Home / Fantasi / Kesatria Garuda / Tanda Garuda

Share

Tanda Garuda

Author: Khomairoh
last update Last Updated: 2025-02-08 07:02:41

Hembusan angin dingin menyapu tubuh Ardian, membawa aroma tanah basah dan lumut dari dalam candi kuno. Kakinya masih sedikit gemetar, namun genggamannya pada tombak Garuda semakin erat. Cahaya keemasan dari pusaka itu perlahan meredup, tetapi percikan energi masih mengalir di sepanjang gagangnya, berdenyut seolah hidup.

Di hadapannya, pasukan bayangan berdiri diam, hanya mata merah mereka yang menyala dalam gelap. Ardian menelan ludah. Dadanya naik turun, jantungnya berpacu cepat.

Kemudian, tanpa peringatan—mereka menyerang.

Salah satu makhluk bayangan melompat ke arahnya, cakarnya yang panjang dan tajam mengarah ke dadanya. Refleks Ardian langsung bekerja. Dengan gerakan spontan, dia mengayunkan tombaknya, dan seketika gelombang cahaya keemasan meledak dari ujung senjata itu, menghantam makhluk tersebut dan meledakkannya menjadi asap hitam.

Dua makhluk lain menyergap dari samping, dengan kecepatan yang hampir mustahil dihindari. Ardian menggerakkan tubuhnya ke belakang, nyaris menghindari cakaran yang bisa saja merobek kulitnya. Tombaknya berputar di tangannya, menghantam satu makhluk ke tanah, sementara yang lain berhasil mencakar pundaknya.

"AARGH!"

Rasa perih membakar bahunya, tetapi anehnya, luka itu tidak berdarah—sebaliknya, ada cahaya keemasan yang samar-samar berpendar dari luka tersebut. Ardian mengerang dan memukul mundur lawannya dengan hentakan kaki.

Energinya terus berdenyut, dan dia merasakan sesuatu yang asing. Sesuatu yang… tumbuh dalam dirinya.

Ardian berlari keluar candi, napasnya terengah-engah. Tubuhnya terasa berat, seolah ada sesuatu yang menariknya ke tanah. Ia berjongkok, berusaha memahami apa yang terjadi.

Lalu, rasa sakit itu datang. Punggungnya terasa seperti terbakar dari dalam. Ardian meraih bahunya, mencengkeram kain bajunya dengan kuat. Panas itu menyebar, semakin kuat hingga ia merasa tulang-tulangnya bergetar.

"Apa… yang terjadi padaku?" desisnya.

Ia merasakan permukaan kulitnya meregang, seolah ada sesuatu yang terukir di sana. Dengan susah payah, ia menarik kain bajunya dan menoleh ke belakang.

Matanya membelalak. Di punggungnya, ada sebuah luka besar berbentuk sayap, bercahaya keemasan. Garis-garisnya begitu jelas, hampir seperti ukiran yang diukir dengan api. Luka itu berdenyut, mengeluarkan energi yang sama seperti yang ia rasakan saat memegang tombak Garuda.

Ardian terengah-engah.

"Ini… tanda Garuda?"

Suara dari Masa Lalu

Tiba-tiba, suara bergema di kepalanya.

"Luka itu adalah tanda takdirmu. Engkau telah terpilih."

Ardian tersentak dan melihat sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun di sana.

"Kesatria Garuda lahir kembali setiap kali kegelapan bangkit. Luka itu adalah simbol kebangkitanmu. Kekuatan akan mengalir dalam darahmu, tetapi ujianmu baru saja dimulai."

Ardian merasakan tubuhnya melemah. Lututnya hampir menyerah, tetapi ia menahan dirinya untuk tetap berdiri.

"Dunia membutuhkanmu, Ardian. Waktumu telah tiba."

Suara itu menghilang.

Ardian menarik napas dalam-dalam, menatap langit yang kini mulai terang oleh cahaya fajar. Hujan gerimis masih turun, membasahi tanah dan menciptakan aroma segar yang samar.

Ia tidak tahu siapa yang berbicara kepadanya, tetapi satu hal yang pasti—ini bukan kebetulan.

Ia telah ditakdirkan untuk ini.

Pengejaran Pasukan Bayangan

Namun, ia tidak punya waktu untuk berpikir lebih lama. Dari kejauhan, suara gemuruh terdengar.

