Share

3. Berusaha Mengaktifkan Elemen Baru

Rune tahu apa yang dimaksud oleh Sam. Kini ia sedang menguatkan diri karena selama ini belum pernah membunuh seorang perempuan.

"Jika kau membunuhnya dengan pedangmu, maka kau akan mendapatkan elemen petir."

Rune terkejut dengan pernyataan Sam. Namun, tetap saja hal itu sulit untuk ia lakukan karena tidak tega melihat seorang perempuan kesakitan, meskipun rasa ingin memiliki elemen baru sangatlah besar.

"Aku tadi sempat melihat bahwa pedangmu menyerap petir perempuan ini. Jadi, aku berpikir jika kau akan mendapatkan elemen petir jika membunuhnya."

"Aku meminta kepadamu, bunuh aku!" bentak Nina karena tidak sanggup jika harus hidup tanpa ibu.

Rune sudah mengambil keputusan. Ia menancapkan pedang ke dada Nina sehingga perempuan tersebut memuntahkan darah.

Rune membuang muka karena tidak sanggup melihat wajah kesakitan sang korban. Tiba-tiba aliran petir mengalir ke dalam pedang.

Sam terkejut karena ternyata dugaannya benar, padahal apa yang ia katakan hanya omong kosong untuk membuat Rune mau membunuh Nina.

"Baiklah, sekarang kita pergi." Sam berjalan menuju pintu.

Tim Seseven meninggalkan mayat Nina sendirian di tempat pertandingan. Mereka pergi ke tempat yang hanya diketahui oleh Sam.

Rune berjalan sembari menunduk serta terus mengingat apa yang telah dilakukan. Ini adalah kali pertamanya ia membunuh seorang perempuan. Lelaki tersebut mulai berpikir jika nantinya dirinya akan menjadi seorang pembunuh yang tidak memiliki perasaan.

***

Kini Rune berada di padang rumput untuk menggunakan elemen petirnya dengan cara mengayunkan pedang berkali-kali, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada petir yang keluar dari senjata tersebut.

Seseven menonton teman barunya itu dari dalam rumah. Sam merasa bingung karena Rune tidak bisa mengeluarkan elemen baru, padahal sudah jelas-jelas ia melihat kalau ada petir yang mengalir ke dalam pedang.

"Keluarlah petir!" Rune berteriak kepada pedangnya.

Tiba-tiba awan gelap datang dan suara guruh terdengar. Namun, bukan ini yang Rune maksud. Ia mendongak untuk melihat pemandangan yang mengerikan.

"Awan, beri aku elemen petir!"

"Apa yang dia lakukan?" tanya Fony.

"Mungkin memanggil ajal," jawab Canty.

"Aku rasa kalimatmu itu rancu."

Kedua perempuan tersebut langsung menoleh ke arah orang yang berbicara karena tidak menyangka jika teman mereka yang pendiam telah mengucapkan sesuatu.

Digi yang sadar diperhatikan, langsung membuang mukanya. Pastinya dengan muka yang datar.

Rune mengangkat pedang untuk menerima kiriman petir dari awan, tetapi tidak kunjung datang. Tangannya mulai terasa lelah. Namun, ia merasa jika hal ini harus dilakukan.

Dalam seketika senjata tersebut jatuh. Rune menunduk karena merasa kesal dan bingung bagaimana cara untuk menggunakan elemen petir.

Seorang pengguna senapan bersembunyi di balik pohon, lalu bersiap untuk menembak Rune. Canty yang melihat itu langsung berteriak.

"Rune, cepat kemari!"

Rune merasa bingung dengan apa yang Canty katakan. Sebuah pertanyaan pun muncul, tetapi ia harus berlari masuk ke rumah terlebih dahulu.

Setelah lelaki tersebut sampai di dalam, Canty langsung menutup pintu. Terlihat wajahnya sangat ketakutan. Hal itu membuat Rune ingin sekali bertanya.

"Kau kenapa?"

"Aku hanya takut karena ada musuh yang menggunakan senapan," jawab Canty seraya bersandar di pintu.

"Dia takut dengan pengguna senapan," ucap Sam sembari bersedekap.

Kini kedua belah pihak antara pengguna senapa dan tim Seseven tidak dapat saling melihat karena terhalang oleh bangunan tertutup yang tidak memiliki jendela.

