Home / Fantasi / Kesatria Garuda / TAKDIR YANG TERPILIH

Share

Kesatria Garuda
Kesatria Garuda
Author: Khomairoh

TAKDIR YANG TERPILIH

Author: Khomairoh
last update Last Updated: 2025-02-07 12:31:22

Hujan gerimis membasahi tanah di tengah hutan lebat yang gelap. Malam itu, udara terasa dingin, dan suara binatang malam bersahut-sahutan, menciptakan suasana mistis yang mencekam. Ardian menarik napas panjang, menyeka keringat yang bercampur dengan tetesan hujan di dahinya.

Di depannya, berdiri sebuah candi kuno yang tertutup lumut dan akar pohon raksasa. Batu-batu besar yang sudah lapuk memperlihatkan usianya yang mungkin sudah mencapai ratusan tahun. Candi itu tersembunyi di balik lebatnya hutan, jauh dari jangkauan manusia.

Ardian mendekati gerbang utama candi, meraba pahatan relief di dinding. Gambar seekor burung raksasa dengan sayap membentang menghiasi pintu batu yang terkunci rapat. Di bawahnya, terdapat tulisan dalam aksara kuno yang sulit ia mengerti.

"Burung ini… Garuda?" gumam Ardian.

Jantungnya berdebar. Ia ingat cerita kakeknya tentang para kesatria di zaman dahulu yang memiliki kekuatan Garuda, penjaga keseimbangan dunia. Namun, itu hanyalah legenda yang diceritakan turun-temurun, bukan?

Ardian merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah medali emas yang ia temukan di rumah kakeknya. Di tengah medali itu terdapat ukiran Garuda yang mirip dengan relief di candi ini. Ia merasa ada sesuatu yang menghubungkan medali ini dengan candi tersebut.

Ia mendekat, mencoba menekan bagian relief Garuda di pintu candi. Seketika, tanah bergetar. Batu-batu besar mulai bergeser, menyingkapkan celah gelap menuju bagian dalam candi. Ardian melangkah masuk dengan hati-hati.

### Lorong Menuju Takdir

Di dalam candi, udara terasa pengap. Cahaya bulan yang masuk melalui celah batu-batu besar memberi sedikit penerangan. Ardian menghidupkan senter dari ponselnya, menyinari lorong sempit yang penuh dengan ukiran dan patung batu.

Langkahnya bergema di dalam ruangan yang kosong. Ia melihat beberapa prasasti yang mulai ditutupi debu. Saat ia mendekati salah satunya, sebuah suara tiba-tiba terdengar.

"Siapa yang berani memasuki tempat suci ini?"

Ardian tersentak, matanya berkeliling mencari sumber suara. Namun, ia tidak melihat siapa pun.

"Halo? Ada orang di sana?" tanyanya, namun hanya gema suaranya sendiri yang menjawab.

Ia menggelengkan kepala, mencoba tetap fokus. Ia tahu bahwa candi ini memiliki sesuatu yang penting, sesuatu yang membuatnya merasa seolah-olah tempat ini memanggilnya.

Ia terus berjalan hingga tiba di sebuah ruangan besar dengan sebuah altar di tengahnya. Di atas altar itu, terdapat sebuah tombak emas berkilauan yang tertancap di sebuah batu hitam. Cahaya dari tombak itu menerangi ruangan, seolah-olah mengundang Ardian untuk mendekat.

Jantungnya kembali berdetak kencang.

"Ambil tombak itu… takdirmu telah tiba…"

Suara misterius itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan menggema.

Ardian menelan ludah. Tangannya gemetar saat ia melangkah ke depan, mendekati altar. Perlahan, ia meraih gagang tombak itu dan mencoba menariknya dari batu.

Namun, begitu tangannya menyentuh tombak tersebut, kilatan cahaya menyambar tubuhnya. Ardian menjerit saat rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya, seolah-olah ribuan kilat menghantam dirinya dalam sekejap.

Ia tersungkur ke lantai, merasakan tubuhnya terbakar dari dalam. Napasnya tersengal-sengal, dan tiba-tiba, kepalanya dipenuhi dengan penglihatan aneh—

### Penglihatan dari Masa Lalu

Dalam penglihatannya, Ardian melihat seorang pria berpakaian perang, berdiri gagah di atas gunung. Di belakangnya, ribuan prajurit berbaris, siap menghadapi pasukan kegelapan yang datang dari langit.

