. Sapuan lidah hangat Yu Silan membuat Saena menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang. Yu Silan semakin bersemangat untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan intim dalam bathub malam itu.“Tubuhmu seksi sekali sayang.. ouuh, ahh, ah.” Racau Yu Silan seraya terus menghentakkan pinggangnya dengan gerakan super cepat sampai Saena memekik nikmat lantaran tiba pada k
“Em, sebenarnya aku memang sangat lelah.” Saena tetap memutuskan kalau dia harus pulang ke rumah. Pinggangnya terasa hampir patah lantaran aktivitas panas yang mereka lakukan pagi ini. Melihat Yu Silan yang selalu mudah tersulut amarah, Saena merasa cemas jika terlalu lama tinggal di sisi Yu Silan maka pria itu akan mengubah keputusan akibat marah padanya.“Kamu sengaja beralasan agar tidak tinggal di sisiku sepanjang waktu?”“Tuan Yu .... sebenarnya, aku ....” Saena menggigit bibir bawahnya, gadis itu menatap ke arah tali tasnya yang kini masih berada di dalam genggaman tangan Yu Silan. Gadis itu berusaha menarik tali tasnya tapi genggaman tangan Yu Silan begitu kuat. “Tuan..” Saena mencoba beringsut mendekat lalu menyentuh jemari tangan pria itu pada tali tasnya. Sekeras apapun Saena berusaha melepaskannya, tetap saja tali tas itu tidak bisa terlepas dari genggaman Yu Silan.“Xue Zhang!” Panggil Yu Silan pada asisten pribadinya.“Iya Presdir?” Xue Zhang masuk
Setelah permainan panas barusan berakhir, Yu Silan segera menarik diri dari atas tubuh Saena. Pria itu merapikan bajunya kembali seperti semula lalu menuju ke arah meja kerjanya.Saena juga segera merapikan baju yang dia kenakan lalu berjalan dengan kaki gemetar menuju ke arah meja kerja Yu Silan.“Tuan Yu, kamu bilang aku harus kembali magang di perusahaan Ailen. Jadi apakah Tuan sudah memutuskan apa yang harus aku kerjakan di sini?” Tanya Saena dengan suara pelan. Dia melihat Yu Silan sangat sibuk sekarang.Pria itu hanya menatap ke arah Saena sejenak kemudian mencermati kembali berkasnya.“Kamu duduk saja di sofa.” Perintahnya pada gadis itu.Saena terpaksa kembali menuju ke sofa, kedua kaki gadis itu terasa sakit sekali. Dan mungkin dia tidak bisa berjalan terlalu jauh. Sampai di sofa, Saena memilih duduk bersandar dengan nyaman. Sampai-sampai dia terkantuk-kantuk kemudian tertidur di sana.Yu Silan sudah selesai menandatangani berkasnya. Pria itu berdiri