“Ya, Tuan Yu boleh pergi, Saena tidak berani menahan Tuan Yu.” Ucapnya dengan sangat pelan, gadis itu menyentuh jemari Yu Silan yang masih mengelus helaian rambutnya.
Yu Silan menyentuh pipi Saena kemudian mendekatkan wajahnya di depan wajah gadis itu, “aku tahu kamu selalu ingin tinggal di sisiku. Aku tahu kamu selalu memikirkanku..”“Aku jatuh cinta padamu, Tuan Yu..” Saena membuka sedikit bibirnya, menunggu Yu Silan melabuhkan bibirnya di sana.“Aku sudah menghangatkan tubuhmu sepanjang malam, juga pagi ini, gairahmu tidak pernah padam, sejak kapan gadis yang lugu sepertimu menjadi sangat panas?” Tanya pria itu seraya mengukir senyum nakal, diusapnya kembali paha Saena, berikutnya tangan Yu Silan menyelinap ke dalam gaun Saena, naik perlahan sampai ke pangkal pahanya.“Ouuuuh, Tuan Yu..” Saena langsung mengerang saat jemari Yu Silan kembali mengusap organ intimnya dalam balutan kain tipis ketat tersebut.“Kamu menyukainya, lihat wajahmu yang memerah ini, begit“Masuk dan katakan padanya untuk membuatku kembali bekerja di sini! Aku muak di perusahaan cabang! Kamu tahu dia mengirimku ke mana?!” Saena hanya menggelengkan kepala sambil memijit pergelangan tangan kanannya. “Yu Silan mengirim ku ke perusahaan yang ada di tengah hutan! Apa dia ingin mempekerjakanku untuk menghitung binatang dan pohon di sana!? Hanya ada lima orang di perusahaan itu!” Keluh pria itu dengan wajah gusar. “Ayo masuk ke dalam!” Antonio mendorong paksa Saena hingga gadis itu masuk ke dalam. Saena bingung sekali, dia tidak mungkin mengatakan tentang Antonio lagi, Yu Silan mengira kalau dirinya sedang berselingkuh jika terus membela pria itu di depan Yu Silan. Yu Silan mengangkat wajahnya dari atas berkas begitu melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan kerjanya. Pria itu meletakkan bolpoin di atas meja lalu menopang dagunya menggunakan kedua punggung telapak tangannya. “Ah.. b
Chan Fan memberikan beberapa berkas untuk dipelajari oleh Saena. Pria itu membimbing Saena dengan sangat telaten. “Coba kamu periksa yang ini.” Chan Fan berdiri dari kursinya lalu membungkuk di sebelah Saena sambil menunjukkan berkas yang harus dipelajari oleh gadis tersebut. “Baik Presdir Fan.” Saena merasa nyaman magang di BCC, Chan Fan memperlakukannya dengan sangat baik. Selain itu semua hal yang harus Saena kerjakan sudah diberikan petunjuk oleh Chan Fan. Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah waktunya untuk makan siang. “Nona Abraham, kamu bisa keluar untuk menikmati makan siang di kantin. Perusahaan kami menyediakan menu baru hari ini.” Ujarnya sambil mengukir senyum manis pada bibirnya. Chan Fan berdiri di sebelah meja kerja Saena untuk membantu Saena merapikan lembaran berkas di atas meja. “Presdir Fan, biar aku saja yang merapikannya.” Serunya pada Chan Fan sera
Tidak ada tanggapan dari Yu Silan, pria itu hanya mengukir senyum pada bibir tipisnya setelah Saena selesai menjelaskan tentang saudara tirinya itu. Disentuhnya pipi gadis itu seraya membalas tatapan sayu dari kedua mata Saena Abraham. Dalam hati Yu Silan muncul banyak pertanyaan dan dia sendiri tidak tahu apa jawaban dari pertanyaan yang dia simpan tersebut. “Benarkah gadis itu putri dari Abraham? Bagaimana jika dia saudara satu ayah dan beda ibu denganku? Apa yang akan terjadi dengan hubungan kami selanjutnya. Aku terlanjur menyukai tubuh Saena. Gadis ini bagai candu di atas ranjangku yang ingin aku reguk setiap waktu!” Bisik Yu Silan dalam hati. Saena terus menatap wajah Yu Silan sampai pria itu pergi keluar dari dalam kamarnya. Saena menatap punggung Yu Silan sampai pintu kamarnya menutup. “Tuan Yu..” bisik Saena dengan suara pelan. Saena menundukkan wajahnya, dia terus teringat dengan hari-hari yang biasa dia lewati bersama dengan sosok Yu Silan. Semua kebersamaan tentang mere