Ardian menoleh, dan matanya membelalak.

Pasukan bayangan semakin banyak. Mereka muncul dari dalam hutan, bergerak seperti kabut gelap yang merayap perlahan.

Ardian mengepalkan tangan. Ia tidak bisa menghadapi mereka semua—belum sekarang. Ia harus mencari tempat aman, memahami kekuatan ini sebelum kembali melawan mereka.

Ia berbalik dan berlari secepat mungkin, menyelinap di antara pepohonan. Namun, pasukan bayangan mengejarnya, semakin cepat dan mendekat.

Ardian menggertakkan giginya. Jika ia tidak menemukan cara untuk melawan mereka, maka ini akan menjadi akhir baginya.

Tiba-tiba, tombaknya berpendar. Cahaya emasnya berkedip-kedip, seolah memberikan jawaban.

Ardian berhenti dan mengangkat tombaknya ke udara.

"Jika aku memang Kesatria Garuda…" gumamnya, "…maka tunjukkan kekuatanku!"

Cahaya keemasan meledak dari tombak itu, menyebar dalam gelombang besar yang menghantam pasukan bayangan. Makhluk-makhluk itu menjerit sebelum lenyap dalam kepulan asap hitam.

Ardian terengah-engah, merasakan kekuatan besar mengalir dalam dirinya.

Ia menatap tombaknya.

Ia telah berubah. Dan ini baru permulaan.

Takdir yang Baru Dimulai

Ardian melanjutkan perjalanannya, meninggalkan candi kuno yang kini sepi. Luka berbentuk sayap di punggungnya masih berdenyut, mengingatkannya bahwa ini bukan hanya tentang dirinya—ini tentang dunia yang sedang dalam bahaya.

Ia harus mencari jawaban.

Ia harus menemukan arti sejati dari Tanda Garuda.

Langkah Ardian terhuyung di antara akar-akar pepohonan. Napasnya tersengal, sementara keringat bercampur hujan membasahi wajahnya. Energi dari tombak Garuda masih berdenyut di tangannya, namun tubuhnya mulai terasa lemas. Punggungnya masih berdenyut panas, seolah luka berbentuk sayap itu bukan sekadar tanda, melainkan sebuah perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya.

Ia menoleh ke belakang. Asap hitam dari pasukan bayangan yang terhapus oleh ledakan cahaya masih mengepul di udara. Namun, ia tahu mereka tidak akan berhenti begitu saja.

Dari sela-sela pepohonan, Ardian merasakan kehadiran sesuatu. Seolah ada mata-mata yang mengawasinya dari kejauhan. Ia mempercepat langkahnya, menyusuri jalan setapak yang semakin tertutup oleh dedaunan basah.

Ardian langsung berbalik, mengangkat tombaknya. Namun, yang ia lihat bukan makhluk bayangan, melainkan seorang pria berjubah hitam dengan wajah separuh tertutup kain. Tatapan matanya tajam, penuh perhitungan.

"Jadi, kau yang dipilih oleh Garuda?" suara pria itu rendah, nyaris berbisik.

Ardian tidak menurunkan senjatanya. "Siapa kau?"

Pria itu tersenyum tipis. "Seharusnya aku yang bertanya. Namun, melihat luka di punggungmu… Aku tidak ragu lagi. Kau benar-benar pewarisnya."

Ardian semakin waspada. "Maksudmu pewaris apa?"

Pria itu tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia berbalik, melangkah perlahan di antara pepohonan. "Ikutlah denganku jika kau ingin tahu kebenaran."

Ardian menimbang sejenak. Ia bisa saja menyerang orang ini, tapi instingnya mengatakan bahwa pria ini bukan musuh—setidaknya untuk saat ini.

Akhirnya, ia mengikuti langkah pria itu.

Mereka berjalan selama beberapa menit, hingga akhirnya tiba di sebuah gua yang tersembunyi di balik akar-akar pohon besar. Pria itu masuk ke dalam tanpa ragu, dan Ardian mengikutinya dengan hati-hati.

Di dalam gua, terdapat obor-obor yang menyala, menerangi dinding batu yang dipenuhi ukiran kuno. Ardian bisa melihat gambar seekor Garuda besar, dengan seorang pria memegang tombak berdiri di bawahnya.