"Lindungi dunia ini dengan nyawamu!" suara pria itu menggema.

Tiba-tiba, Ardian melihat pria itu mengangkat tombak yang sama dengan yang ia sentuh tadi. Begitu tombak itu berpendar, seekor Garuda raksasa muncul dari langit, mengepakkan sayapnya yang bersinar keemasan.

Suara gemuruh terdengar saat pertempuran pecah. Ardian melihat makhluk-makhluk bayangan menyerang prajurit-prajurit itu, mengubah mereka menjadi abu dalam sekejap. Namun, sang pria dengan tombak Garuda berlari menerjang musuh, menghunuskan senjatanya dan memancarkan gelombang cahaya yang menghancurkan kegelapan.

Ardian tersentak.

Seketika, penglihatannya berubah. Ia kini melihat sang kesatria berdiri sendirian, tubuhnya penuh luka. Di sekelilingnya, para pasukannya telah gugur.

"Dengar baik-baik, wahai penerusku…" kata kesatria itu.

Ardian terkejut. Apakah pria ini berbicara kepadanya?

"Aku adalah Kesatria Garuda terakhir… Kegelapan akan kembali… Dan hanya penerus Garuda yang bisa menghentikannya…"

Tiba-tiba, kesatria itu mengangkat tombaknya ke langit, dan tubuhnya berubah menjadi cahaya, menghilang bersama angin.

Penglihatan itu menghilang. Ardian terengah-engah, kembali sadar di dalam candi. Tangannya masih memegang tombak yang kini bergetar, memancarkan cahaya keemasan.

### Kebangkitan Kesatria Garuda

Tubuh Ardian masih terasa panas, tetapi kali ini bukan rasa sakit—melainkan kekuatan. Ia merasa ada sesuatu yang mengalir dalam darahnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Saat ia berdiri, ia melihat pantulan dirinya di permukaan batu yang mengkilap. Matanya kini berwarna emas, dan di punggungnya, samar-samar terlihat pola sayap Garuda yang berpendar.

Ia menatap tombak di tangannya. Entah bagaimana, ia tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, suara gemuruh terdengar dari luar candi. Ardian berbalik, dan matanya membelalak—

Gerbang candi kini dipenuhi bayangan-bayangan hitam, dengan mata merah menyala. Mereka bukan manusia…

Mereka adalah pasukan kegelapan.

Ardian menggenggam tombaknya erat.

Takdirnya sebagai Kesatria Garuda baru saja dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Garuda   Akhir yang Baru

    Matahari terbit dengan indahnya, menyinari desa kecil yang terletak di kaki gunung. Desa itu, yang dulunya sunyi dan sepi, kini dipenuhi dengan tawa dan kebahagiaan. Di tengah desa, Ardian dan Sita duduk di beranda rumah mereka, menikmati secangkir teh hangat. Wajah mereka yang keriput dipenuhi dengan senyum bahagia, mata mereka berkilauan dengan kedamaian.Mereka telah melewati banyak hal dalam hidup mereka, pertempuran dahsyat, kehilangan yang menyakitkan, dan kemenangan yang gemilang. Mereka telah menyelamatkan dunia dari kegelapan, membangun kembali peradaban, dan mewariskan warisan Garuda kepada generasi baru. Sekarang, mereka menikmati masa pensiun mereka, hidup dalam damai dan harmoni."Dunia ini indah, bukan?" ucap Sita, menatap pemandangan desa yang hijau.Ardian mengangguk setuju. "Ya, ini adalah dunia yang layak untuk diperjuangkan," jawabnya. "Kita telah melakukan bagian kita, sekarang saatnya bagi generasi baru untuk melanjutkan perjuangan."Mereka melihat anak-anak desa

  • Kesatria Garuda   Warisan Garuda

    Waktu terus berlalu, dan dunia yang hancur perlahan-lahan pulih. Kota-kota yang dulunya reruntuhan kini berdiri megah, hutan-hutan yang gundul kembali menghijau, dan sungai-sungai yang tercemar kembali jernih. Era baru telah tiba, era di mana manusia dan Kesatria Garuda hidup berdampingan dalam harmoni.Ardian dan Sita, pahlawan-pahlawan yang telah menyelamatkan dunia dari kegelapan, kini telah memasuki usia senja. Kekuatan mereka, yang telah terkuras habis dalam pertempuran dahsyat melawan Raja Bayangkara Terakhir, tidak lagi seperti dulu. Namun, semangat mereka, kebijaksanaan mereka, dan cinta mereka untuk dunia ini tetap menyala terang.Mereka menyadari bahwa sudah saatnya bagi mereka untuk menyerahkan kepemimpinan kepada generasi baru Kesatria Garuda. Generasi yang telah mereka latih, generasi yang telah mereka inspirasi, generasi yang siap untuk melanjutkan perjuangan mereka.Ardian dan Sita mengumpulkan para Kesatria Garuda muda di puncak gunung, tempat di mana mereka pertama ka