“Ya, Tuan Yu boleh pergi, Saena tidak berani menahan Tuan Yu.” Ucapnya dengan sangat pelan, gadis itu menyentuh jemari Yu Silan yang masih mengelus helaian rambutnya.Yu Silan menyentuh pipi Saena kemudian mendekatkan wajahnya di depan wajah gadis itu, “aku tahu kamu selalu ingin tinggal di sisiku. Aku tahu kamu selalu memikirkanku..”“Aku jatuh cinta padamu, Tuan Yu..” Saena membuka sedikit bibirnya, menunggu Yu Silan melabuhkan bibirnya di sana.“Aku sudah menghangatkan tubuhmu sepanjang malam, juga pagi ini, gairahmu tidak pernah padam, sejak kapan gadis yang lugu sepertimu menjadi sangat panas?” Tanya pria itu seraya mengukir senyum nakal, diusapnya kembali paha Saena, berikutnya tangan Yu Silan menyelinap ke dalam gaun Saena, naik perlahan sampai ke pangkal pahanya.“Ouuuuh, Tuan Yu..” Saena langsung mengerang saat jemari Yu Silan kembali mengusap organ intimnya dalam balutan kain tipis ketat tersebut.“Kamu menyukainya, lihat wajahmu yang memerah ini, begit
Sekitar pukul tujuh pagi, Yu Silan meminta Xue Zhang untuk mengantarkan mereka berdua ke kediaman Abraham. Yu Silan sepanjang jalan mengusap-usap organ intim Saena yang sudah basah dimainkannya sejak mereka berdua masuk ke dalam mobil, Yu Silan juga melumat bibir Saena dan hanya beberapa saat melepaskannya lalu kembali melumatnya lagi. Pakaian dalam Saena sengaja dilepas dan tergolek di bawah kaki wanita itu.“Ouuh, emmm, ssshh, ahh, Tuan Yu, seharusnya langsung bawa aku ke BCC. Aku takut Papa cemas jika melihat kakiku gemetar.” Ujar Saena manja. Saena sengaja membuka kedua pahanya agak lebar, Yu Silan sangat menyukai nada basah dari organ intim miliknya itu.“Jangan cemas, bahkan aku bisa tinggal di dalam kamarmu sepanjang malam jika aku mau. Tuan Abraham tidak akan berani mengusirku keluar. Apa kamu ingin aku membuktikannya pagi ini? Hem..?” tawar Yu Silan seraya menekan-nekan jarinya keluar masuk dari area basah yang sejak tadi disentuh olehnya itu.“Ouuh Tuan, ouuh,
***Selesai bertukar hasrat, Saena segera bangun dari atas ranjang Yu Silan.“Kamu mau ke mana?” Tanya pria itu pada Saena seraya menahan pergelangan tangannya.Saena membuka bibirnya dia ingin mengatakan sesuatu namun ucapannya tertahan kembali, gadis itu menarik ujung selimut untuk menutupi sisi depan tubuhnya. Hanya sekenanya saja dia menutupi tubuh erotis miliknya tersebut.“Kenapa kamu tidak menjawab?” Yu Silan beringsut mendekat, pria itu menarik selimut dari tubuh Saena sampai tubuh Saena terlihat polos seperti sebelumnya.“Tuan Yu, aku akan pulang ke rumah, semua yang harus aku katakan sudah aku katakan pada Tuan.” Ucapnya dengan wajah menunduk.Yu Silan menyentuh dagunya lalu kembali melumat bibirnya. “Kenapa ingin buru-buru pergi? Hem?” Tanya Yu Silan di sela lumatan bibirnya.Saena menggelengkan kepalanya perlahan, “Akkh, Tuan..” Saena kembali menatap sisi area basah di antara kedua pahanya. Yu Silan kembali menyentuh sisi tersebut untuk membua