"Itu…" Ardian terdiam, menatap ukiran itu dengan penuh takjub.

"Itulah Kesatria Garuda pertama," ujar pria berjubah. "Seorang pejuang yang lahir setiap beberapa abad sekali, membawa cahaya di saat kegelapan bangkit."

Ardian menggeleng. "Aku bukan kesatria. Aku hanya… seorang pemuda biasa."

Pria itu menatapnya tajam. "Kalau begitu, bagaimana kau bisa selamat dari serangan pasukan bayangan? Bagaimana kau bisa mengangkat tombak itu?"

Ardian terdiam. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu dalam dirinya yang telah berubah sejak ia menyentuh pusaka itu.

Pria itu melanjutkan, "Luka di punggungmu bukan sekadar tanda. Itu adalah segel. Seiring waktu, segel itu akan membangkitkan kekuatan sejati dalam dirimu. Namun, jika kau tidak siap mengendalikannya…"

Ia menghentikan kalimatnya, membiarkan kata-katanya menggantung di udara.

Ardian menelan ludah. "Apa yang akan terjadi padaku?"

Pria itu mendekat, menatapnya serius. "Kau akan menjadi senjata bagi kegelapan itu sendiri."

Kata-kata itu membuat Ardian merasakan dingin menjalar di tengkuknya. Ia menatap tombaknya, lalu ke arah pria berjubah.

"Jadi, aku harus bagaimana?" tanyanya.

Pria itu berbalik dan mengambil sebuah gulungan kain tua dari salah satu sudut gua. Ia membukanya, memperlihatkan peta dengan tanda-tanda kuno.

"Kau harus berlatih. Kau harus memahami kekuatan tombak Garuda dan tanda di punggungmu sebelum mereka menemukanku."

Ardian mengernyit. "Mereka?"

Pria itu menarik napas dalam. "Bayangan yang kau lawan hanyalah prajurit tingkat rendah. Ada yang lebih kuat… yang sedang mengincarmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Garuda   Akhir yang Baru

    Matahari terbit dengan indahnya, menyinari desa kecil yang terletak di kaki gunung. Desa itu, yang dulunya sunyi dan sepi, kini dipenuhi dengan tawa dan kebahagiaan. Di tengah desa, Ardian dan Sita duduk di beranda rumah mereka, menikmati secangkir teh hangat. Wajah mereka yang keriput dipenuhi dengan senyum bahagia, mata mereka berkilauan dengan kedamaian.Mereka telah melewati banyak hal dalam hidup mereka, pertempuran dahsyat, kehilangan yang menyakitkan, dan kemenangan yang gemilang. Mereka telah menyelamatkan dunia dari kegelapan, membangun kembali peradaban, dan mewariskan warisan Garuda kepada generasi baru. Sekarang, mereka menikmati masa pensiun mereka, hidup dalam damai dan harmoni."Dunia ini indah, bukan?" ucap Sita, menatap pemandangan desa yang hijau.Ardian mengangguk setuju. "Ya, ini adalah dunia yang layak untuk diperjuangkan," jawabnya. "Kita telah melakukan bagian kita, sekarang saatnya bagi generasi baru untuk melanjutkan perjuangan."Mereka melihat anak-anak desa

  • Kesatria Garuda   Warisan Garuda

    Waktu terus berlalu, dan dunia yang hancur perlahan-lahan pulih. Kota-kota yang dulunya reruntuhan kini berdiri megah, hutan-hutan yang gundul kembali menghijau, dan sungai-sungai yang tercemar kembali jernih. Era baru telah tiba, era di mana manusia dan Kesatria Garuda hidup berdampingan dalam harmoni.Ardian dan Sita, pahlawan-pahlawan yang telah menyelamatkan dunia dari kegelapan, kini telah memasuki usia senja. Kekuatan mereka, yang telah terkuras habis dalam pertempuran dahsyat melawan Raja Bayangkara Terakhir, tidak lagi seperti dulu. Namun, semangat mereka, kebijaksanaan mereka, dan cinta mereka untuk dunia ini tetap menyala terang.Mereka menyadari bahwa sudah saatnya bagi mereka untuk menyerahkan kepemimpinan kepada generasi baru Kesatria Garuda. Generasi yang telah mereka latih, generasi yang telah mereka inspirasi, generasi yang siap untuk melanjutkan perjuangan mereka.Ardian dan Sita mengumpulkan para Kesatria Garuda muda di puncak gunung, tempat di mana mereka pertama ka

