Home / Pendekar / Kesatria Agung Mikenai / Chapter 5: Air Penyembuh

Share

Chapter 5: Air Penyembuh

Author: Riza Hanazawa
last update Last Updated: 2021-09-22 00:43:36

Malam tenang di bawah sinar rembulan yang begitu terang, dengan alunan serangga malam menghiasi suasana sunyi nan hening. Vichnight mengambil air kemudian merapalkan do’a,

Wahai Dewa sungai, hamba mengadap kepadamu

Belas kasihanilah hamba, berikanlah manfaat dari air sungai ini atas izin Raja samudera Poseidon

Sampaikan karunia-Mu kepada para Nymph Dryad penghuni sungai Criptos.

Bersihkanlah penghapusan pada setiap kecacatan, dosa dan luka 

Dengan kelembutan kasih sayang Para Dewa

 Ia mendekati Saxomenes. Menyentuh tubuhnya yang terkena luka.

   “Ini akan menimbulkan sedikit rasa sakit tahanlah!” kata Vichnight kepadanya, Saxomenes mengangguk.

   ”Terapheftiko nero!(air penyembuh)” seru Vichnight. Saxomenes menggerakkan tubuh dan menahan rasa sakit akibat efek dari sentuhan air yang ada pada tangan Vichnight merambat, mengaliri seluruh tubuh guna menyembuhkan luka yang dia derita. Nafasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang baru saja dialaminya.

    Saxomenes mengatur nafas, memejamkan mata sejenak. Dia gerakkan dengan pelan setiap tubuhnya, luka yang dia derita sembuh total.

   “Terima kasih, Vichnight,” ungkap Saxomenes menyampaikan rasa terima kasih. Dia alihkan pandangan ke arah Boy Knight yang sibuk sendiri, menghitung sesuatu semacam logam mulia. Tidak salah lagi itu adalah alat tukar yang disebut sebagai uang di zaman kuno.

   “Ngomong-ngomong, kalian berdua ini siapa?” tanya Saxomenes masih penasaran. Boy knight mendengarkan pertanyaannya, spontan dia balikkan kepalanya.

   “Seorang perampok,” jawabnya. Saxomenes memasang raut muka heran seolah tak mempercayai ucapannya. “Lihat ini, harta ini aku dapatkan saat di balai kota tadi. Aku merampok penduduk lokal yang sedang menonton pertunjukan drama panggung.”

    Melihat hal itu Saxomenes sedikit mempercayai ucapan Boy Knight. Tapi masih banyak yang ingin dia ketahui dari kedua rekannya lebih dari sekedar perampok saja. Jawaban itu tidak membuatnya puas, keingintahuannya bahkan semakin haus dilanda rasa penasaran.

    Ketika Saxomenes serius menghadapi Gisarios di balai kota. Boy Knight mendekati kerumunan penduduk lokal yang sedang berlindung. Tanpa basa basi, ia hunuskan pedangnya.

   "Serahkan harta kalian, ini perampokan!” ancam Boy Knight. Beberapa orang tanpa berfikir panjang langsung memberikan seluruh harta yang mereka bawa sampai memenuhi kantong yang dibawa Boy Knight.”Hei, kalian kebanyakan!” peringatnya.

    Alexis mendekatinya dan memberikan sekantong koin emas yang begitu banyak dan menggiurkan. “Ini seluruh hartaku terimalah, Boy Knight!” Boy Knight menerimanya.

   “Kau begitu kaya, ya.” Boy Knight mengambil sebagian hartanya.”Bagikan ini kepada orang-orang lainnya!” suruhnya. Alexis pun menyetujuinya.

   “Terima kasih, Pahlawan!” ucap beberapa rakyat.

   “Aku bukan pahlawan, aku perampok,” teriaknya, ”dengar ya! Jika ada pasukan kerajaan merazia tempat ini. Katakan kepada mereka kalau kalian sedang dirampok. Lakukan seolah kalian menderita!” Kata-kata tersebut mendapatkan respon baik dan para penduduk siap untuk melakukannya.

   Kengerian datang memecah kesunyian. Boy Knight dan lainnya berdiri, mengambil posisi untuk bersiaga. Para rombongan militer mengepung mereka dengan baju zirah berkuda lengkap dengan senjata yang terhunus. Boy Knight angkat tangan, begitu juga dengan Vichnight. Saxomenes yang awalnya tidak tahu tingkah laku mereka berdua pada akhirnya megikuti juga.