  • Kesatria Garuda   Munculnya Era Baru

    Dengan berakhirnya pertempuran dahsyat melawan Raja Bayangkara Terakhir, dunia memasuki era baru. Langit yang tadinya kelam kini kembali cerah, tanah yang tandus mulai ditumbuhi tanaman hijau, dan harapan kembali bersemi di hati setiap insan. Ardian dan Sita, bersama para Kesatria Garuda yang tersisa, memimpin proses pemulihan dan pembangunan kembali, bukan hanya dari kerusakan fisik, tetapi juga dari luka batin yang mendalam.Langkah pertama yang mereka ambil adalah mengumpulkan para penyintas, memberikan mereka tempat berlindung, makanan, dan perawatan medis. Mereka mendirikan tenda-tenda darurat, mengubah reruntuhan bangunan menjadi tempat tinggal sementara, dan membuka dapur umum untuk memastikan tidak ada yang kelaparan. Sita, dengan kekuatan penyembuhannya, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, menyembuhkan luka-luka dan memberikan dukungan moral.Ardian, dengan karisma dan kebijaksanaannya, mengoordinasi upaya pemulihan. Ia membentuk tim-tim kerja yang terdiri dari para

  • Kesatria Garuda   Kehancuran Pasukan Kegelapan

    Ledakan cahaya langit yang dahsyat telah merobek tirai kegelapan yang menyelimuti dunia. Pasukan Bayangkara, yang sebelumnya tampak tak terkalahkan, hancur lebur dalam sekejap. Energi kegelapan yang mengalir dalam diri mereka menguap, meninggalkan hanya debu dan ketiadaan. Gerbang Neraka, yang menjadi sumber kekuatan mereka, tertutup rapat, disegel oleh kekuatan cahaya yang tak tertandingi. Ancaman dari dimensi lain, yang telah lama menghantui dunia, akhirnya berakhir.Kemenangan telah diraih, namun dengan harga yang sangat mahal. Para Kesatria Garuda, pahlawan-pahlawan yang gagah berani, telah memberikan segalanya untuk melindungi dunia. Banyak dari mereka yang gugur dalam pertempuran, mengorbankan diri mereka untuk memastikan keselamatan umat manusia. Luka-luka menganga menghiasi tubuh mereka yang tersisa, saksi bisu dari pertempuran sengit yang telah mereka lalui.Dunia yang mereka selamatkan tidak luput dari kerusakan. Tanah yang subur berubah menjadi gurun tandus, kota-kota megah

  • Kesatria Garuda   #4

    Ardian mulai mengadakan pertemuan dengan para pemimpin desa dan kota, berbagi pengetahuan tentang sejarah dan ajaran para Kesatria Garuda. Ia menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama, mengajak mereka untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. Ia juga mendorong mereka untuk mengembangkan potensi diri, untuk menjadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari, untuk berani membela kebenaran dan melawan ketidakadilan.Perlahan tapi pasti, benih-benih kebaikan mulai tumbuh di hati penduduk bumi. Mereka mulai saling membantu, saling menghormati, dan saling mencintai. Mereka membangun kembali rumah-rumah mereka, bukan hanya dengan batu dan kayu, tetapi juga dengan cinta dan persahabatan. Mereka menanam kembali tanaman-tanaman mereka, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk menghijaukan kembali bumi yang terluka.Anak-anak mulai bermain bersama, tertawa riang, tanpa rasa takut dan curiga. Mereka belajar tentang keberanian dari kisah para Kesatria Garuda, tentang k

