“Untuk apa dia kemari?”“Saya tidak tahu, tuan. Tetapi, melihat dari ekspresi nyonya Elena, sepertinya nyonya sedang marah,” Jeff menjelaskan apa yang dilihatnya.Arion mengangguk. “Baiklah, aku menunggu di ruangan ku. Kau antarkan dia,” ucap Arion sebelum meninggalkan ruang rapat.Tidak, Arion terlalu gengsi untuk menghampiri Elena secara langsung. Ia akan menunggu di ruangannya dan seakan tak peduli dengan kedatangan Elena.“Baik, tuan,” balas Jeff sebelum pergi.Azalea yang mendengar kedatangan Elena merasa ini adalah kesempatan bagus untuknya. “Ini kesempatan untuku. Elena akan berpikir suaminya sangat dekat dengan ku,”Senyum licik terukir di wajahnya, Azalea menyiapkan kopi untuk Arion. Ia sudah membayangkan Elena tidak akan peduli, karena Elena mencintai Lucas. Maka ia akan memberikan Arion untuknya dengan sukarela. Azalea tersenyum bangga memikirkan rencana jahatnya.“Masuk!” seru Arion ketika mendengar pintu diketuk.Arion pikir itu adalah Elena. Tapi, saat ia melihat ternya
Kedua rahang Arion mengeras, membuat urat-urat di lehernya tampak jelas, “Elena, jaga ucapan mu!” geram Arion.Elena menatap remeh Arion, “Aku butuh penjelasan mu, bisa kau pahami ucapan ku?” tantang Elena.Arion tetap bersikap tenang, dirinya tidak boleh sampai tersulut emosi, “Apa yang kau lihat sehingga kau berpikir aku dan adikmu yang melakukan semua ini?” tanya Arion.Elena sedikit malas menjawab pertanyaan Arion. Padahal sudah jelas ada bukti nyata di depan mereka, “ Sebelum datang kesini aku pergi ke tempat konstruksi,” balasnya kemudian.Arion mendengarkan denngan tenang, “ Lalu?”“ Ketika aku tiba di sana, Azalea baru saja tiba dan dari kejauhan aku memperhatikan apa yang dia lakukan,” sambung Elena dan menceritakan apa yang ia lihat sebelum datang kesini.Sebenarnya Arion sudah mengira bahwa ini akan terjadi. Mengingat bagaimana Azalea begitu membenci Elena, dan kenapa ia membiarkan Azalea berada disisinya?Tentu, jawabannnya agar Arion dengan mudah memperhatikan gerak-gerik
Melihat kedatangan Elena dan Arion, Nyonya Dominic atau yang kerap disapa Nyonya Lia merasa senang akan kehadiran mereka.Wajahnya langsuung nampak sumringah, wanita yang sudah tak lagi muda itu mennyambut dengan ramah, “Elena, Arion, kalian datang,” sapa Nyonya Lia.Elena langsung menghambur ke pelukan ibunya, “Aku merindukan mu, Ma,”tutur Elena dengan manja.Arion ikut menyapa mertuanya juga, ia membawa barang belanjaan Elena untuk bersikap sebagai menantu yang baik, “Astaga Arion, kau pati kesulitan. Serahkan itu pada pelayan,”Nyonnya Lia melihat banyaknya bawaan Arion, “Tidak, Ma. Lagipula itu barang Elena,” balas Arion sebelum menyerahkannya pada pelayan.Begitu banyak pelayan yang berlalu-lalang di sini, berbeda dengan kediaman Ayah Arion yang hanya boleh ada pelayan saat ada pekerjaann mereka.“Elena, jangan terlalu manja. Kau juga harus bisa memanjakan Arion,” tegur Nyonya Lia sambil mereka berjalan menuju sofa.Arion tersenyum saat mertuanya berbicara sambil menatapnya, “Ti
“Elena, dengarkan aku. Lepaskan pisau itu,” pinta Arion pelan-pelan.Elena menggelengkan kepala, kedua tangannya tetap memegang pisau yang diarahkan pada Arion.Dengan gemetar Elena tak mendengarkan ucapan Arion, “Tidak, aku tidak akan melepaskann pisau ini sebelum kau mengizinkan ku untuk pergi!” tolak Elena.Suasana diantara keduanya semakin menegangkan, Arion perlahan mendekati Elena agar gadis itu melepaskan pisau dalam genggamannya.Namun, detik berikutnya benda tajam dan runcing itu berhasil menusuk bahu Arion. Darah merah segar mulai menetes mewarnai kemeja Arion yang putih, diikuti dengan suara detingan pisau jatuh.Elena menggelengkan kepala, ia tak bisa berkata-kata.“Elena Mauren!”Suara bariton itu membuat Elena terhenyak, menyadarkan nya dari bayangan mengerikan yang baru saja menghantuinya.“Ah ya, maaf. Aku tadi tidak mendengar suara mu,” seru Elena sambil berjalan menghampiri Arion.Tanpa banyak berbicara Arion menyerahkan bukti yanng ada di ponselnya pada Elena.Elena
