Share

2. Korban Pertama

Rune langsung berbalik badan dan melompat ke kanan untuk menghindari pukulan dari Toto.

Ia melihat sungai dan langsung mendapat ide. Lelaki tersebut berlari ke kanan Toto, lalu mengeluarkan bayangan yang bernama Arune karena memakai belati.

Rune mengumpulkan angin ke dalam pedangnya, sementara Arune menyerang Toto.

Setelah dirasa cukup, ia mengayunkan pedang secara horizontal dan terciptalah sebuah angin yang meluncur dengan kecepatan tinggi.

Toto pun jatuh ke sungai, sementara Arune menghilang. Sam memberi tepukan tangan untuk memuji kehebatan anggota baru Seseven.

Mereka pun melanjutkan perjalanan, lalu berhenti di sebuah jembatan yang ditutupi oleh gerbang.

"Rune, gunakan jurus anginmu yang tadi untuk membuka gerbangnya."

Rune bingung kenapa Sam menyuruhnya untuk melakukan hal ini, padahal bisa saja membuka gerbang hanya dengan mendorong. Namun, karena tidak mau mencari masalah, ia pun menurut.

Rune memasang kuda-kuda dan mematung selama beberapa detik sampai pedangnya penuh dengan angin.

Setelah itu, ia langsung mengayunkan pedang secara diagonal sehingga terciptalah angin yang berkecepatan tinggi menabrak gerbang.

Tidak disangka bahwa pagar kayu yang menempel di jembatan langsung rusak karena terjangan gerbang akibat jurus Rune. Hal itu membuat lelaki tersebut merasa bersalah.

Sam tersenyum, kemudian memegang pundak Rune dan berkata, "Kerja bagus. Tolong jangan pikirkan tentang pagar yang rusak itu."

Tim Seseven melanjutkan perjalanan dan saat melewati jembakan kayu, Rune mendengar suara orang berlari. Hal itu membuatnya berhenti melangkah.

Beberapa detik kemudian, ia merasa jika hal itu tidak penting, lalu berjalan seperti biasa dan mencoba menghilangkan rasa penasarannya tentang orang lain yang berada di sini.

Setelah berjalan jauh, akhirnya mereka sampai di sebuah desa. Sam melihat ke kanan dan kiri untuk mencari jalan ke tempat penginapan.

Fony, seorang perempuan bersenjata sabit melihat sebuah kedai dan merasa ingin ke sana.

"Sam, bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan?" anjuran Fony sembari berharap Sam menyetujuinya.

"Kalian pergi saja, aku harus ke suatu tempat. Jika sudah, pergilah ke penginapan di desa ini."

Sam berjalan menuju tempat tujuan, sementara keenam anggota tim Seseven masuk ke sebuah kedai, lalu memesan mie ayam. Fony merasa sangat senang karena setelah sekian lama, ia dapat memakan makanan yang menurutnya paling enak.

Rune memikirkan tentang Sam. Bagaimana ketua tim Seseven itu berani pergi sendirian di desa lain. Secara tiba-tiba, sebuah pertanyaan muncul di benak Rune.

"Catly, apa misi kita?"

"Entah, aku pun tak tahu."

"Bagaimana kau tidak tahu? kau itukan anggota Sesevan."

"Kau juga anggota Seseven, harusnya kau tahu."

"Dengar, Rune. Di tim Seseven, hanya Sam yang tahu apa misinya," ucap Fony.

***

Mereka semua sudah menghabiskan makanan. Kini, saatnya membayar. Rune menyerahkan sejumlah koin kepada pemilik kedai.

Ia merasa bingung karena yang lain tidak membayar, lalu bertanya, "Kenapa kalian tidak membayar?"

"Uang kami disita oleh Sam. Jadi, terpaksa kami harus menunggunya," jawab Fony.

Rune sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh teman barunya itu.

"Kenapa Sam menyita uang kalian?"

"Itu sudah peraturan tim."

"Jangan salahkan Sam. Ini semua salah Pak Tedak!" bentak Catly yang marah karena peraturan desa Dakheken.

Ia mengepalkan tangan di meja seraya menunduk. Rune menjadi penasaran tentang tim Seseven dan ingin mengakhiri semua ini.

"Jelaskan padaku tentang semua yang kalian tahu tentang tim Seseven."

"Banyak sekali peraturan. Kau akan tahu seiring berjalannya waktu," jawab Digi—lelaki bersenjata belati—tanpa menatap orang yang bertanya.

Rune memanggil pemilik kedai, lalu memberikan banyak koin untuk membayarkan teman-temannya.

***

Mereka berjalan mengelilingi desa untuk mencari tempat penginapan. Akhirnya, Catly menemukannya, lalu menunjuk tempat tersebut dan memasukinya.

"Permisi, apa di sini ada orang yang bernama Sam?" tanya Catly kepada resepsionis.

"Akhirnya kalian sudah sampai," ucap Sam sembari berjalan menghampiri mereka.

Rune ingin sekali bertanya tentang peraturan di tim Seseven, tetapi ia yakin jika Sam juga terpaksa menuruti perintah dari pemimpin desa.

"Aku sudah memesan kamar untuk kalian semua. Ikuti aku."

Mereka berjalan mengikuti Sam sampai di sebuah lorong. Pemimpim tim Seseven menunjuk satu per satu orang dan kamar yang akan ditempati.

"Kalian istirahatlah. Aku ada urusan."

Sam pergi meninggalkan mereka. Rune sangat penasaran dengan urusan pemimpinnya karena kenapa harus diselesaikan sendiri jika tim Seseven ada.