    Salah seorang turun dari kuda dengan menggenggam palu ditangan kanannya, mengarahkannya kepada Boy Knight. Alih-alih memberikan intimidasi dan ancaman kepada Boy Knight. Dibalik topeng, Boy Knight seolah tak merasa ketakunan sama sekali terlihat dari kedua bola matanya yang menatap lurus pria di hadapannya.

“Serahkan dirimu, atau hancurlah!” gertaknya. Pria itu tak lain adalah panglima negeri Vennisios batalyon area selatan yang sedang merazia balai kota kemarin namanya adalah Himokletos.”Aku tak akan segan untuk menghancurkan tubuhmu dengan paluku ini, Perampok!” Himokletos melihat ke arah Saxomenes, ia tahu kalau Saxomenes adalah buronan kerajaan juga.

Himokletos terkekeh.”Keberuntungan ada di pihakku, sang Dewa sedang berbelas kasih. Aku akan membawa para komplotan perampok buronan mahal secara langsung tanpa susah payah mencari ke seluruh penjuru negeri.” Ucapannya membuat Saxomenes naik pitam.

    Boy Knight menghela nafas. Kedua mulutnya mengajukan sepatah dua patah kata, “Kalau begitu, lawan kami!” Himokletos mendecih. Segera dia mengayunkan palunya. Boy Knight memutar pinggang kirinya tempat salah satu pedangnya disarungkan untuk menahan hantaman palu Himokletos. Hantaman cukup kuat sampai tubuh Boy Knight melayang bagai kapas dan mendarat dengan tubuh menyeret rumput ilalang.

   Tubuhnya terlentang lemas, Himokletos maju dan memberikan serangan tabahan. Boy Knight mengarahkan kedua pedangnya untuk bertahan. Satu hantaman membuat tanah retak, Himokletos tak puas dan melakukannya sebanyak tiga kali. Boy Knight tak kuasa menahannya hingga matanya berkunang-kunang, menutup secara perlahan-lahan.

   “Boy Knight!” panggil Saxomenes. Ia berlari ke arah Boy Knight, sayangnya dihalau oleh salah satu pasukan yang menghalaninya. Saxomenes bersiap dengan pedang yang menyala dengan airan listrik. Menyabetnya dengan sekali  serangan, sambaran petir menggelegar menyertainya.

   “Astrapi!(Petir)” Sambaran petir menggelegar. Musuhnya jatuh tak sadarkan diri seketika.

   “Kau terburu-buru, Saxomenes!” seru Boy Knight yang berdiri di hadapannya.

   Himokletos yang melihatnya begitu terkejut, segera dia membalikkan tubuhnya dan dilihatnya tanah retak yang hampa. Saxomenes memukul Boy Knight untuk melepaskan rasa jengkelnya.

   “Dasar bodoh! Kau membuatku khawatir,” kata Saxomenes.

   “Maaf soal itu, Devil!” ucapnya singkat, Boy Knight menggerakkan kepalanya, terdengar suara rentekan sendi yang begitu keras.”Tulangku patah dibuatnya.”

    Vichnight mendatangi mereka berdua. Menancapkan tongkatnya dengan kuat sampai berdiri tegak bagai pasak. Vichnight berkata,”Pantas saja mereka semua kesakitan, tak kusangka benda ini bisa melukai orang.” Dilihatnya banyak jasad manusia berzirah jatuh bergelimpangan, di tempat Vichnight berpijak sebelumnya.

Ternyata ia mengalahkan semua pasukan dalam sekejap tanpa disadari seorang pun. Saxomenes berfikir kalau kedua temannya bukan orang sembarangan.

   "Bukan senjatanya tapi kau yang melukai mereka, Pendeta,” kesal Boy Knight.

    Himokletos marah besar. Dia mengeluarkan teriakan bagaikan monster, Boy Knight bersiaga menghadapinya. Mengisyaratkan teman-temannya untuk mundur dengan tangan kanan. Kedua temannya pun menyetujuinya. Boy Knight maju dan menghunuskan kedua pedangnya.

Himokletos mengayunkan palunya. Kedua senjata mereka berbenturan. Menimbulkan udara yang begitu kencang. Setelah itu keduanya mundur. Himokletos bersianga mengumpulkan tenaga yang begitu kuat.

   “Thymomenos Kiklops!(Amarah Cyclop)” teriak Himokletos. Himokletos melompat, menghujamkan palunya tepat dari atas Boy Knight. Suara hantaman yang begitu mengerikan, menciptakan debu tebal menutup segala pandangan.