Elena menatap nanar lantai di hadapannya yang terbuat dari lapisan marmer, wajahnya masih terasa kebas dan namak memerah. Hampir saja air mata jatuh di pelupuk matanya jika tidak ia tahan.Elena bangun dan menatap orang-orang di hadapannya, “Mama rela menamparku hanya karena gadis itu?” tanyanya pelan.Nyonya Lia membuang muka, “Itu adalah akibat jika kau tak mengaku!” tukas Nyonya Lia.Sementara tuan Miller hanya bisa menunduk, ia tak dapat melawan istrinya. Sedangkan Azalea, gadis itu sudah tersenyum bangga karena mendapatkan pembelaan.Tanpa banyak bicara, Nyonya Lia pergi begitu saja. Disusul dengan Azalea yanng ikut pergi.Tuan Miller menghampiri Elena, “Maafkan ibumu, Elena. Jangan diambil hati, Nak,” ucap nya pelan sambil mengusap kepala Elena.Elena menggeleng, “Ini bukan salah Mama, Pah. Ini salah gadis sialan itu!” sergah Elena dengan kedua tangan yang mengepa kuat.---Arion melihat jelas satu sisi wajah Elena memerah, dan perbedaan ekspresi yang daritadi tertunduk.Arion m
"Sudah Cukup. Ayo kita pulang,"Arion langsung menarik lengan Elena untuk pergi. Tuan Miller yang baru kembali entah darimana merasa bingung, "Ada apa ini?"Arion sudah muak, ia tidak ingin menatap orang-orang yang meremehkan istrinya."Maaf, jika kedatangan ku membuat rumah ini tidak nyaman,"Nyonya Lia tidak peduli, sementara Azalea masih menghapus air mata yang dibuatnya.Tuan Miller paham, dan hanya bisa pasrah dengan perdebatan yang terjadi hari ini, "Tidak Elena, ini juga rumah mu. Jangan pernah merasa sungkan," ucapnya kemudian."Datanglah kembali jika kalian tidak sibuk," sambung Tuan Miller sambil menatap Arion.Elena hanya mengangguk, ia melirik ibunya yang hanya membuang muka saja."Baik, Pah. Kami pulang dulu," ucap Arion langsung membawa Elena pergi.Kali ini Azalea berhasil membuat hubungan baik Elena dan ibunya menjadi renggang.Jika sebelumnya, hubungan Elena renggang karena dirinya sering membantah Arion, yang membuat keluarga Mauren harus ikut menanggung malu akibat
Ting'Terdengar nada notifikasi dari ponsel Elena, "Aku tunggu kedatangan mu," pesan bertuliskan nama Lucas sebagai pengirimnya.Elena menepuk jidat sambil menyandarkan punggungnya, "Astaga, aku bahkan lupa ada janji hari ini," celetuk Elena.Ia benar-benar tidak ingat akan janjinya yang akan menemui Lucas malam ini."Oke, tolong tunggu sebentar," balas Elena.Elena langsung merapikan tempat kerjanya, mematikan layar monitor di depannya tak lupa memasukan ponsel kedalam tas kecil.Setelah selesai gegas ia pergi dan menghampiri tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.Saat tiba, Elena benar-benar melihat mobil Lucas sudah terparkir diantara mobil - mobil yang terparkir.Sesampainya di restoran, Elena langsung menyebut kan nomor meja yang sebelumnya sudah Lucas beritahukan."Terimakasih,""Sama-sama, Nona,"Ternyata Lucas memesan ruangan private, membuat Elena harus ekstra hati-hati dalam menghadapinya.Elena masuk dan mendapatkan sambutan hangat dari Lucas, "Maaf, aku terlambat," ucap
Elena tiba di rumah, ia melihat mobil Arion yang sudaah terparkir yang menandakan bahwa pria itu sudah pulang.Arion melihat Elena yang baru pulang bertanya, “Darimana saja?” tanya Arion. Ia baru saja kembali dari kamar mandi.Elena terdiam sejenak, “ Tadi aku bertemu dengan klien,” ucap Elena pelan.Arion menngangguk seolah tak peduli, namun saat ia akan memejamkan mata. Elena kembali berbicara, “Tadi aku bertemu Lucas,” lanjut Elena.Arion membenarkan posisi tidur, “Tadi kau membohongiku?” tanya Arion pelan tanpa membuka matanya.“Maaf,” ucap Elena pelan.Elena berniat menyembunyikannya, akan tetapi ada rasa bersalah bersemayam dalam hati saat ia melakukan itu pada Arion yang notabe suaminya sendiri.---Pagi ini suasana di ruangan Tuan Miller terasa berbeda. Elena duduk di hadapan Ayahnya dengan ekspresi yang sulit untuk di artikan.Ucapan Ayahnya barusan masih terngiang di telinga Elena, “Kenaikan jabatan mu akan ditunda,” ungkap Tuan Miller.Elena yang bingung tentu mempertanya
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s