  • Kesatria Garuda   #3

    Hari-hari berlalu, dan dunia perlahan-lahan pulih dari kehancuran. Para penduduk bumi, yang selamat dari serangan pasukan Bayangkara, mulai keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka bekerja sama, bahu membahu, membersihkan puing-puing, membangun kembali rumah-rumah, dan menanam kembali tanaman-tanaman yang telah mati.Para Kesatria Garuda yang tersisa, dengan luka dan kesedihan yang masih membekas, turut membantu proses pembangunan kembali. Mereka menggunakan kekuatan mereka untuk menyembuhkan luka-luka, membangun benteng pertahanan, dan melindungi penduduk bumi dari ancaman yang mungkin masih ada.Sita, dengan hati yang masih berduka, bekerja tanpa lelah membantu para penduduk bumi. Ia ingin menghormati pengorbanan rekan-rekannya dengan cara memberikan yang terbaik bagi dunia ini. Ia menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka, untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur, dan untuk menanam kembali tanaman-tanaman yang mati.Setiap malam, Sita mengunj

  • Kesatria Garuda   #2

    Ardian, dengan wajah yang menunjukkan kelelahan yang mendalam, menatap satu per satu wajah para Kesatria Garuda yang tersisa. Dia melihat luka-luka di tubuh mereka, mata merah karena menangis, dan wajah pucat karena kelelahan. Namun, dia juga melihat sesuatu yang lain: semangat yang tidak pernah padam, tekad yang tidak tergoyahkan, dan cinta yang tulus untuk dunia ini."Kita telah kehilangan banyak saudara," kata Ardian, suaranya bergetar karena emosi. "Setiap dari mereka adalah pahlawan, setiap dari mereka telah memberikan segalanya untuk melindungi kita semua. Kita tidak akan pernah melupakan mereka."Dia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan melanjutkan, "Tapi kita tidak bisa tenggelam dalam kesedihan. Kita harus terus berjuang. Kita harus membangun kembali dunia ini, bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi juga untuk mereka yang telah tiada."Kata-kata Ardian bergema di antara para Kesatria Garuda, membangkitkan semangat mereka yang mulai meredup. Mereka tahu bahwa dia b

  • Kesatria Garuda   Pengorbanan Seorang Kesatria

    Medan perang yang sebelumnya dipenuhi dengan gemuruh pertempuran kini sunyi senyap, hanya menyisakan debu dan puing-puing kehancuran. Pasukan Bayangkara telah musnah, lenyap ditelan ledakan cahaya yang dihasilkan oleh pertarungan terakhir Ardian dan Raja Bayangkara Terakhir. Namun, kemenangan ini diraih dengan harga yang sangat mahal. Banyak Kesatria Garuda yang gugur, mengorbankan diri mereka untuk melindungi dunia.Sita, dengan mata berkaca-kaca, memeluk erat tubuh seorang Kesatria Garuda yang terbaring lemah. Nafasnya tersengal-sengal, darah mengalir dari luka di dadanya, tempat di mana serangan mematikan Raja Bayangkara Terakhir hampir merenggut nyawa Sita."Jangan tinggalkan aku," bisik Sita, air matanya membasahi pipi Kesatria Garuda itu. "Kau tidak boleh pergi..."Kesatria Garuda itu tersenyum lemah, tangannya yang gemetar terangkat untuk mengusap air mata Sita. "Sita... kau harus selamat," ucapnya dengan suara parau. "Kau adalah harapan terakhir kita..."Kilasan memori berputa

  • Kesatria Garuda   Ledakan Cahaya Langit

    Medan perang yang sebelumnya dipenuhi dengan kengerian dan kegelapan, kini menjadi saksi bisu dari pertarungan terakhir. Ardian, dengan kekuatan cinta dan persahabatannya yang membara, berhadapan langsung dengan Raja Bayangkara Terakhir, sang penguasa kegelapan yang tak terkalahkan. Udara bergetar, tanah bergemuruh, dan langit seakan runtuh menyaksikan bentrokan kekuatan yang melampaui batas nalar.Raja Bayangkara Terakhir, dalam amarahnya yang membara, melepaskan seluruh kekuatan kegelapan yang dimilikinya. Pusaran energi hitam yang mengelilingi tubuhnya semakin membesar, menyedot semua cahaya dan harapan di sekitarnya. "Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku, Kesatria Garuda!" raungnya, suaranya menggema di seluruh penjuru alam semesta. "Kegelapan akan menelan segalanya, dan kau akan menjadi saksi kehancuran dunia ini!"Ardian, dengan aura emas yang bersinar terang, berdiri tegak menghadapi ancaman tersebut. Ia tahu, inilah saat terakhir, saat di mana ia harus mempertaruhkan segal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status