Rune mulai berjalan mengikuti Sam, tetapi tiba-tiba Catly memegang tangannya sehingga ia berhenti melangkah.

***

Sam masuk ke sebuah rumah. Di dalamnya terdapat seorang wanita yang terikat di kursi dan dijaga oleh beberapa ninja.

"Apa yang kau mau?!"

Sam tersenyum, lalu mengeluarkan pedang dan langsung menusukkannya ke dada wanita itu sehingga darah keluar dari dua jalur.

Seorang perempuan melihat kejadian tersebut dari dalam lemari. Dia mengeluarkan air mata karena tidak sanggup kehilangan sang ibu.

Sam mengetahui keberadaan anak dari orang yang ia bunuh, lalu menghampirinya, kemudian mengatakan, "Kita selesaikan ini di tempat pertandingan."

***

Keesokan harinya, tim Seseven melanjutkan perjalanan. Namun, beberapa langkah setelah keluar dari desa, mereka dihadang oleh seorang perempuan.

"Rune, bersiaplah untuk melawannya."

Perempuan itu maju, lalu menyerang Sam, tetapi Rune menghalanginya dengan sangat cepat.

Kedua pedang saling bertabrakan. Kini mereka beradu kekuatan. Rune tersenyum karena yakin kalau ia akan menang sebab musuh yang dilawan adalah seorang perempuan.

"Namaku Nina. Lelaki itu sudah membunuh ibuku."

Bisikan dari perempuan tersebut membuat Rune terkejut. Ia yakin jika itu tidak benar dan ingin sekali menanyakan hal ini langsung kepada Sam, tetapi takut jika pemimpin Seseven tersebut tersinggung.

Mereka melompat mundur, lalu memasang kuda-kuda. Rune berpikir cara untuk membuat perempuan itu pergi atau pingsan karena tidak ingin membunuhnya.

Nina pergi untuk membuat sebuah rencana supaya bisa membalaskan dendam.

Tim Seseven melanjutkan perjalanan. Namun, tiba-tiba Sam menghentikan langkah karena teringat satu hal.

"Ikuti aku."

Mereka pergi ke tempat pertandingan yang tertutup. Di saat masuk ke bangunan tersebut, tim Seseven langsung dihadapkan oleh seorang perempuan yang sudah memasang kuda-kuda.

"Rune, hadapi perempuan itu. Aku dan tim akan duduk di bangku penonton," ucap Sam.

Rune menghampiri Nina, lalu mengeluarkan pedang dan memasang kuda-kuda.

"Kau adalah anak buah orang itu. Jadi, aku akan membunuhmu," ucap Nina.

Rune tersenyum karena merasa jika lawannya yang satu ini mudah untuk dikalahkan. Namun, hal itu tidak terjadi karena tiba-tiba Nina mengeluarkan petir ungu dari tangannya.

Hal itu membuat Rune menjadi takut. Untung saja ia sempat melompat ke samping untuk menghindar.

Rune berlari menghampiri lawannya, tetapi tiba-tiba Nina menembakkan petir lagi.

Lelaki tersebut menangkisnya dengan pedang sembari berpikir keras cara mengalahkannya karena tidak mungkin menyerangnya dari dekat.

Akhirnya, Rune mendapat sebuah ide. Ia memasukkan pedang, lalu menggenggam busur dan meluncurkan anak panah. Namun, serangan tersebut berhasil dihindari.

Rune berpikir kalau ia harus menggunakan cara terakhir. Kedua tangannya mengambil dua belati yang menempel di punggung, lalu berlari dengan kecepatan tinggi serta menghindari setiap petir yang diluncurkan.

Rune terus menyerang pedang yang melindungi tubuh Nina secara bertubi-tubi sehingga terciptalah cahaya yang indah.

Di sebuah kesempatan, ia menendang perut Nina sampai perempuan tersebut terpental dan menabrak dinding, lalu duduk dalam keadaan lemas.

Rune menghampiri, lalu menodongnya menggunakan pedang.

"Rune, bunuh dia!"

Mendengar perintah dari Sam, Rune merasa tidak bisa bergerak karena bagaimana mungkin ia bisa membunuh seorang perempuan.

Sam menghampiri kedua orang tersebut, lalu merebut pedang Rune karena yakin jika ia harus melakukan hal ini sendiri sebab percuma juga menyuruh orang lain.

Lelaki tersebut memposisikan senjata itu tepat di dada Nina, lalu mendorongnya dengan telapak tangan. Perempuan tersebut langsung langsung memejamkan mata serta menutup rapat-rapat mulutnya menggunakan tangan karena tidak ingin memuntahkan darah seperti ibunya.

"Tunggu!" teriak Rune.

Sam menghentikan laju pedangnya yang sudah sangat dekat dengan dada Nina.

"Kenapa?"

"Apa benar jika kau membunuh ibunya?"

Sam menjauhkan pedang karena tertarik dengan pertanyaan Rune, lalu menjawab, "Ya."

"Kenapa kau melakukan itu?"

"Karena itu adalah misiku."

Rune tidak menyangka jika orang yang ia pikir baik, ternyata tega melakukan hal ini.

"Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, Nina. Kenapa kau tidak menyerangku dengan petirmu saat berada di gerbang masuk?"

"Karena aku tidak mau penduduk ketakutan."

"Lalu kenapa kau juga tidak menyerangku saat ada di rumahmu?" tanya Sam yang juga penasaran.

"Jawabannya sama. Sekarang bunuhlah aku seperti yang kau lakukan kepada ibuku!"

Sam menatap Rune, lalu menyodorkan pedang, kemudian bertanya, "Kau atau aku yang mengabulkan permintaannya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status