Malam yang dingin tiba, suasana tegang menyelimuti kediaman utama Dominic. Tatapan Arion yang tajam semakin mendominasi keadaan yang mencekam.Tuan Damian duduk di samping Elena yang masih mengusap-usap punggungnya, berusaha menenangkan pria tua yang baru saja kehilangan putranya.Di bawah kaki Arion, Lucas bersimpuh dengan kedua lutut menopang tubuhnya. “ Aku tidak salah apa pun, paman! “ geram Lucas.Matanya tak kalah berani menatap Arion, tak tersimpan sedikit pun ketakutan dalam sorot mata pria itu. Arion menyunggingkan senyum sinis, seolah apa yang Lucas ucapkan hanya bualan semata baginya. “ Apa aku harus percaya dengan alasan mu? “ tanya Arion dengan sinis.“ Bukankah kau ada di sana saat ayahmu terjatuh! “ sarkas Arion.Jelas terlihat, tatapan beraninya sedikit menciut saat Arion mengucapkan kalimat itu. “ Kenapa? Apa kini rencana busuk mu sudah gagal? “ tantang Arion.Lucas menunduk, kedua tangan meremas lututnya. Ia diam tak membalas ucapan Arion, bahunya kemudian bergetar.
“ Arg! Lepaskan, lepaskan aku! Aku nona kedua Mauren! “Azalea terus menjerit-jerit meminta untuk dilepaskan. Ia meringkuk ketakutan di sudut ruangan tahanan yang begitu sempit.Sementara para tahanan wanita lain menertawakan wanita itu, ada tiga orang lainnya yang merundung Azalea sejak wanita itu masuk penjara.Sedangkan dua orang lainnya, memilih untuk mengabaikan tanpa ada niatan membantu.Lalu bagaimana dengan para penjaga? Sebenarnya mereka sama saja seperti para tahanan itu, hanya dengan pakaian rapi membuat perbedaan yang begitu jelas.Para penjaga itu tak peduli, mengingat Azalea bukan lagi nona kedua Mauren. “ Hey! Kalian jangan berisik! “ pekik salah satu penjaga yang ada di sana.Penjaga itu kemudian memilih menjauh, dan duduk. Ia tak peduli apa yang akan mereka lakukan, selagi tak merenggut nyawa maka mereka akan abai.Satu wanita yang paling mendominasi itu menarik sudut bibirnya, menampilkan senyum licik yang biasa Azalea tunjukan. Namun, kali ini mantan nona Mauren it
Matahari belum terbit di ufuk timur, udara sejuk masih begitu terasa di tengah kota yang berdebu. Langit pun masih berwarna biru keunguan, menandakan pagi akan segera tiba.Seolah bukan ketidak pastian, tapi waktu memang terus berjalan. Entah kita yang mengejar waktu atau justru sebaliknya.Seperti saat ini, Elena sudah ada di kantor kepolisian atau yang di sebut penjara. Di depannya duduk seorang wanita yang kemarin melakukan ulah dengannya.Jarak antara mereka hanya terhalang oleh kaca. Siapa lagi kalau bukan karyawannya dari departemen desain, kali ini ia begitu memohon pada Elena. “ Nona, tolong lepaskan saya. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. “ serunya yang membela diri penuh permohonan.Bukan tanpa alasan Elena memanggil pihak kepolisian untuk menangkapnya, namun karena sudah banyak kegiatan ilegal yang wanita itu lakukan.Elena hanya menatap datar ke arah wanita itu, ia pikir orang di depannya ini akan mengakui kesalahan. Namun, nyatanya tidak. “ Kau masih tidak mau menga
“ Katakan padaku! Kenapa kau membunuh kakak ku, hagh! “ pekik Arion penuh emosi.Ia mengguncang kedua bahu Maria, sementara wanita itu menggelengkab kepalanya berkali-kali. Maria juga begitu ketakutan melihat Arion yang marah.Elena berusaha untuk menarik Arion agar melepaskan Maria. “ Sayang, lepaskan! Kau akan menyakitinya. “ tegas Elena.Akan tetapi seruan Elena diabaikan pria itu, matanya masih menatap dengan marah pada Maria. “ Jika bukan kau, siapa lagi? “ tanya Arion dengan geram.Belum sempat Maria berbicara apa pun lagi, terdengar suara pintu terbuka memasuki ruangan itu.Elena dan Arion segera menoleh ke sumber suara, melihat siapa yang kiranya baru saja masuk. Tatapan mereka berubah datar saat menyadari seseorang itu.Seorang pria tinggi, berkulit putih dan memiliki senyuman yang manis dengan otak licik tengah berdiri di sana. Itu Lucas, keponakan kesayangan mereka.Saat melihat kehadiran Lucas di sana, seketika Maria kembali berteriak. Ia bahkan melepaskan cengkeraman tang
Malam yang gelap dan dingin telah tiba. Semilir angin berhembus menerpa dedaunan yang berserakan di jalanan, tanda musim panas akan segera tiba.Musim panas adalah yang paling dinanti semua orang, liburan musim panas akan menjadi momen paling menyenangkan. Seakan, itu adalah musim terbaik sepanjang tahun.Akan tetapi, tidak dengan keluarga Dominic yang mengawali musim panas ini diiringi suasana berkabung.“ Arion, kita harus mengikhlaskan kepergian seseorang. Kau harus sabar, sayang. “ ucap Elena yang ikut merasakan kesedihan sang suami.Arion hanya diam, wajah kakunya yang tegas seakan tetap kokoh tak tergoyah oleh terpaan angin malam. “ Dia benar-benar pergi, El. “ balas Arion tersenyum tipis.Derit roda ranjang rumah sakit yang beradu dengan lantai, terdengar begitu menyayat hati saat mayat itu lewat di hadapan mereka.Para tim medis akan memindahkan tubuh yang tertutupi kain putih itu. Baru tadi Arion melihat secercah harapan saat kakaknya sadar beberapa detik.“ Kak, kau sudah sa
Saat mendengar nama Lucas di sebut, Maria kembali bereaksi. Tubuhnya kembali bergetar hebat, keringat dingin bahkan mulai mengucur di pelipisnya.Tangan yang Elena genggam pun mulai berkeringat dingin, wanita itu kembali berteriak-teriak lagi. “ Lucas? Tidak, tidak! “ jerit Maria yang ketakutan.Ia segera meringkuk, menutup tubuhnya seolah sedang bersembunyi dari seseorang.Elena yakin ada yang tidak beres dengan Lucas. Bahkan pria itu tidak ada saat kedua orang tuanya berada di rumah sakit.Ia berusaha menarik Maria agar tak membelakangi, mencoba bertanya kejadian sebenarnya.“ Lucas putramu, kenapa? Apa dia menyakiti kalian? “ tanya Elena yang semakin membuat Maria ketakutan.Maria menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, ia terlihat begitu ketakutan dan tidak ingin berbicara.“ Argh! Pergi, pergi! “ jerit Maria sambil menutupi kedua telinganya.Elena menghela napasnya, ia memilih bangun dan membiarkan Maria tenang kembali. Entah hal apa yang terjadi hingga saat nama Lucas di sebut rea