Pria baik? Hanzero tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Dia meletakkan dokumen di tangannya lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Ellena kemudian dia berhenti tepat di hadapan wanita itu.
Ellena menjadi gugup, jarak antara mereka kini sangatlah dekat hingga dia bisa menghirup aroma dari tubuh Hanzero dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menawan di matanya. Setelah mereka saling berpandangan wajah Ellena memerah, dia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. “Tuan Hanzero, aku,” “Nona, aku ini seorang pengusaha.” Kata Hanzero sambil memandang Ellena dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. “Dalam perhitungan bisnis karena Nona Ellena yang membutuhkan bantuanku, kira-kira keuntungan apa yang bisa Nona berikan padaku?” Ellena terdiam beberapa detik untuk berpikir, lalu menjawab. “Tuan Hanzero, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Aku juga tidak mempunyai apa-apa, tapi kalau anda ingin aku membayar, aku pasti akan mengusahakan, entah meskipun itu cukup dalam waktu berapa lama untuk aku mengumpulkan uangnya. Sungguh, aku membutuhkan bantuanmu sesegera mungkin.” Hanzero memandang wajah Ellena yang lembut dan cantik. Dia masih benar-benar mengingat wajah ini malam itu. Secara langsung Hanzero sepertinya sangat menyukai wanita ini bahkan dalam sekejap. Dia merasa kalau dia sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis ini. Dia menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar tak karuan. Kemudian dia mengatakan kata demi kata dengan sedikit penekanan. “Tapi aku tidak membutuhkan uang. Menurutmu, kalau aku menginginkan seorang istri, apa kamu bersedia memenuhinya?” “Apa?” pekik Ellena sambil mendongak kaget. Hanzero tampak tenang dan berkata santai. “Tidak ada yang gratis di dunia ini. Nona Ellena, aku bisa memenuhi permintaanmu untuk mengoperasi adikmu, tapi kamu harus menikah denganku terlebih dahulu.” Kali ini Ellena yakin jika dia tidak salah mendengar, dia semakin terkejut. Dia tidak pernah mengira jika permintaan Hanzero adalah untuk menikah dengannya. Ini terlalu konyol untuknya. Dia tidak dapat mempercayainya. “Tuan Hanzero, apa kamu serius?” Hanzero mengangkat alisnya dan berkata, “Kamu pikir aku sedang bercanda?” "Tapi kenapa?" Hanzero bukanlah orang yang kekurangan harta ataupun tidak menarik dari segi penampilan. Tidak bisakah dia menemukan seseorang untuk dijadikan istrinya? Dia malah meminta wanita yang baru pertama kali bertemu dengannya untuk menikah dengannya? Atau, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan dari Hanzero ini? Tanpa sadar, Ellena menatap Hanzero. Setelah menebak apa yang ada di pikiran Ellena, Hanzero melihat ke arah gadis itu. Dia mengerutkan kening dan raut wajahnya menjadi suram. Lalu, dia meraih dan menarik tangan Ellena. "Ah!!!" Kepala Ellena menyentuh dada Hanzero yang hangat dan kuat hingga terbenam di dekapan pria itu. Rasanya seperti ada yang mengganjal saat kepalanya menyentuh dada itu. Saat ia ingin memegang sesuatu yang mengganjal itu, hidungnya memerah. Dia belum bereaksi apapun ketika tangannya segera ditarik oleh Hanzero. Terdengar suara rendah Hanzero yang seksi dari atas kepala Ellena. "Nona Ellena, kamu tidak perlu khawatir kalau menikah denganku. Kamu sekarang bisa mempertimbangkan apa aku normal atau tidak." Ellena sampai tersipu malu hingga kini seluruh wajahnya memerah. Dia perlahan melepaskan tangan Hanzero dan mendorong pria itu menjauh. "Tuan Hanzero. Tolong jaga dirimu sendiri!” Ellena tidak menyangka jika pria yang tampak dingin ini bisa keterlaluan seperti ini. Saat Hanzero melihat wajah gadis itu memerah, tatapannya justru semakin mendalam. Wajah Ellena sepertinya sangat mudah memerah, sama seperti tadi malam. Saat Ellena menangis dan memohon belas kasihan padanya, kulitnya yang putih berubah menjadi merah muda. Hanzero berubah menjadi lebih panas saat dia teringat akan apa yang terjadi semalam. Saat mata Ellena bertemu dengan Hanzero, jantungnya berdetak semakin cepat. Dia pun mulai gelisah. Mata Hanzero tampak penuh dengan keinginan dan sifat posesif yang jelas, seolah-olah dia sudah berada di tangan pria itu. Bahkan, dia juga merasa bahwa Hanzero telah mengetahui segalanya, termasuk mengetahui bahwa ia akan datang hari ini. "Tuan Hanzero," Panggil Ellena. la menggigit bibirnya dan terdiam sesaat, lalu menatap Hanzero dan berkata, "Anda bisa meminta apa saja dariku, kecuali untuk menikahi Anda.." Tanpa menunggu Ellena menyelesaikan perkataannya, Hanzero segera memotongnya dengan suara yang dingin. "Kalau kita tidak punya apa-apa untuk dibicarakan lagi. Kamu bisa pergi." Ellena mengepalkan tangannya dan hanya berdiri terdiam. Hanzero juga tidak mengusirnya. Kini keduanya pun sama-sama terdiam. Setelah beberapa saat, Ellena mengambil napas panjang. Suaranya bergetar saat ia berkata, “Apa jika aku menikah denganmu, kamu akan melakukan operasi untuk adikku?" Mata Hanzero menyipit, "Jadi Kamu sudah setuju?" tanyanya, hampir tidak bisa menutupi kegirangannya. Ellena tersenyum pahit dan balik bertanya, "Bukankah itu yang kamu minta? Selama anda bisa menyembuhkannya, aku bersedia menikah denganmu." Melihat Ellena tersenyum pahit dan tak berdaya, Hanzero mengerutkan kening, dan wajahnya terlihat tidak senang. Dia berjalan ke arah Ellena, lalu mengangkat kedua tangannya dan perlahan menekan bahu Ellena yang lemah. Mata hitamnya yang pekat menunjukkan kesungguhan yang dalam saat ia mengucapkan kata demi kata dari sebuah janji yang penuh kepastian. "Menikahlah denganku. Aku berjanji, kamu tidak akan menyesal. Aku akan berusaha memberikan semua cinta yang kamu inginkan. Mulai saat ini kita akan berbagi penderitaan dan kebahagiaan bersama." --- Setelah tiba di biro urusan sipil, Akta nikah mereka diurus dengan sangat cepat. Sementara masih banyak orang yang mengantri di luar. Hanzero sengaja menggunakan layanan khusus hingga tidak sampai setengah jam, akta nikah mereka sudah selesai dicetak. Şetelah mereka keluar dari ruangan. Ellena melihat buku merah kecil di tangannya dengan kebingungan. Semua ini seperti mimpi baginya. Benarkah aku... sudah menikah? Ellena rasanya masih tidak percaya. Dia berharap sampai jutaan kali kalau semua ini hanyalah mimpi. Sampai mereka masuk kedalam mobil, Ellena masih seperti dalam mimpi. Di sampingnya, Hanzero yang sudah berstatus sebagai suaminya pun menoleh dan meliriknya. “Ellena, jangan terlihat seperti menderita begitu. Kamu menikahi seorang pria yang tepat. Suamimu ini akan memberikan semua kehormatannya untukmu. Kamu tidak akan menderita,” kata Hanzero.“Kimmy, maaf ya, agak lama menunggu,” kata Intan, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju mandi. “Oh, tidak kok.” Kimmy menjawab dengan sedikit gugup. Entah kenapa melihat Intan dan tahu jika Intan sedang hamil, dia menjadi gugup. “Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tunggu sebentar ya?” Intan melangkah menghampiri lemari. Sedangkan Kimmy menunggu dengan jantung yang berdebar. Intan pasti akan menunjukkan hasil lab atau USG dari dokter. Memikirkan hal itu Kimmy semakin berdebar. Dia tidak tahu harus bicara apa nantinya. Dia sibuk merangkai kata terlebih dahulu. Dia sedikit tercengang ketika melihat Intan menghampirinya dengan membawa sebuah gaun. “Menurutmu apa gaun ini bagus?” Intan menunjukkan gaun itu ke depan Kimmy. “Selama pacaran, baru malam ini kita akan pergi kencan. Jadi aku sedikit gugup untuk memilih gaun. Aku memintamu datang untuk memberi pendapat tentang gaun ini. Aku tidak ingin membuatmu malu.” Intan adalah gadis yang berkelas, tetapi di
Sekarang tidak ada lagi namanya keresahan ataupun kegelisahan dan kekhawatiran. Baik untuk Hanzero, Ellena, maupun untuk Evelyn sang Nyonya besar Brahmana.Keluarga Brahmana semakin sejahtera dan juga bahagia. Hanya tinggal menunggu sang penerus terlahir dari rahim Ellena.Semua berjalan normal.---Keluarga Lewis sudah menerima karmanya. Meskipun Tiara dan Revan Lewis masih bersama, tetapi kehidupan mereka semakin sulit dan penuh pertengkaran. Sekarang bukan hanya Villa keluarga Lewis yang telah diambil alih oleh Ellena, tetapi perusahaan Lewis pun telah diakuisisi oleh Hanzero.Usut punya usut, perusahaan tersebut dulu pernah mengalami kemunduran yang sangat berat bahkan hampir bangkrut ketika masih ada di tangan Tommy Lewis. Lalu perusahaan itu bisa bangkit kembali karena adanya Clarissa. Meskipun dia adalah seorang anak yatim piatu, tetapi ternyata Clarissa mempunyai aset besar yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Setelah dia menikah dengan Revan, pada akhirnya Clarissa pun memban
Mendengar kata-kata Nyonya besarnya, Roy langsung menghela napas lega. “Nyonya benar-benar orang yang baik. Semoga keluarga Brahmana selalu dalam kesejahteraan. Kalau begitu, saya pergi dulu.”Evelyn mengangguk, mempersilakan Roy untuk pergi.Agak lama Evelyn termenung, lalu ketika dia baru saja hendak berdiri, dia mendengar suara lembut dan manis memanggilnya dari ujung sana.“Ibu.”Dia melihat Ellena sudah berjalan menghampirinya.“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Evelyn.“Kami baru saja pulang, tapi Hanzero langsung pergi ke kantor lagi.”“Kenapa kamu malah kemari? Bukannya pergi ke kamar dan istirahat?”“Tadi aku mencari Ibu. Kata Paman Fatih, Ibu sedang ada di taman belakang. Aku mengkhawatirkan Ibu karena seharian ini kami pergi. Maafkan aku ya, Bu. Pergi dari pagi baru pulang sore hari. Ibu pasti kesepian.”Evelyn tertegun, hatinya berdesir saat Ellena mengambil tangannya dan mencium tangannya dengan keningnya. Dia menatap wajah cantik dan lembut menantunya itu. Terbayang bagaima
Setelah mendengar penjelasan dari Paman Fatih, Evelyn mengepalkan tangannya erat-erat. Kemudian dia langsung berdiri dan segera pergi ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Paman Fatih. Paman Fatih merasa sedikit heran, tetapi karena dia tidak tahu apa-apa, Paman Fatih hanya diam meskipun dia merasa jika sepertinya ada yang salah.Sampai di kamarnya, Evelyn langsung menghubungi seseorang.“Nyonya besar, tumben sekali Anda menelponku?” tanya orang di ujung telepon itu dengan sopan.Setelah menarik napas panjang, Evelyn kemudian berkata, “Aku memerlukan bantuanmu untuk mencari informasi tentang seseorang. Aku membutuhkannya secepatnya.”“Baik, Nyonya besar. Saya akan melakukannya sebaik mungkin dan segera melaporkannya pada Anda.”Begitu Evelyn selesai menelpon, dia langsung mengirim sebuah foto sekaligus nama Ellena pada seseorang tersebut.Evelyn terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan beberapa kali mengusap wajahnya dengan kasar.Dia sudah bisa menebak jika
Diam-diam sekarang Kimmy mulai berterima kasih pada Resta. Jika bukan karena kehadiran Resta yang telah berhasil mendapatkan hati Hanzero, mungkin Intan juga tidak akan pernah melirik kehadirannya.Hari kembali berlalu.Semua berjalan dengan pelan tapi pasti. Biarpun hubungan Kimmy dan Intan yang telah resmi berpacaran tidak seromantis pasangan lainnya. Tetapi Kimmy masih tetap bersyukur, setidaknya hubungannya dengan Intan telah ada kemajuan.Begitu juga dengan hubungan Ellena dan Hanzero. Jika dulu mereka bertemu dan menikah secara kilat tanpa ada perasaan cinta baik antara Hanzero maupun Ellena sendiri, tapi sekarang keduanya sudah saling mengakui jika sama-sama saling menyukai dan mencintai bahkan telah mengucap janji untuk saling menemani dan setia sampai akhir hayat.Operasi Kelvin pun telah berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang positif. Sekarang Kelvin telah tinggal di villa milik Hanzero sedangkan Hanzero dan Ellena sudah tidak diperbolehkan lagi untuk keluar dari rumah b
Membaca balasan Intan yang ini bukan hanya kedua matanya yang terbelalak tetapi jantung Kimmy pun berdebar sangat kuat.Tapi lagi-lagi belum sempat dia menjawab satu pesan kembali masuk.|Kamu tidak perlu buru-buru untuk menjawabnya. Kamu bisa memikirkannya dulu. Aku juga tidak akan memaksamu. Aku tahu selama ini aku banyak menyakiti hatimu, jadi aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu.|Sudah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, bagaimana mungkin Kimmy bisa sesantai itu dan harus berpikir dulu?Pria itu segera mengunci ponselnya dan kembali melemparnya di atas kasur. Dia segera pergi ke kamar mandi dan buru-buru mandi.Dia harus segera menemui Intan dan membicarakan hal ini dengan serius secara langsung.Siang ini Kimmy tidak lagi memikirkan pekerjaan kantor. Dia segera pergi ke rumah Intan untuk menemui Intan. Sampai di sana dia disambut oleh seorang bibi pelayan.Rumah itu terlihat begitu sepi. Orang tua Intan memang sedang berada di luar negeri. Kimmy duduk di ruang tamu menungg