  • Kesatria Garuda   Munculnya Era Baru

    Dengan berakhirnya pertempuran dahsyat melawan Raja Bayangkara Terakhir, dunia memasuki era baru. Langit yang tadinya kelam kini kembali cerah, tanah yang tandus mulai ditumbuhi tanaman hijau, dan harapan kembali bersemi di hati setiap insan. Ardian dan Sita, bersama para Kesatria Garuda yang tersisa, memimpin proses pemulihan dan pembangunan kembali, bukan hanya dari kerusakan fisik, tetapi juga dari luka batin yang mendalam.Langkah pertama yang mereka ambil adalah mengumpulkan para penyintas, memberikan mereka tempat berlindung, makanan, dan perawatan medis. Mereka mendirikan tenda-tenda darurat, mengubah reruntuhan bangunan menjadi tempat tinggal sementara, dan membuka dapur umum untuk memastikan tidak ada yang kelaparan. Sita, dengan kekuatan penyembuhannya, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, menyembuhkan luka-luka dan memberikan dukungan moral.Ardian, dengan karisma dan kebijaksanaannya, mengoordinasi upaya pemulihan. Ia membentuk tim-tim kerja yang terdiri dari para

  • Kesatria Garuda   Kehancuran Pasukan Kegelapan

    Ledakan cahaya langit yang dahsyat telah merobek tirai kegelapan yang menyelimuti dunia. Pasukan Bayangkara, yang sebelumnya tampak tak terkalahkan, hancur lebur dalam sekejap. Energi kegelapan yang mengalir dalam diri mereka menguap, meninggalkan hanya debu dan ketiadaan. Gerbang Neraka, yang menjadi sumber kekuatan mereka, tertutup rapat, disegel oleh kekuatan cahaya yang tak tertandingi. Ancaman dari dimensi lain, yang telah lama menghantui dunia, akhirnya berakhir.Kemenangan telah diraih, namun dengan harga yang sangat mahal. Para Kesatria Garuda, pahlawan-pahlawan yang gagah berani, telah memberikan segalanya untuk melindungi dunia. Banyak dari mereka yang gugur dalam pertempuran, mengorbankan diri mereka untuk memastikan keselamatan umat manusia. Luka-luka menganga menghiasi tubuh mereka yang tersisa, saksi bisu dari pertempuran sengit yang telah mereka lalui.Dunia yang mereka selamatkan tidak luput dari kerusakan. Tanah yang subur berubah menjadi gurun tandus, kota-kota megah

  • Kesatria Garuda   #4

    Ardian mulai mengadakan pertemuan dengan para pemimpin desa dan kota, berbagi pengetahuan tentang sejarah dan ajaran para Kesatria Garuda. Ia menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama, mengajak mereka untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. Ia juga mendorong mereka untuk mengembangkan potensi diri, untuk menjadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari, untuk berani membela kebenaran dan melawan ketidakadilan.Perlahan tapi pasti, benih-benih kebaikan mulai tumbuh di hati penduduk bumi. Mereka mulai saling membantu, saling menghormati, dan saling mencintai. Mereka membangun kembali rumah-rumah mereka, bukan hanya dengan batu dan kayu, tetapi juga dengan cinta dan persahabatan. Mereka menanam kembali tanaman-tanaman mereka, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk menghijaukan kembali bumi yang terluka.Anak-anak mulai bermain bersama, tertawa riang, tanpa rasa takut dan curiga. Mereka belajar tentang keberanian dari kisah para Kesatria Garuda, tentang k