Beberapa prajurit melintas menggunakan kuda. Rune mendengar suara dari langkah hewan tersebut dan ingin sekali melihat, tetapi ia tidak mau Canty menjerit.

Di malam hari, mereka memasang tenda dan tidur di luar karena permintaan dari Fony yang ingin berkemah.

Rune duduk sembari melihat langit yang penuh dengan bintang. Seketika ia mengalihkan pandangan ke api unggun dan merasa ingin mendapatkan elemen api, tetapi tidak tahu caranya.

"Sam, sebenarnya apa misi kita?" tanya Rune secara spontan.

"Misi kita adalah mencari keberadaan Mangan untuk menyelamatkan putrimu."

Sam mengucapkan hal tersebut dengan wajah datar dan perasaan tidak suka. Tiba-tiba Canty menoleh ke arah semak-semak karena mendengar suara.

Sekonyong-konyong sebuah panah meluncur dari arah tumbuhan tersebut. Semuanya berdiri, lalu memfokuskan pandangan ke semak-semak.

"Hei, siapa itu?!" teriak Rune.

'Panah? Oh, ini waktunya,' batin Sam.

Semua memasang kuda-kuda untuk bersiap menerima sekarang dari pemanah, kecuali Sam.

"Rune, ikut aku untuk menjalankan misi."

"Misi? Namun, bagaimana dengan orang yang memanah kita?"

"Lupakan itu." Sam menatap semua anggota Seseven, lalu berkata, "kalian tetap di sini."

Kedua lelaki tersebut pergi ke sebuah kastel di hutan. Rune bingung kenapa mereka ada di sini.

"Kenapa kita pergi ke sini?"

"Ikuti saja perintahku."

Sam masuk, lalu bersandar di dinding dan sesekali melihat ke dalam untuk memastikan bahwa situasinya aman.

Terdapat dua orang penjaga gerbang yang berdiri tegak menghadap ke depan. Posisi mereka ada di sebelah kiri Sam.

"Rune, panah salah satu dari penjaga itu sampai mati."

Deg!

Rune tidak menyangka bahwa Sam menyuruhnya untuk melakukan pembunuhan. Ingin sekali protes, tetapi takut jika Sam marah.

Lelaki tersebut membidik, lalu meluncurkan panah ke pinggang penjaga. Dalam seketika rekan dari pria tersebut melihat ke arah panah yang datang.

Sam dan Rune segera bersandar di dinding supaya tidak ketahuan. Penjaga itu melihat sekeliling, tetapi tidak kunjung menemukan musuh karena kedua lelaki tersebut berada di tempat yang gelap.

Sam segera menusukkan pedangnya ke punggung penjaga sampai terjatuh.

Ia berlari ke arah gerbang kedua, lalu melambaikan tangan ke Rune pertanda menyuruh untuk mengikutinya.

Rune mengerti dengan kode tersebut. Ia pun memasuki gerbang dan tidak terlihat seorang pun.

Tempat gelap membuat suasana menjadi menyeramkan. Namun, hal itu serasa sirna karena terlihat seorang perempuan yang cantik sedang berjalan dari gerbang.

Beberapa detik kemudian, senyuman Rune pudar karena melihat perempuan tersebut jatuh sebab punggungnya telah ditusuk dengan pedang oleh Sam.

Sam langsung mendekat ke dinding dan melihat apakah ada orang di balik gerbang. Rune menghampiri dan bersandar di sebelah Sam.

Tiba-tiba terlihat seorang pria berlari menghampiri mayat perempuan. Sam langsung mendapat ide kala melihatnya menangis.

"Rune, panah pria yang menangis itu sampai mati."

Rune membidik, lalu memanah pria itu, tetapi tiba-tiba ada yang menebas anak panahnya.

"Siapa kau?" ucap penjaga.

Sam tersenyum, lalu mendekati lelaki tersebut dan berkata, "Aku Sam, pemimpin tim Seseven."

"Aku Clay, akan membunuh siapa pun yang menjadi penyusup."

Clay membuat pedangnya bersinar, lalu menyerang pemimpin tim Seseven. Sam merasa kesulitan dalam menghadapinya karena cahaya yang membuat matanya sulit dibuka.

Mereka berdua memasuki gerbang ketiga dan bertarung di dalamnya, sementara Rune menonton adegan menangis yang dilakukan oleh sang ayah.

"Aku Xioae, akan membunuhmu untuk membalaskan dendam putriku!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status