Setelah seharian menghabiskan waktu berdua bersama Elena, Arion berpamitan untuk pergi malam ini.Arion melirik jam di pergelangan tangan, “Aku harus pergi, kau tidak perlu menunggu ku,” ucap Arion.Arion bangkit dari duduknya sambil sedikit merapikan pakaiannya, Elena melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam.Elena bingung kemana perginya Arion malam-malam begini, “Kau mau kemana?” tanya Elena penasaran.“Aku ada urusan dengan seorang klien di bar,” tutur Arion.Elena mengangguk paham, ia tahu ada beberapa klien yang ingin melakukan pertemuan di sebuah bar.“Hati-hati, dan cepat pulang,” ucap Elena.Arion mengusap pucuk kepala Elena dan meninggalkan kecupan manis di dahi istrinya, “Aku akan segera kembali,” pamitnya sebelum benar-benar pergi.Arion keluar dengan langkah yang tegas dan berani. Aura nya terpancar begitu kuat menandakan bahwa ia seorang yang sangat disegani.“Cepat, Jeff. Jangan membuang waktu,”Wajah yang sebelumnya menampilkan senyum manis kini sud
Arion berjalan memasuki kamarnya, dilihat ternyata Elena sang istri sudah terlelap tidur.Arion sedikit menyibakkan rambut yang menutupi setengah wajah Elena, “Selamat malam,” seru Arion.Arion meninggalkan kecupan manis di kening Elena, membuat gadis itu sedikit terganggu dengan tidurnya.Pagi tiba, suara alarm mengganggu tidur Elena.“Emh, berisik sekali,” kesal Elena.Mata Elena masih terpejam saat mencari keberadaan benda yang menggangu tidur nyenyak nya.“Hoaamm,”Elena meregangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku, ia menoleh pada Arion yang tidur di samping.“Tampan sekali suamiku,” gumam Elena.Elena membelai rambut tebal Arion, tiba-tiba tangan Arion menarik Elena ke dalam pelukan.“Aku tahu, aku tampan,” balas Arion.Wajah Elena memerah saat tahu bahwa Arion mendengar pujian nya barusan.“Lepaskan aku, kita harus ke kantor,” Arion memeluk erat tubuh Elena, membuat gadis itu tidak bisa bergerak.“Sebentar saja,” jawab Arion.Napas Arion yang teratur menerpa wajah Elena, bau m
Hari yang cerah kini sudah mulai tergantikan oleh awan yang mendung. Entah karena sudah sore atau mungkin akan segera turun hujan.Elena merapikan barang-barang kedalam tasnya dan bersiap pulang, "Kirim dokumen yang ku minta melalui surel," perintah Elena pada sekertaris perempuan di depannya."Baik, Nona," sahut sekertaris Elena."Kau boleh pergi," perintah Elena lagi.Elena melihat keluar jendela awan benar-benar akan segera menurunkan hujan, dengan langkah yang cepat Elena segera menuju mobilnya yang berada di parkiran."Semoga aku sampai sebelum turun hujan," harap Elena.Elena segera menginjak pedal gas melajukan mobil.Drrtttt...Ponsel Elena berdering, ia segera meraih earphone untuk menjawab panggilan."Halo," sapa Elena pada orang di sebrang sana.Terdengar suara yang sangat familiar, "Apa kau sudah pulang?" tanya seorang itu cemas yang tak lain adalah Arion.Elena tetap fokus melihat jalanan didepan, "Aku dijalan pulang," Arion menghela napas, "Astaga, mengapa kau tidak men
"Jika aku masih mencintaimu apa yang akan kau lakukan?" tantang Elena.Elena ingin melihat kebohongan apalagi yang akan diucapkan oleh Lucas.Lucas melirik Elena sebelum kembali fokus melihat jalanan, "Aku akan memperjuangkan mu walaupun harus melawan paman,"Elena terkesan dengan jawaban yang diberikan Lucas. Jawaban yang sama seperti yang pernah Elena dengar, satu kata bagi Elena untuk Lucas, Naif.Jika Elena tidak mengetahui yang sebenarnya, mungkin ia akan kembali termakan oleh ucapan manis Lucas."Walaupun aku sudah tidur dengan paman mu?" cetus Elena.Alis Elena terangkat dengan sudut bibir terangkat, ia menatap Lucas yang tiba-tiba nampak gugup.Lucas kembali menetralkan ekspresinya, "Tidak apa, karena kau mencintaiku," sahut Lucas."Sayangnya itu takkan terjadi," balas Elena sarkas."Aku tetap mencintai Arion apapun yang terjadi, dan untuk hubungan kita sebelumnya anggap saja aku sedang gila saat itu," sambung Elena.Mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya, gila. Berati El