  • Kesatria Garuda   #3

    Hari-hari berlalu, dan dunia perlahan-lahan pulih dari kehancuran. Para penduduk bumi, yang selamat dari serangan pasukan Bayangkara, mulai keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka bekerja sama, bahu membahu, membersihkan puing-puing, membangun kembali rumah-rumah, dan menanam kembali tanaman-tanaman yang telah mati.Para Kesatria Garuda yang tersisa, dengan luka dan kesedihan yang masih membekas, turut membantu proses pembangunan kembali. Mereka menggunakan kekuatan mereka untuk menyembuhkan luka-luka, membangun benteng pertahanan, dan melindungi penduduk bumi dari ancaman yang mungkin masih ada.Sita, dengan hati yang masih berduka, bekerja tanpa lelah membantu para penduduk bumi. Ia ingin menghormati pengorbanan rekan-rekannya dengan cara memberikan yang terbaik bagi dunia ini. Ia menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka, untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur, dan untuk menanam kembali tanaman-tanaman yang mati.Setiap malam, Sita mengunj

  • Kesatria Garuda   #2

    Ardian, dengan wajah yang menunjukkan kelelahan yang mendalam, menatap satu per satu wajah para Kesatria Garuda yang tersisa. Dia melihat luka-luka di tubuh mereka, mata merah karena menangis, dan wajah pucat karena kelelahan. Namun, dia juga melihat sesuatu yang lain: semangat yang tidak pernah padam, tekad yang tidak tergoyahkan, dan cinta yang tulus untuk dunia ini."Kita telah kehilangan banyak saudara," kata Ardian, suaranya bergetar karena emosi. "Setiap dari mereka adalah pahlawan, setiap dari mereka telah memberikan segalanya untuk melindungi kita semua. Kita tidak akan pernah melupakan mereka."Dia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan melanjutkan, "Tapi kita tidak bisa tenggelam dalam kesedihan. Kita harus terus berjuang. Kita harus membangun kembali dunia ini, bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi juga untuk mereka yang telah tiada."Kata-kata Ardian bergema di antara para Kesatria Garuda, membangkitkan semangat mereka yang mulai meredup. Mereka tahu bahwa dia b

  • Kesatria Garuda   Pengorbanan Seorang Kesatria

    Medan perang yang sebelumnya dipenuhi dengan gemuruh pertempuran kini sunyi senyap, hanya menyisakan debu dan puing-puing kehancuran. Pasukan Bayangkara telah musnah, lenyap ditelan ledakan cahaya yang dihasilkan oleh pertarungan terakhir Ardian dan Raja Bayangkara Terakhir. Namun, kemenangan ini diraih dengan harga yang sangat mahal. Banyak Kesatria Garuda yang gugur, mengorbankan diri mereka untuk melindungi dunia.Sita, dengan mata berkaca-kaca, memeluk erat tubuh seorang Kesatria Garuda yang terbaring lemah. Nafasnya tersengal-sengal, darah mengalir dari luka di dadanya, tempat di mana serangan mematikan Raja Bayangkara Terakhir hampir merenggut nyawa Sita."Jangan tinggalkan aku," bisik Sita, air matanya membasahi pipi Kesatria Garuda itu. "Kau tidak boleh pergi..."Kesatria Garuda itu tersenyum lemah, tangannya yang gemetar terangkat untuk mengusap air mata Sita. "Sita... kau harus selamat," ucapnya dengan suara parau. "Kau adalah harapan terakhir kita..."Kilasan memori berputa

  • Kesatria Garuda   Ledakan Cahaya Langit

    Medan perang yang sebelumnya dipenuhi dengan kengerian dan kegelapan, kini menjadi saksi bisu dari pertarungan terakhir. Ardian, dengan kekuatan cinta dan persahabatannya yang membara, berhadapan langsung dengan Raja Bayangkara Terakhir, sang penguasa kegelapan yang tak terkalahkan. Udara bergetar, tanah bergemuruh, dan langit seakan runtuh menyaksikan bentrokan kekuatan yang melampaui batas nalar.Raja Bayangkara Terakhir, dalam amarahnya yang membara, melepaskan seluruh kekuatan kegelapan yang dimilikinya. Pusaran energi hitam yang mengelilingi tubuhnya semakin membesar, menyedot semua cahaya dan harapan di sekitarnya. "Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku, Kesatria Garuda!" raungnya, suaranya menggema di seluruh penjuru alam semesta. "Kegelapan akan menelan segalanya, dan kau akan menjadi saksi kehancuran dunia ini!"Ardian, dengan aura emas yang bersinar terang, berdiri tegak menghadapi ancaman tersebut. Ia tahu, inilah saat terakhir, saat di mana ia harus mempertaruhkan segal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status