   “Ohok!” suara batuk Boy Knight memuntahkan darah. Boy Knight berusaha berdiri. Terlihat pedang di tangan kanannya mengeluarkan udara yang berputar-putar mengelilinginya.

   “Sial, kuat sekali. Bahkan jurus perisai angin bisa ditembusnya,” kesal Boy Knight. Himoklitos bersiap menciptakan serangan lanjut. Tapi Boy Knight menghunuskan pedang di tangan kirinya dengan nyala api yang sangat membara. Kedua petarung itu tak ada yang merasakan ketakutan.

   “Sekali kau menghadapi hantaman palu ini, tulangmu akan hancur,” ancam Himokletos.

   “Menarik sekali, sebelum itu aku juga ingin memperingatkan. Berhati-hatilah karena kau akan terbakar dan menerima luka sayatan yang mengerikan,” gertak Boy Knight yang tak mau kalah.

    Keduanya maju melancarkan serangan, kedua senjata itu berbenturan, lalu melepasnya. Kemudian mereka melancarkan serangan lagi dan lagi. Serangan mereka sama-sama dahsyatnya. Hingga pada akhirnya, Boy Knight mengayunkan pedang apinya, melukai tubuh Himokletos sementara palu Himokletos menghantam pundak kanan Boy Knight.

Sesaat mereka berdua berhenti, Himokletos duduk bertekuk lutut. Ternyata serangan Boy Knight lebih cepat dan merambat ke lengan kiri Himokletos. Membuat otot pada tangan Himokletos yang menggenggam palunya kesakitan dan terbakar sehingga serangan yang menghantam pundak kanan Boy Knight melemah. Tapi sebaliknya, Boy Knight melepaskan serangannya dengan sekuat tenaga.

    Nafas Himokletos tak beraturan. Boy Knight yang berada di hadapannya bagaikan harimau yang siap memangsa seekor rusa tak berdaya. Segera Boy Knight mengangkat tangan kanannya dan memberikan sabetan terakhir. Himokletos jatuh tersungkus bersimbah darah.

“Akhirnya selesai juga,” ucap Boy Knight lega. Pedang di tangan kanannya terjatuh. Sementara tangannya lemah tak berkuasa.”Aku butuh tukang medis!”

   Vichnight mendekatinya. Memegang lengan kanan Boy Knight lalu menggerakkannya, suara retakan begitu keras. Boy Knight mengerang kesakitan. Setelah itu ia gerakkan tangan kanannya, dan merasa lebih baik. Ia ambil pedang miliknya yang terjatuh seusai petempuran lalu menyarungkannya.

   “Kita dapat kendaraan baru.” Boy Knight menunjuk ke suatu arah. Kedua rekannya mengalihkan pandangan dan dilihatnya beberapa kuda dari para pasukan kerajaan. Boy Knight mendekati Himokletos. Memberi peringatan,

   “Kami adalah perampok. Jadi jangan merengek kalau kami mengambil harta kalian!”

   Himokletos mengumpat, “Perampok laknat! Tunggu sampai para pendekar kerajaan memenggal kepala kalian, aku yakin hidup kalian tidak lama lagi. Karena tiga akademi pendekar negeri melahirkan para pendekar baru yang tak terkalahkan.”

   “Menarik. Kutunggu para pendekar yang lebih kuat lagi untuk memburuku. Aku selalu siap untuk menyambut mereka,” ucap Boy Knight dengan santai dan tersenyum lebar dibalik topengnya.

    Mereka bertiga menjarah beberapa bekal dan harta para pasukan kerajaan. Membawa dua kuda kerajaan. Satu untuk Saxomenes yang satunya untuk Vichnight dan Boy Knight menumpang dibelakangnya, karena tangannya masih terasa patah. Perjalanan mereka berlanjut menuju ke negara Bornuza.

Bersambung

Ternyata kekuatan para kesatria kerajaan sungguh mengerikan, semangat mereka untuk memburu Boy Knight begitu menggebu-gebu. Akankah Boy Knight bisa tertangkap suatu saat nanti? Mampukah ia bertahan melawan gempuran pasukan kerajaan yang datang silih berganti? Stay reading!

Semoga hari-hari kalian menyenangkan!

Salam manis: Hanazawa-kun

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 43: Dilema seorang Prajurit

    Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 42: Kemunculan sang Legenda

    Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 41: Jebakan Singa Nemean

    Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 40: Hukuman Itamos

    Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 39: Itamos dan Para Pemberontak

    Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 38: Tuan yang Sebenarnya

    Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status