"Apa Paman mengusir ku?" tanya Lucas tidak percaya.Setelah mencecar Lucas dengan mulut tajamnya bahkan tak mempersilahkan untuk duduk kini Arion meminta pria itu untuk pulang."Apa kau berniat untuk menginap disini?" tanya Arion, jelas itu adalah sindiran untuk Lucas."Tentu, diluar hujan deras. Apa Paman membiarkan ku pulang dengan keadaan hujan?" seru Lucas kembali bertanya.Arion tertawa mengejek mendengar keluhan Lucas, "Kau bukan kanak-kanak, untuk apa aku mengkhawatirkan mu?"Lucas menyunggingkan senyum melihat Arion yang tampak mengejek, "Jika kakek ada disini, pasti dia akan meminta ku untuk menginap," Ucapan Lucas membuat Arion menghentikan tawa, "Ini rumah ku, bukan rumah kakek mu!"Lucas memasukan kedua tangannya kedalam saku celana, "Tapi, bagaimana jika kakek tahu sikap mu yang seperti ini?" ancam Lucas.Lucas tahu jika menyangkut kakeknya, Tuan Damian. Maka Arion tak dapat berkutik lagi."Cih," Arion bangun dari duduknya dan berjalan menaiki tangga menuju kamar tanpa m
"Jangan pernah menyajikan bagian paha ayam lagi!" seru Arion."Baik, tuan," Arion bangkit dari duduknya dan meninggalkan Elena begitu saja bersama Lucas di meja makan.Lucas tersenyum senang saat tahu Arion mulai tersulut emosi, "Eh, Bibi! Makanan mu belum habis,"Lucas berseru dengan suara yang sedikit kencang, bahkan ia dengan berani menarik lengan Elena."Lepaskan! Apa maksud mu?" kesal Elena.Elena menarik tangannya secara kasar, dari lantai dua Arion bisa melihat tangan sang istri yang dipegang oleh Lucas.Brugh!Suara pintu yang ditutup dengan begitu kuat membuat pintu itu hampir saja rusak dalam satu kali hentakan."Aku hanya mengingatkan mu untuk menghabiskan makan," seru Lucas dengan santai.Lucas menaikan kedua bahu dan kembali melanjutkan makan malamnya.Sementara Elena, ia buru-buru naik ke atas untuk menghampiri sang suami yang kini tengah dilanda emosi."Arion, maafkan aku," ucap Elena pelan.Elena melihat Arion yang nampak marah dengan wajah yang memerah. Dada pria itu
"Tidak, aku tidak bisa," gumam Arion.Perkataan terakhir Noah berputar-putar di kepala Arion. Bayangan tentang kematian memenuhi pikirannya yang membuat ia tersadar."Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba berhenti?" ucap Elena kebingungan.Elena semakin dibuat heran saat Arion benar-benar bangun dan memakai pakaian lalu pergi begitu saja meninggalkan dirinya dalam keadaan demikian."Arion! Kau mau kemana?" pekik Elena yang sama sekali tak disahuti oleh sang suami.Arion keluar dengan langkah yang cepat, ia menyambar kunci mobil yang ada di meja. Bahkan tak mempedulikan Lucas yang memanggilnya."Paman! Mau kemana?" tanya Lucas sedikit berteriak.Arion tak menggubris, bahkan ia menerobos hujan yang masih sangat deras dan pergi dari rumah. Tidak ada yang tahu selain dirinya kemana ia akan pergi sekarang.Melihat Arion yang pergi Lucas merasa senang. Ia diam-diam tahu apa yang menjadi masalah kepergian pamannya itu."Tidur dengannya? Tidak mungkin," gumam Lucas dengan senyum licik di wajahnya.Se
"Jeff?"Jeff melangkah masuk menghampiri sang tuan yang berada di sana pada malam hari.Mungkin jika sebelumnya Jeff takkan heran karena mengingat sang tuan sering menginap di kantor. Tapi, mengingat sekarang tuannya ini sudah beristri tentu membuat ia heran."Apa ada yang tertinggal, Tuan?" tanya Jeff memastikan.Arion menggeleng pelan, sebelum menjawab, "Tidak ada. Aku hanya ingin kesini saja,""Apa mau saya buatkan kopi," tawar Jeff.Jeff dapat melihat jelas wajah murung sang tuan, begitu tidak bersemangat dan tidak ada gairah hidup.Arion mengangguk, berpikir mungkin secangkir kopi dapat menenangkan pikiran yang buntu, "Boleh,"Jeff melangkah menuju mesin kopi yang ada di ruangan tersebut, menyajikan secangkir kopi yang biasa di minum Arion. Jeff paling tahu selera pria itu.Bertahun-tahun menjadi asisten, membuat Jeff tahu segala kebiasaan tuannya."Silahkan, Tuan," ucap Jeff menyodorkan secangkir kopi."Terimakasih," balas Arion."Kau belum pulang?" tanya Arion yang baru menyada
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny