Home / Pendekar / Kesatria Agung Mikenai / Chapter 4: Sekutu Baru

Share

Chapter 4: Sekutu Baru

Author: Riza Hanazawa
last update Last Updated: 2021-09-20 19:45:58

          Gisarios dan Devil tergeletak dalam posisi terlentang, merasakan sakitnya kesekaratan tubuh mereka. Luka terbuka dihembus oleh angin malam yang sedikit kencang menambah perih dirasakan oleh sekujur tubuh. Dalam angan-angan, Gisarios melihat  masa lalu bersama teman-teman sepemikirannya membuat janji untuk membawa perubahan negeri.

           Tujuh belas tahun yang lalu, Gisarios muda adalah seorang murid di lembaga akademi Perseus; sebuah akademi pendekar negeri. Ia menjadi salah satu murid yang terpilih karena keterampilan dan insting bertarung yang tiada tanding. Disamping itu, dia juga seorang pemuja para Titan.

Orang-orang di kampungnya memuja Titan. Dikarenakan, dalam hikayat menyebutkan bahwa masa kejayaan  Titan berlangsung pada zaman emas, zaman ketika manusia dan para makhluk yang hidup di dunia sangat makmur sejahtera.

           Gisarios bersama teman-temannya Homeros, Andromos, Manase, Sanbula dan Vistaros bertekad untuk membawa perubahan dalam menyebarkan pemujaan Titan suatu hari nanti. Namun, perjuangan mereka di akademi Perseus hanya berkisar tiada sampai setahun.

           Pada suatu hari Gisarios melukai para senior yang mengintimidasi kawan-kawan seperjuangannya, ada yang nyaris sekarat. Gisarios dikeluarkan dari akademi tersebut. Ia tidak ingin pulang ke kampung halaman karena sudah pasti orang tuanya tak menerima Gisarios yang putus akademik.

Gisarios memutuskan untuk berkelana tak tentu arah, bertahan dengan kemampuan fisiknya. Bahkan sampai ke luar negeri hingga menginjak tanah tak bertuan.

            Lama tak terlihat keberadaannya, Gisarios menerima surat kabar yang isinya kerajaan Athena menyerang negara Vennisios. Awalnya dia tak menggubrisnya.

Akan tetapi, desas-desus mengatakan kalau kampung halamannya yang menjadi medan pertempuran, pedalaman negeri sebelah utara negara Vennisios, kampung Lapitos. Segera dia langkahkan kakinya pulang dengan secepat mungkin. Memijaki berbagai daratan dan lembah serta mendaki pegunungan, menyeberangi lautan.

            Sesampainya di kampung halaman, segalanya telah hancur. Hanya mayat bergelimpangan dari tetangga-tetangga yang dia kenal, beserta mayat orang tuanya yang tergeletak penuh luka mengerikan. Gisarios terpukul melihat kejadian tersebut.

Kampung halamannya saat ini menjadi pangkalan kerajaan Athena yang memuja dewa-dewi Olympus. Gisarios bertekad untuk menyerang para pasukan kerajaan Athena di saat langit gelap gulita.

            Di malam yang dijanjikan, Gisarios haus akan darah para pasukan kerajaan Athena. Naasnya, dia tak bisa membantai semuanya dan malah dia dibuat babak belur oleh para pasukan yang mempunyai kemampuan thelisi untuk bertarung dan ketahanan fisik yang begitu unggul.

Dalam keadaan sekarat, pertolongan pun datang. Beberapa orang menyelamatkan hidupnya. Mereka tak lain adalah teman-teman sepemikirannya yang sudah lama tak ditemuinya. Dengan ini, mereka membawa Gisarios kabur dari sarang kematian.

            Gisarios mendapatkan informasi dari teman-temannya, bagaimana kerajaan Athena bisa merenggut kampung halamannya. Dikarenakan, para pasukan negeri enggan bertempur demi mempertahankan tanah kampung halamannya.

Sehingga yang hadir dalam pertempuran hanya segelintir pasukan yang benar-benar ingin mengabdikan diri kepada negara Vennisios termasuk teman-temannya. Sayangnya banyak korban berjatuhan di medan pertempuran hingga panglima perang menarik kembali seluruh pasukan sebelum banyak korban yang terbunuh sia-sia.

            Teman-teman Gisarios memilih untuk lepas dari barisan prajurit karena mereka menganggap para pasukan negeri begitu pengecut dalam pertempuran kali ini. Mereka juga ingat kalau kampung yang diserang adalah kampung halaman Gisarios dan berharap dapat bertemu dengannya kembali.

                                 ***

            Tubuh Gisarios terlentang lemah, matanya yang terbelalak menatap dalamnya kegelapan langit malam, kedua telinganya mendengar derap kaki silih berganti memenuhi balai kota. Sembari lemah terkulai, mulutnya berusaha mengucap satu hal yang teramat sangat disesalinya karena tak bisa selangkah ia wujudkan.

   “Aku tak peduli dengan kerajaan Athena maupun Vennisios. Aku hanya menginginkan dunia kembali kepada zaman emas, siapapun pemimpinnya. Mustahil hal itu dilakukan oleh pemimpin lain selain Titan Kronos.”

                             ***

            Boy Knight dan Vichnight membawa Devil ke tempat yang aman. Mereka bermukim di balik bebatuan di sebuah bukit untuk beristirahat sebentar.

   “Maaf, kami tidak bisa membawa serta teman-temanmu. Para aparat negara Vennisios mengepung balaikota dengan cepat,” sesal Boy Knight. Devil masih tak bisa melakukan apapun. Tenaganya terkuras habis demi melawan Gisarios. Devil mencoba duduk setelah kekuatannya sedikit pulih.

   “Aparat negara sangat menjengkelkan, aku sungguh mengutuk mereka,” umpat Devil. Boy Knight dan Vichnight hanya diam mendengarnya. ”Sebenarnya aku adalah buronan negara.” Saxomenes menyatakan pengakuan.

“Benarkah?” tanggap Boy Knight dan Vichnight hampir bersamaan, ”berarti kehidupanmu tak jauh berbeda dengan kami,” lanjut Boy Knight. Devil mengangguk dan menceritakan masa lalunya.

            Devil adalah seorang anak bangsawan yang terusir hanya karena membela seorang anak dari rakyat jelata bahkan sampai melukai teman-teman sesama bangsawannya. Ayahnya pun diusir dari kompleks istana negeri dan hidup sebagai seorang petani.

   Suatu hari, negeri Vennisios membutuhkan prajurit tangguh demi menghalau pasukan gelombang dari kerajaan Athena yang semakin besar. Ayahnya yang memiliki rasa nasionalis tinggi tak sanggup membayangkan kekalahan negeri Vennisios, sehingga ia memutuskan untuk ikut dalam peperangan.

            Beberapa minggu kemudian datang seorang pelayan kerajaan untuk mengabarkan gugurnya ayah Devil di medan pertempuran. Mendengar hal itu Devil menumpahkan segala kesedihan pada kemarahannya.

   Dalam sekejap tubuhnya mengeluarkan energi petir yang dahsyat dan tanpa sengaja membunuh para pelayan kerajaan. Sejak saat itu ia hidup dalam keterasingan. Bertemu dengan orang-orang nomaden, yakni teman-teman seperjuangannya yang meninggal di balai kota malam ini.

            Boy Knight dan Vichnight saling memandang kemudian mengangguk pertanda mereka memiliki pemikiran yang sama menanggapi cerita yang baru saja mereka dengar.

   “Ikutlah berpetualang bersama kami,” ucap Boy Knight. Mengulurkan tangannya. Devil menatap tajam Boy Knight. Mata Devil begitu menyiratkan harapan untuk langkah hidupnya yang saat ini tak terarah.

   “Aku tak mau bekerja sama dengan orang misterius,” kata Devil. Boy Knight memahami kata-katanya. Segera ia melepas topengnya beserta Vichnight mengikutinya. Entah kenapa meski wajah Boy Knight terlihat seperti manusia pada umumnya, Devil merasa Boy Knight memiliki aura yang begitu kuat untuk meluluhkan keegoisannya. Devil kagum padanya yang bersungguh-sungguh menunjukkan identitas aslinya.

   “Baiklah, aku ikut dengan kalian. Pertama-tama aku ingin mengatakan kalau namaku adalah Saxomenes, Devil adalah nama pemberian teman-temanku,” akui Devil.

            Boy Knight dan Vichnight pun juga menyebutkan nama asli mereka. Sebagai jaminan bahwa mereka saling mempercayai satu sama lain. Dengan ini, mereka bertiga melakukan pengembaraan bersama-sama.

                                                                  ***

            Seorang anak kecil yang tak lain adalah Mairos, terseyum menatap langit malam yang kembali terang. Ia mengingat saat-saat terakhir bersama pemuda yang menolongnya tadi pagi.

            “Aku ingin menoton drama panggung di balai kota malam ini, tapi aku tak punya uang. Maukah kalian memberiku uang agar bisa menontonnya,” pinta Mairos.

            “Dengan senang hati, akan lebih baik jika kita melihatnya bersama-sama,” kata sang pemuda. Pemuda yang satunya juga meyetujuinya.

            Ketika mereka menonton bersama, di saat terjadi kekacauan kedua pemuda berlari meninggalkan tempat tersebut dan mencari tempat aman. Kedua pemuda itu memakai topeng untuk menutupi identitasnya.

Sayangnya, aksi mereka berdua diketahui oleh Mairos yang mengikuti tanpa sepengetahuan mereka. Keheningan terjadi sesaat, mereka saling menatap satu sama lain. Kedua mata Mairos mulai berkaca-kaca.

            “Uwaaa ... aku tak menyangka kalian adalah kesatria misterius Boy Knight yang legendaris itu. Ini adalah hal yang membahagiakan ....” pemuda tersebut alias Boy Knight menahan mulut Mairos agar tidak melanjutkan ucapannya.

            “Dengar, Nak! Kami akan membayar berapapun asalkan kau mau merahasiakan identitas kami berdua,” suruh Boy Knight. Kemudian melepaskannya, Boy Knight menunjukkan jari kelingkingnya. “Ingat, janji sesama laki-laki. Aku percaya padamu,” kata Boy Knight. Mairos mengangguk, ia juga menunjukkan jari kelingkingnya lalu ia lingkarkan pada jari kelingking Boy Knight.

            “Aku terima. Asalkan kau juga berjanji bahwa kita akan bertemu kembali,” ucap Mairos, Boy Knight mengangguk. Boy Knight dan Vichnight pun maju untuk menghadapi para pengacau acara drama panggung malam ini. Mairos melihat langkah mereka semakin menjauh.

            “Aku juga akan menjadi seorang kesatria,” gumamnya sendiri.

            Beberapa orang warga mendekati Mairos, dan tanpa segaja menghetikan lamunan berharga anak itu.

            “Mairos, maaf kami sudah salah menilaimu. Kami kurang memperhatikanmu sehingga kamu sering mencuri untuk memenuhi kehidupan dan mendapat perhatian. Terima kasih atas bantuanmu malam ini, kau sungguh berjasa,” ucap salah seorang penduduk kota. Di saat kekacauan, Mairos dengan gagah berani berusaha mengevakuasi para penduduk desa untuk menuju tempat aman.

Tak jarang juga ia menerima efek dari jurus para petarung yang lepas kendali demi melidungi para warga. Ia pun sempat pingsan setelah menerima efek serangan tersebut. Mungkinkah ia mempuyai kemampuan thelisi seperti para petarung, karena tak mungkin dengan tubuh kecil itu ia mampu berdiri setelah menerima efek serangan yang mengerikan.

             Selama ini Mairos adalah anak nakal yang suka mengganggu ketertiban orang. Hal ini terjadi sejak kedua orang tuanya menerima panggilan untuk berperang dan bertahun-tahun tak kunjung pulang, besar kemungkinan kedua orang tuanya meninggal dalam peperangan.

Ia hidup sendirian dan sering dijauhi teman-teman atas perintah orang tua mereka yang membenci Mairos. Namun, dengan adanya kejadian malam ini akan merubah pandangan para penduduk kota terhadap sosok Mairos.

   “Terima kasih atas hari ini, Boy Knight dan Vichnight,” ucap Mairos dalam hati.

                                                                ***

            Setelah seharian melakukan perjalanan, ketiga pendekar rantau memutuskan untuk menghabiskan malam di sebuah tanah lapang dibalik bukit dekat sungai Criptos mengingat kalau Saxomenes belum sembuh total setelah melakukan pertarungan maut dengan Gisarios. Angin sepoi-sepoi berhembus, menyejukkan tubuh mereka. Boy Knight berusaha membuat api unggun untuk menghangatkan suasana.

Oh ... malam, kusambut kau dengan menyebut nama Dewi Niks

Meminta perlindungan-Nya dari segala hal buruk dari balik kegelapan yang menyeramkan

Atas karuniamu sang Dewi malam, kirimkan cahaya bulan untuk menyenangkan hati kami melalui gelap malam

Memberikan harapan di tengah ancaman gelap gulita malam.

            Boy Knight memuji kidung yang baru saja ia dengar muncul dari gerakan kedua bibir Vichnight. Vichnight sedikit menyangkalnya, ”Sungguh berlebihan kaupanggil aku pendeta, aku bukan orang yang benar-benar suci dan bijaksana.”

    “Etikamu melebihi pendeta pada umumnya, Vichnight. Kebijaksanaanmu tak bisa diragukan, meskipun kau hidup sebagai perampok,” jelas Boy Knight.

            Saxomenes semakin tak memahami hidup kedua orang yang kini menjadi partnernya. Bayangannya begitu berbeda dengan kehidupan dia sebelumnya, sebagai buronan. Gelar perampok yang disandangkan kepada Boy Knight dan Vichnight sama sekali tidak benar. tingkah laku mereka bahkan dinilai lebih baik daripada orang-orang yang ia temui sebelumnya.

Bersambung

Akhirnya kini Boy Knight mendapatkan rekan baru untuk melanjutkan petualangannya. Bagaimanakah perjalanan selanjutnya? Stay reading!

Semoga hari-hari kalian menyenangkan!

Salam manis: Hanazawa-kun

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 43: Dilema seorang Prajurit

    Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 42: Kemunculan sang Legenda

    Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 41: Jebakan Singa Nemean

    Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 40: Hukuman Itamos

    Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 39: Itamos dan Para Pemberontak

    Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 38: Tuan yang Sebenarnya

    Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 37: Berjuang Sampai Akhir

    Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan.Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkatJangan terburu-buruNapas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 36: Vichnight VS Kooria

    Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya. "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak. "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak, "Pagomenos!

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 35: Pertempuran di Kampung Para Raksasa

    Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status